Setelah insiden penyerangan oleh para pemberontak di dekat Hutan Barat, pengawalan kepada Raja dan anggota kerajaan lainnya diperketat. Raja Edmund segera mengadakam rapat tertutup dengan para menteri dan jenderal membahas strategi penumpasan. Para pangeran dan putri juga diikutkan rapat untuk mengetahui kondisi genting saat ini.
Ada isu para pemberontak mulai bergerak ke arah selatan dan mulai bersatu menggalang kekuatan setelah sebelumnya terpecah menjadi kubu hutan dan laut. Hutan dikuasai oleh para ahli pedang, sedangkan laut oleh para pengendali, tim Elite.
"Raja ingin kita mengumpulkan para pengendali yang ada di istana dan kementerian untuk membantu melawan pemberontak." ujar Quentine sambil menggosok matanya yang lelah. Rapat kali ini berlangsung dari siang hingga larut malam, dengan tugas yang telah dibagi-bagi ke masing-masing peserta rapat. Lumayan menguras energi.
"Ares dan aku akan pergi ke Barat besok pagi untuk menemui Ratu Julia, semoga mereka mau membantu kita. Dan kamu, Fai, akan pergi ke kementerian lingkungan hidup untuk bertemu dengan Benjamin."
Benjamin adalah pengendali hewan dan salah seorang pejabat di kementerian itu, dia juga memiliki koneksi dengan para pengendali di kementerian lainnya. Raja percaya ayah Quinn itu dapat mengumpulkan para pengendali dan membantu kerajaan melawan pemberontak.
"Baiklah. Selamat tidur, Q."
"Ah, tunggu.. ini cincin yang waktu itu kita beli di bazaar. Aku hampir lupa untuk memberikannya padamu." Quentine memberikannya cincin dengan permata warna kuning, yang entah bagaimana cocok banget dengan imej sang pangeran berambut pirang itu.
Fairi memandangi cincin yang baru diterimanya sambil menggelengkan kepalanya. Ia hampir lupa Quentine pernah membelikannya untuknya. Mengingatkannya lagi pada pesta yang akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Tapi dengan keadaan seperti ini apakah pesta itu tetap akan dilangsungkan? Tapi mungkin Quentine adalah orang yang paling berharap acara itu akan tetap ada, mengingat ia telah membeli banyak perhiasan.
Dasar pangeran playboy!
Terdengar suara seseorang berdehem, suara yang begitu dikenal Fairi. Cewek itu langsung mengangkat kepalanya dan berhadapan langsung dengan Eric. Sang pangeran memandangnya dengan agak salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya sementara Fairi masih memperhatikannya dengan seksama. Apa cowok ini masih mau main petak umpet dengannya atau mereka akan mengobrol lagi seperti biasa?
"Hei, Fairi. Belum tidur?" sapa Eric akhirnya berusaha mencairkan suasana aneh di antara mereka.
"Hai, Eric." jawab cewek itu sambil masih memperhatikannya, "Aku tadi minum kopi sambil menunggu Quentine, mungkin butuh beberapa jam sebelum efek kafeinnya hilang."
Cowok itu mengangguk, memasukkan tangannya ke dalam saku sebelum bertanya lagi, "mau jalan-jalan sebentar denganku?"
Mereka masih di depan pintu ruang kerja Quentine dan Fairi awalnya mengira Eric akan masuk dan bicara sesuatu dengan adiknya itu. Menyadari tatapan bingung Fairi, sang pangeran kembali berdehem, "tadinya aku mau menanyakan sesuatu tentang Negara Barat, tapi besok saja sebelum Quentine berangkat. Jadi..?"
Cewek itu mengangguk, menerima ajakannya, lagipula Fairi yakin dia tidak akan tertidur sampai 3 jam ke depan. Mungkin berjalan sebentar bisa membuatnya mengantuk, meskipun ia ragu kalau menjalaninya dengan Eric. Mungkin yang ada malah ia nggak bisa tidur semalaman. Saat ini saja jantungnya mulai berdesir aneh. Atau mungkin itu cuma efek samping lainnya dari kopi.
Eric kembali membuka pembicaraan dengan pertanyaan-pertanyaan ringan mulai dari kabar cewek itu, bagaimana kehidupan di istana, apa ia pernah ke bazaar, hingga mereka tiba di sebuah tanah lapang berumput pendek yang belum pernah dikunjungi Fairi. Tempat itu berada di balik gudang makanan ternak, tersembunyi dari pandangan. Tampaknya tidak banyak orang yang datang kesitu karena rumput-rumput dan tanaman yang tumbuh di sana tumbuh liar sesuka hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI: Menara Langit ✔
FantasyFairi, gadis pengendali air dengan rambut semerah rubah dan mata hijaunya yang khas. Ia berjuang bersama teman-temannya melawan pemberontakan di negerinya; menjadi pengawal seorang pangeran playboy, serta jatuh hati dengan lelaki bermata abu. Belum...