Bab 12

22.7K 1.1K 66
                                    

***

  Devina tertunduk lesu di bawah ranjangnya.  Devina sangat sadar atas apa yang baru saja di ucapkannya adalah hal yang kejam dan tak tahu diri.  Apalagi hal itu di dengar oleh Farah yang notabenya adalah Istri pertama Mikail.  Demi apapun Devina sangat merasa bersalah pada Farah.

  Seharusnya Devina sadar akan posisi nya yang hanya Istri ke lima di keluarga ini.  Tak sepantasnya dia meminta hal yang mustahil di berikan Suaminya.  Walaupun, Hal itu mungkin saja tapi Devina tidak mungkin tega menyingkirkan keempat Istri Mikail yang sudah lebih awal menjadi Istri Mikail.

  Sedangkan Devina hanya anggota baru di keluarga ini. Yang seharusnya menyingkir adalah Devina sendiri.

Setelah ini Devina berencana menemui Farah dan meminta maaf atas ucapan Devina yang Farah dengar.  Semoga saja Farah bisa memaafkan sikap kekanakannya. 

Devina mengusap sisa airmatanya dan beranjak bangun untuk menemui Farah.

Perhatian Devina teralihkan oleh suara mobil terdengar dari halaman depan.  Dengan cepat Devina setengah berlari menuju pintu Utama dan menemukan semua Istri suaminya yang lain sedang berkumpul menyaksikan kepergian Mikail.

Dapat Devina lihat wajah mereka semua yang berurai air mata. Devina menghentikan langkahnya.

Silvi yang melihat kehadiran Devina merangsak maju dan mendorong tubuh Devina hingga mundur kebelakang.

"Teganya kau Devina.  Meminta Mas Mikail menceraikan kami " seru Silvi dengan kekecewaan sekaligus rasa marah. Matanya menyorot tajam Devina yang hanya menunduk takut.

"Silvi sudahlah " Intan berseru menghentikan usaha Silvi yang ingin melukai Devina.

"Kenapa Mbak Intan masih saja membelanya?  Tidakkah kalian membencinya karena meminta Mas Mikail menyingkirkan kita semua dari rumah ini! " Silvi menjerit marah.

"Silvi Jangan seperti ini.  Tenangkan diri kamu jangan bertindak gegabah "  Tania berkata tegas mencoba menghentikan aksi Silvi.

"Intan bawa Silvi ke kamar " Ujar Farah tanpa menatap Devina.  Setelah itu mereka pergi meninggalkan Devina sendiri mematung dengan tubuh gemetar.

"Mbak " Devina berucap lirih membuat langkah Farah terhenti sejenak.    "Maaf.-"

Devina mendesah lemah saat Farah mengacuhkan permintaan maafnya.

***

  Devina menuruni anak tangga dengan perlahan.  Sebenarnya Devina merasa enggan turun ke bawah untuk makan malam namun karena tidak ingin membuat masalah akhirnya Devina terpaksa turun ke lantai bawah untuk ikut makan malam.

Suasana di meja makan begitu hening dan mencekam.  Tidak ada sapaan hangat atau senyum manis dari ke empat Istri Mikail. Mereka duduk dalam diam tanpa menghiraukan kehadiran Devina. Devina duduk di kursi tempat biasa ia duduk di dekat Mikail.

Devina mulai melakukan rutinitas nya setiap kali makan dengan mengambilkan makanan untuk Mikail.  Dengan pandangan menunduk menghindari tatapan sinis yang dilayangkan Silvi Devina mencoba menyelesaikan tugasnya.

Setelah piring terisi penuh oleh makanan Devina menghidangkannya ke hadapan Mikail yang menatap lurus kedepan. Sama seperti sebelumnya wajah Mikail dingin tanpa ekspresi. Membuat Devina bertanya tanya apakah hanya ekspresi itu yang bisa di tampilkan Mikail?

  Setelah menghidangkan makanan pada suaminya Devina tidak langsung mengambil makanan untuknya.  Ia mengernyit saat merasa tidak berselera memakan makanan yang tersaji di meja makan.  Apalagi saat melihat Nasi,  rasanya Devina ingin muntah membayangkan Nasi itu masuk ke perutnya.

Istri ke 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang