Kereta kuda Quentine melaju menembus hutan dan melewati beberapa desa sebelum akhirnya tiba di sebuah tempat dimana penduduknya nampak sangat sibuk. Hampir sebagian besar rumah di sana masih dalam proses pembangunan. Kayu-kayu yang didapat dari hutan diserut dan dijadikan tiang-tiang bangunan. Dari anak-anak hingga para orang tua bekerja membangun lagi desa mereka. Sisa kebakaran hanya tampak pada sisa-sisa puing bangunan yang dikumpulkan pada sebuah sudut.
"Yang Mulia Pangeran Quentine tiba!"
Dalam sekejap semua berkumpul, berlutut dan sujud.
Ares yang pertama kali turun dari kereta, melihat keadaan sekitar dan mengecek keamanan, sebelum akhirnya mempersilahkan Quentine keluar.
"Selamat datang di desa kami, Pangeran. Maafkan keadaannya seperti ini. Kami masih terus berbenah agar dapat melanjutkan hidup kami. Semoga hal ini tidak membuat Pangeran menjadi tidak kerasan di sini."
Kepala desa yang rambutnya sudah memutih semua menyambutnya dengan wajah pasrah. Ia dan penduduk desa tidak menyangka kekeringan yang melanda mereka tahun ini begitu parah hingga memicu kebakaran hutan dan merembet ke desa mereka. Tak dapat diragukan lagi, tidak akan ada pajak atas desa mereka yang bisa ditarik. Kepala desa hanya berharap kerajaan tidak akan murka pada mereka.
"Aku datang atas perintah Raja, untuk memberikan sedikit bantuan. Semoga ini cukup untuk membantu meringankan beban seluruh penduduk desa. Masalah pajak tidak perlu dikhawatirkan. Raja berpesan agar desa ini fokus untuk membangun terlebih dahulu."
"Terima kasih Pangeran!"
"Hidup Raja, hidup pangeran!"
Semua penduduk berseru gembira, memuji kebijaksanaan raja dan pangeran mereka. Quentine tersenyum, senyum wibawa yang jauh dari kesan bandel seperti yang selama ini ia tunjukkan pada Fairi.
Beberapa jam setelahnya dihabiskan rombongan kerajaan itu dengan ikut membantu proses pembangunan desa. Para pengawal diberdayakan. Ares dan Fairi mendampingi tuan mereka di dalam tempat kepala desa, merancang pembangunan desa.
"Kami bermaksud membangun tembok di sebelah barat, Pangeran, mengantisipasi pasukan Koll yang beberapa kali datang ke sini dan meminta hasil desa kami."
"Koll? Bukankah kita sudah punya perjanjian damai dengan mereka?"
"Benar yang mulia, tapi entah kenapa belakangan ini mereka melintasi perbatasan dan singgah di sini. Mereka tidak membuat onar, tapi hanya meminta beberapa makanan sebagai bekal."
Quentine memandang Ares, meminta penjelasan.
"Perjanjian yang kita bicarakan sudah hampir selesai. Saat ini pasukan yang mulia raja sedang menuju ke sana untuk membicarakan perpanjangannya."
"Jadi agenda kunjungan Raja setelah ke kerajaan Barat adalah ke Desa Koll?"
"Sepertinya begitu, Q."
Desa Koll merupakan sebuah desa di kerajaan barat yang berbatasan dengan desa yang sedang mereka kunjungi. Desa itu terkenal sebagai desa bandit, dengan Koll sebagai sebutan untuk ketuanya.
Lima tahun lalu, Raja Edmund telah berhasil membuat Perjanjian dengan Desa Koll agar tidak saling mengganggu. Namun kini setelah perjanjian itu hampir kadaluarsa, pasukan mereka mulai mengganggu kedamaian lagi. Kerajaan Barat sendiri terkenal acuh kepada desa-desa yang bermasalah, selama pasukan bandit itu tidak mengganggu kerajaan.
"Ares, perintahkan para pengawal untuk beristirahat. KIta akan kembali ke istana besok pagi."
"Baik, Q."
Malam telah menjelang, dan Fairi dipersilahkan menempati salah satu kamar di rumah kepala desa. Malam di sini tak jauh beda dengan di Moonlight; bintang-bintang terlihat jelas dan suara hewan begitu nyaring bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI: Menara Langit ✔
FantasyFairi, gadis pengendali air dengan rambut semerah rubah dan mata hijaunya yang khas. Ia berjuang bersama teman-temannya melawan pemberontakan di negerinya; menjadi pengawal seorang pangeran playboy, serta jatuh hati dengan lelaki bermata abu. Belum...