Chapter 6

85 37 30
                                    

Suara burung bernyanyi diatas ranting, hari berganti menjadi pagi yang cerah. Cahaya matahari masuk menerobos ke sela-sela gorden, hembusan angin masuk tanpa izin menari-nari menerpa sisi lembut wajah laki-laki yang tengah tertidur pulas diatas ranjangnya. Poninya yang sedikit panjang menutupi kelopak matanya, ia sesekali mengerjapkan sebelah matanya akibat sensasi yang menggilitik dari terpaan angin yang menyentuh keningnya itu. Ia enggan membuka kedua matanya, ia tidak merasa terusik dari terpaan angin yang lembut menyentuh wajah, bahkan seluruh tubuhnya. Kicauan burung yang nyaringpun ia biarkan, menganggapnya sebagai ganti untuk nyanyian di pagi hari.

Kerongkongannya terasa kering, tenggorokannya terasa sakit. Ia sadar bahwa dia membutuhkan segelas air. Dengan enggan, dia membukakan sedikit kedua matanya, mencari keberadaan segelas air yang memang selalu ia sediakan di atas nakas pinggir ranjangnya.

"Heemmm bul." ia bergumam (Air)

Tangan kanan nya sibuk mencari segelas air, meraba kekiri dan kekanan. Dia membuka kedua matanya dengan paksa, setelah tersadar bahwa tidak ada segelas air diatas nakas. Ia menarik surainya pelan, sisa mabuk semalam masih ia rasakan sampai pagi ini.

Laki-laki itu turun dari ranjangnya, langkahnya gontai, surainya berantakan, berjalan dengan mata masih tertutup menuju dapur. Sesekali ia menggaruk lehernya, mengumpulkan nyawanya agar bisa berjalan dengan baik. Satu gelas berisi air habis ditelannya.

Kejadian semalam tiba-tiba muncul di memorynya, dia mengingat kejadian malam tadi. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, berpikir keras apa yang sudah ia lakukan selama malam itu. Ada potongan-potongan memory yang membuatnya semakin berpikir untuk mengumpulkan semua yang sudah terjadi. Ada sedikit keanehan, dan kekhawatiran. Dia sadar bahwa tadi malam, dia habis mabuk berat. Dia tahu bahwa dia termasuk laki-laki yang tidak pandai meminum alkohol, ditambah bahwa dia akan menjadi makhluk aneh dan gila ketika sudah beradu dengan mabuk.

Guukk guukk!!

Suara anjing itu miliknya, dia melihat kearah anjingnya tengah berlari menghampirinya, yaa!  Yeontan!  Nama anjingngya membuat ingatannya kembali. Sekilas potongan memory itu terkumpul. Dia mebalalakkan kedua matanya, teringat kejadian semalam yang membuatnya seketika menjadi laki-laki aneh... Teriakan, isakan, tangisan, makian, daannn.. Dia teringat, tatapan itu. Tatapan perempuan yang ia temui tadi pagi yang faktanya adalah adik dari temannya sendiri, memandangnya dengan tatapan aneh. Ayolaah, hanya satu malam dia sudah menghancurkan Image-nya didepan perempuan yang ia kagumi itu. Bahkan, Alkohol kali ini memang menjadi musuh terberatnya, mengingat bahwa dia kemarin sebisa mungkin menjaga sikapnya agar terlihat cool di mata perempuan itu. Nyatanya, tidak membuahkan hasil, alias nihil akibat alkohol sialan itu.

"Aiiisshhh, Bagus sekali Kim Taehyung-ssi...! kau sudah menghancurkan kesan awal perkenalanmu dengannya, alkohol sialan itu sukses membuatmu terkesan aneh dan gila!!"

"Aaakkkhhh, oemma nan ottokajji?" (aku harus bagaimana?) 

" Bunuh saja aku alkohol sialan, aiishh!!! Nega waee?!" (Kenapa harus aku?!)

Umpatan demi umpatan ia lontarkan dipagi hari. Baiklah, penyambutan yang sedikit berbeda dari seorang laki-laki bermarga Kim.

Pagi yang cerah di sambut pula dengan senyuman yang Indah,  senandungan yang ia curahkan membuatnya semangat di pagi hari. Kicauan burung disana,  menyambutnya dengan nyaring. Suasana hati yirae sedang baik,  ditambah bahwa semalam ia mencuri waktu bermain dengan alat musik kesukaannya, membuatnya semakin bertambah semangat. Hal itu tentunya tidak diketahui oleh kakaknya, Suga. Jangan harapkan laki-laki itu ditengah lelapnya akan bangun seketika, sebisa mungkin kau membangunkannya dengan berbagai cara, sampai kau berbuat kebisinganpun, hal itu tidak akan membuatnya terbangun.  Terkecuali, jika ia berniat akan bangun sendiri.

U're Mellody 사랑태 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang