Bab 18

45.9K 2K 674
                                    

***


Mikail berdiri di depan mengantar Ayah nya menuju mobil yang akan mengantarkannya kembali ke rumahnya. Sedangkan di belakangnya berjejer Istri Istri nya yang juga mengantar kepulangan Tuan Al gusto.

Senyum bahagia menghiasi paras cantik mereka saat beberapa jam lalu Mikail menolak tegas keinginan Ayahnya agar menikahi Siska. Perempuan culas menyebalkan yang tentu saja tidak di sukai semua Istri Mikail.

Mikail menatap datar mobil yang membawa Ayahnya. Setelah itu Mikail berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Alhamdulillah kita tidak jadi mendapat anggota keluarga menyebalkan seperti itu! " Silvi mendesah lega dengan senyum senang.

"Lihat saja tingkahnya tadi. Benar benar minta di hajar! "

"Stt. Intan jaga bahasamu " Farah menegur Intan yang berbicara sedikit kasar.

"Maaf Mbak, habisnya aku senang karna Mas Mikail menolak perempuan itu "

"Permisi Mbak Devina ke kamar dulu! " pamit Devina dengan wajah sedikit murung dan tanpa menunggu jawaban Devina segera melesat menuju kamarnya.

Mikail menatap kepergian Devina dengan raut wajah datar. Tidak ada niatan untuk mengejar Istri mudanya itu.

Di kamar. Devina menutup pintu dan menguncinya. Tidak ingin siapapun Memasuki kamarnya dan mengganggunya yang sedang ingin sendiri.

Saat ini perasaannya campur aduk. Antara senang, sedih dan juga gelisah.

Devina senang karena Mikail menolak wanita itu namun di sisi lain Devina merasa sedih dan gelisah saat sadar kejadian ini mungkin bukan untuk yang terakhir kalinya. Jika tabiat ayah angkat Mikail sering menyodorkan wanita wanita cantik pada Mikail untuk di jadikan Istri berikutnya. Tidak menutup kemungkinan Tuan Al gusto akan melakukannya lagi, dan Devina tidak bisa memastikan bahwa lain kali Mikail akan menolak wanita yang di bawa ayah angkatnya.

Dan jika saat itu terjadi entah apa yang harus di lakukan Devina. Dia tidak akan sanggup.

Devina menunduk mengelus sayang di mana benih Mikail sedang tumbuh dalam rahimnya.

"Devina takut " gumam nya lirih dengan satu tetes air mata meluncur melewati pipi mulus nya.

Hari hari berikutnya suasana kediaman Mikail lebih harmonis dan berbahagia. Hingga beberapa Bulan kemudian kehamilan Devina sudah menginjak Bulan ke delapan.

Mikail lebih memperhatikan Devina dan juga calon buah hatinya. Walaupun dengan raut wajah datar namun Mikail sudah terbiasa memanjakan Devina.

Mereka sudah tidak sabar menyambut anggota keluarga baru yang akan menjadi penerus Bisnis Mikail kelak.

Seperti saat ini Mikail dengan telaten menyuapi Devina. Seperti di awal kehamilan Devina hanya bisa makan makanan dari tangan Mikail jika tidak Devina akan selalu memuntahkan makanannya. Hingga perlakuan itu menjadi rutinitas baru Mikail setiap hari, menyuapi Devina makan.

Rasa nyaman dan ketergantungan yang saat ini Devina rasakan terhadap Mikail membuatnya tidak bisa berjauhan dengan sang suami.

Perhatian dan sikap lembut Mikail perlahan membuat Devina tanpa sadar sudah menyerahkan hati nya pada mikail. Walaupun kata Cinta masih belum mampu terucap.

Devina memakan suapan terakhir. Perut nya terasa penuh, Mikail menyodorkan gelas minuman ke mulut Devina yang langsung di minumnya.

"Alhamdulillah kenyang " Devina mendesah pelan seraya mengusap perut buncitnya.

Beberapa menit kemudian Devina menutup mulutnya yang menguap lebar. Matanya menatap sayu, sudah bukan hal aneh bagi Mikail melihat tingkah Devina yang selalu mengantuk setelah perutnya terisi penuh.

"Tidurlah " bisik nya pelan mengusap lembut Puncak kepala Devina yang ditutupi khimar.

Tak butuh waktu lama bagi Devina untuk masuk ke alam mimpi.

Mikail menatap lekat wajah Devina yang tertidur damai. Wajah cantik yang berhasil memikatnya.

Tangan nya terulur mengelus pelan perut Devina. Senyum tipis tercetak jelas di bibir Mikail saat merasa pergerakan dari dalam perut Devina.

***

"Kita akhiri semuanya " Mikail berucap dingin.

"Apa maksudnya? " Silvi bertanya dengan nada tidak mengerti.

"Pernikahan ini "

"Mas bermaksud menceraikan kami? " Silvi menjawab cepat dengan nada tidak percaya

"Mas yakin? " Farah bertanya pelan. Namun ekspresi wajahnya menunjukan jika Farah kecewa dengan keputusan Mikail.

"Kenapa? " kali ini Intan yang berucap.

"Kami sudah bersikap baik pada Devina. " lanjut Tania

"Apa Devina yang meminta Mas menceraikan kami? " Silvi berkata dingin

"Suka atau tidak suka saya akan tetap menceraikan kalian. Tidak ada penolakan, setelah bercerai kalian boleh tinggal di rumah ini. Saya akan membawa Devina tinggal di kota. " tegas dan tidak terbantahkan, kalimat tegas Mikail seolah memperjelas bahwa d keputusannya tidak bisa ganggu gugat.

"Baiklah. Jika itu keputusan Mas " jawab Farah

"Mbak " Silvi berseru keras, tidak setuju dengan jawaban Farah.

Farah bergeming tidak menghiraukan protes Silvi.


End


😂😂😂😂

???? Masih mau lanjut kah???
Sedikit informasi kalau lanjut bakalan ada kejadian yang akan membuat hidup Mikail dan Devina hurt... 😁😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri ke 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang