8. Kau Terluka

166 19 2
                                    

Q, kau memanggilku?

Fairi duduk di sofa, sementara sang pangeran masih mengunyah rotinya sambil membaca sesuatu. "Hmm..." jawabnya sambil memberi isyarat menunggu dengan telunjuknya.

Cewek itu menunggu. Ini kali kedua dia berada dalam ruang kerja Quentine. Kadang ia masih tak percaya cowok ini bisa menjalankan tugasnya dengan serius.

"Aku ingin kamu menemaniku ke pasar. Hari ini hari terakhir festival tahunan, semua pedagang dari berbagai negara akan datang."

"Kali ini kamu mau membeli hadiah untuk Lady siapa lagi, Q?"

Quentine nyengir, dan hanya menjawab nanti kamu juga akan tahu sambil memerintahkan Fairi menyiapkan kuda. Mereka akan menyamar sebagai rakyat biasa.

Pasar pada waktu festival memang super rame, berkali lipat jumlah pedagang dan pembelinya daripada hari biasa. Barang-barang yang tak pernah terlihat, kini dijual. Pakaian-pakaian dengan kain yang bagus dan model bermacam-macam dari Negara Timur berjejer di toko-toko bagian depan, ramai dikerumuni pembeli. Setelah itu ada berbagai makanan dan hasil pertanian dari negara mereka sendiri, perhiasan-perhiasan dengan batu hias yang super cantik dari negara utara, serta berbagai jenis kayu hasil hutan dan ukirannya dari negara barat. Semua dijual dengan harga super murah.

Mereka singgah di sebuah toko perhiasan yang menjual beraneka macam batu cantik dengan berbagai bentuk. Fairi mengernyit, tanpa sadar matanya menelusuri semua liontin kalung yang dijual, namun tidak ada yang berbentuk beruang kutub seperti yang Eric berikan padanya. Entah kenapa ia merasa sedikit senang karena ternyata hadiah yang diterimanya agak spesial.

"Kamu mau sesuatu, Fai?" suara Quentin membuatnya kaget. Sang Pangeran sudah berdiri di sampingnya, tangannya memegang beberapa kalung, gelang, dan cincin. Fairi yakin ia akan memberikannya kepada semua gadis yang berbeda pada pesta yang akan diselenggarakan kerajaan minggu ini.

"Enggak. Itu sudah semua, Q?"

"Aku akan belikan kamu sesuatu, anggap saja hadiah karena sudah menemaniku." Quentine bersikeras meskipun cewek itu sudah menolak. Diambilnya sebuah cincin emas dengan batu Citrine yang cantik.

"Ah, cincin itu memang sangat pas untuk diberikan kepada kekasih!" sang pedagang memberi pujian. Quentine dan Fairi hanya saling bertukar pandang, nggak ingin menjelaskan bahwa ia salah mengerti.

"Semenjak Koll dibuat berlutut oleh Kerajaan Selatan, banyak barang bagus datang dari Utara. Tadinya mereka takut untuk membawa barang banyak, kini tidak lagi. Semua perdagangan menjadi lancar." ujarnya lagi sambil membungkus belanjaan Quentine.

"Tapi tetap memakan waktu untuk melewati jalur perbatasan. Biasanya kami lewat hutan Barat, tapi akhir-akhir ini tidak aman. Para pemberontak tidak beda dengan bandit, mereka mengambil semua barang dagangan. Mereka juga tidak segan membunuh."

Quentine dan Fairi mengucapkan terima kasih dan memacu kuda mereka kembali ke istana.

"Kenapa Raja belum juga menumpas mereka, Q?"

"Mereka..." Quentine terdiam sebentar, memandangi lembah hijau di sisi jalan, "mereka bukan orang biasa, Fai.."

Fairi menyimak, kuda mereka kini berjalan perlahan.

"Pernah satu kali kita menyerbu mereka di hutan barat, namun saat itu kita menderita kekalahan. Hampir semua prajurit tewas. Secara jumlah, kita jelas menang, tapi secara kemampuan, kita belum bisa menandingi mereka.

"Sekelompok orang dari pasukan mereka, yang dipanggil Elite, adalah orang-orang yang memiliki kemampuan pengendalian. Dan bukan level biasa, tapi sudah sangat ahli.. Anggap saja seperti Caden dan Professor Jane, tapi versi kriminalnya."

FAIRI: Menara Langit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang