4. Confused

4.8K 330 17
                                    

Setelah menciumku, Jaehyun menyuruhku untuk berdiri lalu tanpa kata - kata ia lalu pergi kekantor. Aku yang saat itu masih sangat kebingungan, tidak bisa berkata apa - apa.

Ini gila, apa yang ia lakukan? Benar apa yang aku pikirkan! Biar bagaimanapun Jaehyun adalah seorang laki - laki, ia pasti mulai berpikir untuk menyentuhku secara perlahan.

Astaga, apa yang aku pikirkan, aku berpikir seolah - olah ia adalah laki - laki lain, faktanya ia adalah suamiku.

Aku menggeleng - gelengkan kepalaku. Berusaha menyadarkan diri dari pikiran yang tidak jelas, aku harus bergegas pergi mandi untuk menjernihkan pikiranku.

Setelah pergi mandi, pikiran aneh dikepalaku tidak hilang sama sekali. Aku masih tetap memikirkan kejadian tadi.

Astaga, apa yang sedang terjadi padaku. Ia yang jelas - jelas berkata padaku untuk tidak jatuh cinta padanya dan dia berkata tidak akan jatuh cinta padaku. Lalu apa yang ia lakukan?!

Dari pada aku kalut dalam pikiran ku yang semakin liar, lebih baik aku tidur sejenak bukan? Lagipula semalam aku kurang tidur. Aku harus beristirahat agak kuat menghadapi tingkah aneh Jaehyung selanjutnya.

1 Jam

2 Jam

3 Jam

4 Jam

Tiba - tiba ponselku berbunyi, aku terbangun dari tidurku dan segera meraih ponselku yang berada dibawah bantalku.

"Hm? Halo? Siapa?"

"Keluarlah dari kamarmu, ini masih siang dan kau masih tertidur?" Aku tekejut, kini posisiku duduk diatas kasur.

"Ah aku kurang tidur semalam, masuklah kekamarku."

"Baiklah aku akan masuk." Tak lama Doyoung menampakkan dirinya dan duduk disebelahku. "Siang - siang begini kenapa masih tidur?"

"Aku kurang tidur semalam." Aku membaringkan tubuhku lagi diatas kasur yang super nyaman ini. Doyoung ikut berbaring disampingku.

"Ada apa? Apa si brengsek itu melakukan sesuatu padamu?"

"Oppa! Biar bagaimanapun ia adalah suamiku, tidak pantas bukan kau menyumpahi suami seseorang didepan istrinya." Aku tertawa.

"Hey? Kau kini membelanya?"

"Tidaaaak! aku hanya melakukan tugasnya sebagai istri."

"Haha benar juga." Doyoung membalikkan badannya menghadapku, ia mengelus kepala ku lembut. "Tidak kusangka saat ini kau sudah menjadi istri orang lain, meskipun suami mu itu tidak beres. Aku berharap kau selamanya menjadi adikku." Doyoung menatapku penuh arti, tetapi aku tidak memahami arti dari tatapannya itu.

"Tidak bisa begitu bukan? Kau juga harus menikah suatu saat nanti. Dengan wanita yang kau cinta, jangan seperti aku."

"Haruskah? Wanita yang aku cintai kini sudah bersama dengan lelaki lain meskipun aku tahu ia tidak bahagia."

"BENARKAH? SIAPA? KAU TIDAK PERNAH CERITA!" Aku cukup terkejut, suaraku sedikit meninggi. Bagaimana bisa Doyoung tidak menceritakan hal ini padaku sedangkan aku menceritakan segalanya padanya.

"Haha, sudahlah. Aku tidak ingin menceritakan ini. Biarkan ini menjadi rahasia oppa untuk sementara waktu."

"Aish, mengapa begitu oppa? Apa karena ia bersama orang lain saat ini? Bukan kah kata oppa ia tidak bahagia dengan seseorang saat ini? Kenapa tidak oppa rebut saja." Aku mengangguk - angguk sambil menatap Doyoung. Aku benar - benar penasaran siapa wanita itu.

"Tidak bisa, tapi apakah aku harus mencoba merebutnya?" Ia tersenyum sambil menatapku.

"Hmmm ent..."

"Bukankah tidak baik berada di kamar seorang wanita yang sudah bersuami?" Tiba - tiba sebuah suara memotong pembicaraanku. Aku tekejut dan segera memcari arah sumber suara, dan Jaehyun saat ini tengah berdiri didepan pintu kamarku menatapku dan Doyoung dengan tatapan sangat dingin. Aku segera merubah posisiku menjadi duduk.

"K-kau sudah kembali? Lebih cepat dari pada biasanya."

"Bukankah seharusnya tidak baik ada pria bersama dengan wanita yang sudah menikah, berduaan didalam satu kamar."

Baiklah aku membenci suasana ini, Doyoung segera bergegas bangun dan menghampiri Jaehyun.

"Kau lupa? Ia adikku."

"Kau bukan kakak kandungnya bukan? Berhentilah bersikap begitu pada istriku, aku yakin kau tahu mana yang pantas dilakukan dan tidak kan?" Keadaan semakin memanas, sebelum makin berlanjut aku harus segera melerai mereka.

"Ah sudahlah, Doyoung oppa, ayo aku antar kedepan." Aku berusaha menarik Doyoung. Tetapi tenaganya terlalu kuat.

"Kau jangan berlagak seperti suami yang baik."

"Kau jangan mencampuri urusan rumah tangga orang lain, urusi saja hidupmu dan ayahmu yang ...." Ucapan Jaehyun terhenti. Ia menatapku sekilas. "Sudahlah aku lelah, temui aku setelah kau kembali."

Aku mengerti maksud Jaehyun, aku disini untuk menebus kebaikan ayahku bukan? Hal yang hampir di ucapkan Jaehyun tidaklah menyakitkan untukku.

"Ayo oppa, aku antar." Aku tahu Doyoung marah, ia hanya diam selama aku mengantarnya ke mobil. Setelah mengantarnya, aku segera bergegas masuk dan menemui Jaehyun. Ia tengah berdiri mengahadap jendela, membelakangi aku.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"To the point saja, pertama aku tidak menyukai ia selalu pergi kemari dan melihat adegan bermesraan kalian berdua. Jadi suruh kakakmu itu berhenti datang kesini. Kedua, ada satu hal yang harus kau pertimbangkan baik - baik dan dengankan aku." Jaehyun membalikkan tubuhnya menghadapku, berjalan mendekat padaku.

"Tidakkah kau terlalu kasar pada kakakku? Biar bagaimanapun ia adalah kakakku."

"Aku tidak suka saat kau membantah kata - kataku" Jaehyun menatap mataku, dalam. Sangat terasa hawa disekitarku kini begitu sangat dingin.

"Lalu apa yang kedua?"

"Berikan aku bayi, pikirkan lah baik - baik soal ini. Jika kau siap, kita bersiap - siap untuk pergi liburan."

"Ba-bayi?"

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang