Acara penyematan dan pelepasan sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Dilengkapi dengan sambutan dari Surya dan aku sebagai ketua dan wakil yang lama, juga dari Devan dan Desi yang akan menggantikannya. Anggota baru telah siap mengganti yang lama. Di klub ini, tugasnya hanya berkarya. Menyebarkan kebahagiaan dengan mengekspresikan perasaan lewat seni. Hal yang abadi meskipun raga telah mati.Dan disini pula aku jatuh cinta. Pada sang mantan ketua yang sekarang sedang mengenakan sepatunya setelah semua orang membubarkan diri.
"Surya," sahutku sambil ikut duduk disebelahnya. Menyimpan sepatu dibawah, lalu segera membungkuk untuk memakainya.
"Ya?"
"Kita udah gak bisa ketemu lagi?" Aku meringis. Kenapa pertanyaan itu yang keluar? Jelas sekali kita akan tetap bertemu.
"Kan masih satu sekolah." Surya menatapku heran. Tuh kan, dia pasti bilang begitu.
"Maksudnya, kita nggak akan sibuk bareng lagi? Bikin acara pensi, lomba mading, nggak lagi ya?"
Aku sudah selesai mengenakan sepatu dan menghadap tegap kearahnya yang tersenyum menatapku. Ah, dia menawan.
"Udah bukan waktunya lagi kan Mawar. Kita udah selesai dari tugas itu. Sekarang kita harus fokus lagi sama tugas kita sebagai murid. Belajar, ciptakan nilai yang memuaskan. Jadi yang terhebat."
'Menurutku, kamu sudah jadi yang terhebat Surya. Apalagi yang kamu butuhkan?
"Oh iya, Maw," Surya celingukan seperti mencari seseorang. "Bella udah pulang belum ya? Biasanya dia pulang bareng kamu kan?"
Aku terhenyak. Kenapa dia menanyakan soal Bella? Jangan bilang kalau..
"Hari ini dia--"
"Oh itu dia!" Surya langsung berdiri dan pergi kearah yang ditunjuknya. Disana ada Bella yang mau menghampiriku untuk pulang bersama. Mungkin kakaknya menjemput dengan mobil. Jadi bisa membawaku sekalian.
Aku hanya menatap apa yang terjadi selanjutnya. Bella yang hampir memanggilku terhenti ketika Surya mengatakan sesuatu.
"Aku mau bicara sama kamu, Bell."
"Oh. Bicara apa?"
"Nggak disini."
Surya berjalan lurus ke belakang bangunan kelas tiga paling ujung. Diikuti oleh Bella yang kelihatan mulai canggung. Soalnya, tidak biasanya ada orang mengajaknya ngobrol intens berdua. Apalagi laki-laki. Bella sangat menghindari itu.
Dan dengan keberanian pas-pasan, aku berdiri. Membuntuti mereka dari jauh dengan langkah pelan. Bagaimanapun, aku harus tau. Bisa jadi dugaanku benar. Surya menyukai Bella. Dan salahku adalah tidak pernah mengatakan yang sebenarnya pada Bella. Dia tidak tau. Maka dia bebas dari kesalahan menyakitiku.
Aku yang menyakiti diriku sendiri. Padahal dari dulu aku tau siapa yang Surya mau. Wanita yang menjunjung tinggi harga dirinya seperti Bella. Bukan aku.
"Kenapa harus disini?" Tanya Bella langsung saat mereka sampai.
Aku bersembunyi di balik salah satu tiang terdekat dengan posisi mereka agar bisa mendengar suaranya.
"Aku menyukaimu."
"Hah?!" Bella terkejut. Ini semua memang begitu mendadak. Tidak pernah terpikirkan olehnya akan terjadi.
Dan aku? Dadaku sakit, tenggorokanku langsung tersekat. Padahal aku tau ini akan terjadi. Tapi entah kenapa mendengarnya langsung membuatku sadar untuk berhenti. Surya bukan jalanku. Dan doaku terkabul. Allah memberikan kebaikan pada Surya meskipun dengan memisahkannya dariku.
Sakit. Dan ini sakit yang pertama dari jatuh cintaku yang pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggana
General Fiction"Hidup tidak harus mengubahmu jadi asing, Mawar. Kebutuhan ada bukan untuk merubahmu menjadi orang lain. Sebab Allah selalu bersama kita. Bukankah itu yang kamu percayai sejak dulu?" Riez mendesah. Dalam dadanya bergemuruh amarah dan kecewa. Sedangk...