Bab 10

22.7K 1.1K 45
                                    

Cerita ini jauh dari kata sempurna . Mohon maaf jika banyak kata yang salah atau beberapa adegan yang kurang tepat.  Mohon memberikan masukan kalian untuk cerita ini.

Hargai usaha penulis dengan memberikan vote serta Komentar  kalian tentang cerita ini.  Hatur nuhun..

     

                     ~HAPPY READING~

"Ayo minum dulu " Farah membantu Devina meminum Teh Mint yang baru saja di bawakan Tania.

"Gimana? Udah enakan? " tanya Tania yang duduk di samping Devina.

Devina mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Tania. Tubuhnya lemas saat ini,  mual yang menyiksa membuat tubuh nya tak bertenanga.  Syukurlah Teh Mint yang di buatkan Tania membantu meredakan rasa mual yang di derita Devina.

"Makan lagi ya buburnya.  Perut kamu kosong " ujar Farah

"Gak mau Mbak.  Perut Devina mual lagi kalau makan bubur " Devina menjawab lemas.

"Yasudah.  Kamu istirahat saja " setelah itu Farah membantu Devina berbaring kemudian menyelimutinya.

"Kamu istirahat ya.  Cepat sembuh " Tania mengusap pelan kepala Devina.  Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan kamar Devina.

***

Senyum Tania melebar setelah menutup pintu kamar Devina. " aku yakin banget Mbak kalau Devina lagi hamil " celetuk Tania dengan senyum sumringah.

"Semoga saja " jawab Farah

"Kita ceritain ini sama Mas Mikail " ajak Tania yang langsung di angguki Farah.

***

  Tengah hari Devina baru bangun dari tempat tidurnya.  Perut nya yang kosong minta diisi.  Menghela nafas Devina segera beranjak turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar untuk mencari makanan.

Kerutan tipis tercetak samar di dahinya saat melihat rumah lenggang dan tidak ada satupun orang disini.

"Kemana mereka? " gumamnya pelan

Tak mau ambil pusing Devina kembali melanjutkan perjalanannya ke dapur. Di dapur Devina membuka Kulkas dan menemukan beberapa lembar roti tawar  juga selai kacang.

Devina mengambilnya dan berencana membuat roti bakar.  Dan segelas susu hangat untuk mengganjal perutnya.

Setelah makanan nya jadi Devina segera melahap nya dengan khidmat.  Terakhir Devina meminum susu nya dan mendesah nikmat saat perutnya terasa penuh dan tubuhnya lebih segar.

Devina celingak celinguk mencari keberadaan orang orang yang belum kelihatan sedari tadi.

Devina enggan kembali ke kamarnya.  Jadi dia memutuskan untuk berkeliling sekitar rumah sambil mencari keberadaan semua orang.

Beberapa menit berkeliling Devina berakhir di hadapan sebuah pintu coklat dengan ukiran Indah di setiap celahnya. Pintu yang belum pernah Devina buka.

Samar sama Devina mendengar suara beberapa orang yang sedang berdebat.  Dengan rasa penasaran yang tinggi Devina memberanikan membuka pintu itu yang kebetulan tidak terkunci.

Devina membuka sedikit dan mengintip dari celah pintu.  Matanya melebar saat melihat Mikail yang sedang menindih Silvi di atas ranjang besar.  Dan lebih mengejutkannya lagi disana juga ada Farah,  Tania dan Intan yang duduk di sisi ranjang melihat Mikail yang sedang menindih Silvi.

Jantung nya berdebar cepat melihat adegan itu.  Nafasnya seolah terasa sesak dan mulutnya menganga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Devina membekap mulutnya menghentikan suara apa saja yang bisa keluar dari mulutnya.  Devina mundur perlahan dan berlari menjauhi ruangan terkutuk itu.

"Gila.. Gila " gumamnya sambil terus berlari ke luar dari rumah.  Langkahnya terus menuntunnya ke perkebunan Teh yang terbentang luas.  Devina butuh udara segar untuk menjernihkan otak nya akibat pemandangan gila yang dilihatnya tadi.

Setelah merasa cukup jauh dari rumah Mikail Devina merosot jatuh ke tanah dan menangis terisak disana. 

"Hiks..  Apa mereka sering melakukan itu? "

"Devina tahu mereka suami Istri tapi Devina jijik melihatnya" Devina terisak hebat saat membayangkan dirinya nanti juga akan berada di posisi itu. Digilir suaminya bergantian dengan istri nya yang lain.

"Devina gak mau! " teriaknya tertahan

"Hiks..  Hiks.. "

"Gak perlu nangis " suara bernada berat itu terdengar dari sampingnya.

Dengan sesegukan Devina menoleh dan menemukan Revano yang duduk bersandar pada sebuah pohon.

"Kamu -"

Devina berdiri dan berjalan menghampiri Revano setelah itu duduk di sampingnya.

"Ini " Revano menyerahkan sebuah sapu tangan ke arahnya.

Devina menatap heran sapu tangan yang di berikan Revano.

"Bersihin tuh ingus lo"

Dengan enggan Devina menerima sapu tangan itu dan membersihkan ingus nya.
Suara Devina saat mengeluarkan ingus tidak membuat Revano jijik.

"Ini " Devina mengembalikan sapu tangan Revano yang sudah ternoda ingusnya.

"Buat lo aja! "

"Makasih "

Revano mengambil gitar yang tadi ia simpan di sampingnya.

Tanyakan hatiku pada siapa
Dia kan labuhkan segala rasa
Mencari cari dan aku menanti
Temukan teman sejati

Gelisah jiwa bergetar penuh rindu
Dan bertanya dia kah bagian hidupku
Mencari cari dan aku menanti
Temukan teman sejati

Pengharapan ku
Bagaikan samudra yang terdalam
Sedalam laut kalbu gelisah rinduku kepadamu.

Devina tertegun mendengarkan Suara Revano yang menyanyikan sebuah lagu. Sambil memetik senar gitarnya Revano terlihat begitu piawai memainkan nada pada gitarnya.

"Itu lagu siapa? " Devina bertanya pelan

"Suby Ina "

"Oh "

"Mereka sepasang suami istri.  Yang selalu duet nyanyiin lagu romantis "

"Oh yah"

Revano mengangguk pelan.  " gue berharap kelak bisa berduet sama pasangan gue "

"Nyanyiin lagu romantis? "

"Ya "

Setelah itu mereka mengobrol dan Devina seolah lupa akan kesedihannya.  Bersama Revano membuatnya tertawa lepas dan nyaman.

NEXT BAB 11


  Sikit dulu yah.  Yang penting cepet Next nya..  😁😁😁

Istri ke 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang