5. Hingga Maut Menjemput

202 14 0
                                    

"Pangeran.. Eric?"

Cowok itu tersenyum geli memandangi pose Fairi yang kaki kanannya sudah di dalam kereta sementara kaki kirinya masih belum naik. Dan gak ketinggalan dalam keadaan terdiam beku memandanginya.

"Naiklah." ia menunjuk ke kursi di hadapannya.

Masih dalam keadaan bingung, Fairi menurut dan duduk manis. Eric memerintahkan kepada kusir di depannya untuk jalan. Setelah beberapa saat kereta mereka bergerak, cowok itu baru melanjutkan sambutannya.

Ia memandang Fairi masih dengan senyumannya yang charming.

"Maafkan aku karena sepertinya membuatmu kaget. Aku senang kita bisa bertemu kembali."

Fairi hanya bisa menggeleng, nggak yakin suaranya bakal keluar.

Cewek itu merasa canggung banget di hadapan Eric. Fairi bisa menyebutkan tiga alasan utamanya:

Pertama, karena dia masih belum bisa menjelaskan efek sentuhan cowok itu yang bisa bikin kulitnya terbakar. Bukan lagi sensasi elektrik (emang obat nyamuk?!) kayak di novel-novel cewek, tapi beneran kayak kesundut api.
Not so nice feeling.

Kedua, karena cowok ini sering banget tersenyum. Bikin siapapun salting.

Ketiga, simply karena dia ganteng.

"Seharusnya Quentine yang menjemputmu, tapi berhubung dia sedang ada urusan dengan raja, dan aku kebetulan baru saja tiba di Ibukota, maka aku mengajukan diri menjemputmu."

"Kau tidak perlu repot-repot, Pangeran.."

"Anggap saja permintaan maafku karena tidak bisa menyambut rombongan Moonlight tempo hari di Istana. Ada urusan yang baru selesai kemarin sore. Dan lagi..." dia terdiam sebentar, sebelum mendekatkan wajahnya ke telinga Fairi,

"Panggil saja aku Eric."

Kulit mereka tidak bersentuhan, tapi cewek itu merasakan wajahnya tiba-tiba menghangat.

Dan... alasan lainnya untuk membuat suasana makin canggung.

~**~

Sebelum mengucapkan perpisahan di depan lorong yang memisahkan tempatnya dan Quentine, Eric memberikan Fairi sebuah suvenir yang dibelinya di Kerajaan Utara; sebuah kalung emas putih dengan liontin berlian biru berbentuk beruang kutub.

Menurut kepercayaan penduduk setempat, beruang kutub disimbolkan sebagai keberanian dan keselamatan.

"Terima kasih Eric, ini sangat indah.." ujar cewek itu jujur sambil memandang takjub. Baru kali ini ada yang memberikannya perhiasan.

Lagi, cowok itu tersenyum, kali ini sambil melirik tangan Fairi yang memegang liontin, "Lain kali akan kubelikan perhiasan lainnya untukmu."

Sebelum cewek itu sempat menolak, ia menambahkan, "Dan aku tidak menerima kata tidak." ujarnya sambil berlalu, tak lupa tangannya menyentuh lembut pipi Fairi. Meninggalkan cewek itu dengan mulut menganga sebelum darahnya berkumpul di wajahnya, membuatnya merasa panas, lagi.

Sebentar.. tapi kenapa tidak ada lagi sensasi rasa terbakar padahal kulit mereka bersentuhan?

Bagaimana bisa?

~**~

Ruang kerja Quentine dua kali lipat luasnya daripada ruangan Professor Jane. Kursi beludru krem dan meja besar bertaplak senada ada di sisi kanan, sementara deretan sofa berwarna hitam ada di sisi kiri ruangan, dengan selimut bulu marun di atasnya. Ada perapian di sudut yang membuat ruangan tetap hangat. Deretan lemari buku dan arsip berjajar di setiap sisi, menyisakan ruang kosong hanya di tengah.

FAIRI: Menara Langit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang