BAGIAN DUAPULUH

107 8 0
                                    

"happy reading"

*****

Livia kaget sekaligus bingung karena seingat livia dia tak pernah menulis pesan apapun terhadap devan semalam apalagi sampai terus terang bicara soal rasa "aku gak ngerti kak. Kayaknya itu bukan aku deh"

"bukan lo gimana. Jelas jelas disini nama lo" ucap devan "vi lo merasa gue gantung gitu? Kan lo sendiri nolak gue kemarin"

Livia benar-benar gak enak hati sama devan. Livia yakin sekali kalau bukan dia yang mengirim pesan itu ke devan, apa jangan jangan ini ulah dita? Entah tapi livia benar benar malu sekarang di hadapan devan. Devan juga tampaknya serius sekali berbicara "kak devan kok mikir gitu? Bukan aku kak yang ngirim pesan itu"

"maksud lo itu hp lo sendiri yang ngetik? Gitu?"

"duh gimana ini?!" ucap livia dalam batin kebingungan

"sekarang gini aja. Lo mau jadi pacar gue gak? Gue gak mau dikira cowok tukang php"

"hah!? Kak devan nembak aku?" ucap livia kaget. Devan benar benar langsung ke point masalah

"iya. Dari pesan lo semalam itu udah bilang kalau gue ngegantung lo, padahal bukan itu kan sebenarnya maksud gue" ucap devan kemudian dia mengambil kedua tangan livia "gue cinta vi sama lo, gue serius. Gue mohon lo jangan lagi bilang gitu sama gue"

"tapi memang bukan aku kak yang ngirim pesan kayak gitu" kekeh livia "siapa sih yang ngirim" pikir livia

"jadi?"

"hah? Maksudnya?"

"gue anggap iya" jawab devan kemudian memeluk livia

Livia hanya kaku tak paham. Apa maksud devan livia mengiyakan ucapannya tadi? Apa sekarang mereka pacaran? Ya.

"oke kak kita lupain masalah itu. Tapi ini terakhir aku ngomong, bukan aku yang ngirim pesan itu. Jadi kak devan jangan marah karena aku gak pernah merasa kalau kak devan itu tukang php, aku gak pernah kepikiran soal itu" tegas livia menjelaskan

"tapi kalau soal lo terima cinta gue? Itu murni dari hati lo kan?"

"kak devan ngeraguin aku?"

"gue mau denger langsung dari lo"

"kak aku juga serius, aku gak pernah main-main"

"beneran?"

"iya" jawab livia

devan langsung spontan kegirangan dan memeluk erat lagi livia dengan senang karena akhirnya setelah berbagai alasan dan juga ancaman dari pihak ketiga, livia mau menerima devan sebagai pacarnya. Ini untuk pertama kalinya devan mencintai seorang perempuan sekaligus berpacaran dengannya

"kak devan sesak, aku gak bisa napas" ucap livia

devan melepas pelukannya "eh maaf vi, kelepasan tadi"

Livia tersenyum "gpp kok" ucap livia kemudian tanpa ia sadar ternyata ada seseorang berdiri di depan gerbang yang dari tadi menjadi saksi pembicaraan devan dan livia

"rahman?" ucap livia kemudian devan juga memutar badan melihat arah gerbang

rahman menghampiri "hai vi! Nih buat kamu" kasih rahman sebuket bunga untuk livia

Livia mengambil "makasih"

"aku kesini tadi rencananya mau ngajak kamu keluar kayak yg kita bicarain kemarin di telepon, tapi kayaknya kamu lagi gak ada waktu ya"

"aaaa.... "livia mencoba berpikir "duh gimana ya" ucap livia dalam batin sambil melihat respon devan

"livia? Devan? Kok diluar?" ken tiba-tiba pulang bersama rea

Arti Sebuah Rasa [ THE END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang