Sebagian area hutan terbakar, dan
Hewan-hewan yang pingsan terkena asap tampak dalam kondisi aneh; meskipun mata mereka terbuka dengan denyut jantung yang normal serta nafas masih ada, para hewan itu tak bisa bergerak. Seperti terhipnotis.
Demi memadamkan api, Fairi mendatangkan air dari sungai, menyebarnya sebagai hujan. Sementara itu, Quinn dan Derek menolong hewan-hewan yang masih terjepit pepohonan.
"Aku belum bisa berkomunikasi dengan mereka," suara Quinn terdengar putus asa sembari memandangi seekor anak rusa yang ada di pangkuannya, "seakan mereka sedang dalam kondisi trans, terhipnotis. Pasti ada sesuatu yang membuat mereka seperti ini, dan aku yakin ini bukan kebakaran hutan biasa."
"Mungkin para pemberontak ada hubungannya dengan ini?" Derek berhasil membuat sadar seekor kura-kura yang tergeletak, kini hewan malang itu sudah mulai berjalan.
"Mungkin. Tapi apa yang mereka dapatkan dengan membuat kondisi seperti ini?"
Cowok itu tak punya jawaban dan hanya melanjutkan menolong beberapa hewan kecil lainnya yang relatif lebih mudah untuk dibuat sadar ketimbang hewan-hewan besar.
Sementara itu, Fairi sedang memeriksa semak-semak. Tampaknya semua api sudah padam dan asapnya pun perlahan memudar. Matanya masih menelusuri deretan rumpun bunga liar yang hampir semuanya hangus ketika sesuatu menarik perhatiannya;
Sebuah bulu berwarna merah emas jatuh dari atas pohon.
Sontak ia menengadah, namun yang didapatkannya hanyalah daun-daun yang bergoyang, tanda bahwa sesuatu baru saja pergi. Mungkinkah ini bulu seekor burung? Cewek itu mengamatinya dengan seksama.
"Ayah!"
Mendengar suara Quinn, Fairi langsung berbalik dan menghampiri sahabatnya. Dilihatnya seorang lelaki paruh baya sedang dipeluk oleh Quinn. Keadaannya sepertinya baik-baik saja, hanya wajahnya yang menunjukkan bahwa ia sedang gusar.
"..dan pengendali angin itu pergi meninggalkan hutan yang terbakar." keluhnya.
"Tapi kenapa ayah sendirian? Bukankah untuk patroli hutan biasanya dibentuk tim?"
"Ini bukan patroli. Ayah hanya ingin mengecek sesuatu."
Benjamin baru merasakan kehadiran Fairi setelah cewek itu berdiri di samping Quinn dan mengangguk kepadanya. Lelaki itu melihat emblem kerajaan di pakaiannya.
"Ada kabar apa dari istana?"
"Raja memerintahkan agar Tuan mengumpulkan seluruh pengendali yang loyal kepada kerajaan untuk mengadakan pertemuan. Untuk tempat dan waktunya akan diberitahukan kemudian."
Benjamin menghela nafas, tidak bisa melanggar perintah seorang raja kepadanya, "Baiklah," ujarnya pendek.
Usai memastikan keadaan hutan dan penghuninya, rombongan itu bergerak kembali ke Kementerian untuk melaporkan situasi kepada sang menteri. Benjamin sedang di dalam hutan dan memeriksa kebakaran kecil yang terjadi saat ia berhadapan dengan salah seorang pemberontak pengendali angin. Pemberontak itu menghembuskan angin yang membuat api menyebar semakin cepat, dan kemudian kabur. Lelaki itu berusaha menangkap si pemberontak meski akhirnya ia hilang tertelan asap.
"Saat api masih menyala, hewan-hewan itu sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri, seperti terhipnotis."
Mereka sampai di sebuah persimpangan dan Fairi menghentikan laju kudanya, "aku akan langsung kembali ke istana untuk melaporkan kepada raja. Sampai nanti, Tuan Benjamin, Quinn dan Derek."
"Hati-hati, Fai!" seru Quinn, dan mereka pun berpisah. Hanya saja, cewek pengendali air itu tidak melanjutkan perjalanannya ke istana, melainkan kembali ke arah hutan. Ia ingin memastikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI: Menara Langit ✔
FantasyFairi, gadis pengendali air dengan rambut semerah rubah dan mata hijaunya yang khas. Ia berjuang bersama teman-temannya melawan pemberontakan di negerinya; menjadi pengawal seorang pangeran playboy, serta jatuh hati dengan lelaki bermata abu. Belum...