BAGIAN KEDUA

219 14 0
                                    

"happy reading"


*****


"BODO! " ucap Livia lantang, untung hanya dia sendiri di kelas jadi tak akan ada yang melihat dia menangis. Tapi tak lama karena ternyata ada yg datang,

"Vi lo kenapa? " ucap sang cowok tersebut.

Liviapun kaget dan langsung menundukkan kepalanya agar tak dilihat oleh lelaki itu.

"kamu semenjak kapan disitu"

"gue baru sampai, lo kenapa? " tanya cowok itu dan kemudian mendekati Livia dan duduk di sampingnya

"gpp cuman kelilipan aja"

"gue itu tau lo Vi, pasti lagi ada masalah kan, cerita aja"

"kamu mendingan keluar deh"

"loh inikan kelas gue juga, terserah gue dong" jawabnya dengan santai yang dengan maksud sebenarnya adalah tak mau meninggalkan Livia sendirian karena dia tau mantannya ini lagi bersedih.

"sikut lo masih sakit? Maaf kalau gue kemarin gak bisa bantuin lo, lo jatuh? "

Alde tak tau kalau sikut Livia luka itu ulah dari pacarnya yang over protective. Ingin rasanya Livia berkata sebenarnya tapi dia tak ingin buat masalah apalagi sekarang dia juga lagi bersedih akan pikiran hal bodohnya itu.

"iya aku jatuh, udah gpp tapi" ucap Livia tanpa melihat kearah Alde.

"kamu bisa balik ke bangku kamu aja gak, aku mau sendiri disini" sambungnya tetapi dengan nada lembut.

"lo kenapa sih ngejauhin gue kayak gini, bukannya kita sepakat ya buat berteman"

"Alde aku bukan gak mau temenan sama kamu tapi memang kamu itu datang pas aku memang lagi pengen sendiri dulu"

Tetapi saat Alde ingin menjawab lagi tiba-tiba saja dia melihat air mata Livia jatuh dan langsung dihapus oleh Livia.

Alde tau Livia ada masalah, apa itu sama Rahman pacar Livia yg sekarang atau hal lain,yg jelas sekarang Alde hanya ingin menemaninya karena hati Alde masih menahan buat tak pergi meninggalkan Livia sendiri.

"gue gak bakalan pergi" ucap Alde yang kemudian merangkul Livia dengan kehangatan kasih sayangnya.

Ya memang mereka sudah putus tapi tak dengan perasaan Alde, dia akui masih menyukai Livia tapi dia juga terlanjur berpacaran dengan Tari akibat ulahnya yg terlalu gegabah mengambil keputusan.

Livia pun tak berani memberontak karena memang yg dia butuhkan sekarang adalah perhatian dari orang sekitarnya.

"makasih kamu slalu tau tanpa aku ucap"

"iya" ucap Alde sambil mengusap kepala Livia dalam keadaan masih dalam pelukan.

*****

"woy kantin yuk, laper nih" ucap Ken.

Disini anggota geng populer di sekolah adalah Ken, Devan dan juga Ezra. Tapi sikap Ken sangat berbeda jauh dengan kedua sahabatnya ini, Ken orangnya rajin dan bersosialisasi tak seperti Devan yg cuek dan Ezra yg ramah tapi sama orang tertentu saja.

"males. lo aja gih sono"

"yaelah Dev gue kan pengen bareng lo berdua, udah lama ni gak bareng"

"iyalah, lo kan sibuk sama organisasi sama lomba lomba. Anak pinter mah beda banget"

"yaudahlah Dev, yuk ke kantin aja. lagian ngapain kita diam disini gak ada kerjaan juga" jawab Ezra yg ternyata lebih berpihak kepada Ken.

"hmm oke."

Arti Sebuah Rasa [ THE END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang