Keesokan harinya, Riana sedang mengabsen.
"David Yudawan..."
"Hadir"
"Desi Sulistia..."
"Hadir"
"Erik Yudawan..."
Hening, tak ada jawaban.
"Erik mana? Gak masuk lagi?", tanya Riana kepada seluruh temannya.
Begitu menoleh semua temannya hanya menjawab dengan bahu terangkat, menandakan bahwa mereka tidak tahu.
"Ada yang tau gak Erik kemana? Dia udah gak masuk dari awal kita masuk kelas XI"
Tanya Riana lagi-lagi. Namun temannya tetap menjawab dengan hal serupa. Bahu terangkat dengan bibir terbungkam. Sebenarnya Riana heran kenapa mereka tidak ingin bicara. Padahal tadi sangat berisik.
Memang ada satu murid laki-laki bernama Erik yang dari awal masuk kelas XI dia tak turut menghadiri kelas. Bahkan Riana sendiripun tidak tahu wajah Erik dan tak mengenalnya. Ini sudah 2 minggu Erik tak sekolah. Jika sudah minggu ke-3, dia bisa saja di keluarkan dari sekolah. Sebagai ketua kelas Riana tidak bisa diam saja. Jika ia tahu tentang Erik, ia juga akan menanyakan pada Erik alasannya tak masuk sekolah meski harus menghampiri ke rumahnya. Tapi sayangnya ia tidak tahu. Dan teman-temannya yang sempat mengenalnya malah tidak ingin memberitahunya.
David yang memperhatikan kebingungan Riana, mulai mengembangkan senyum miringnya. Sebenarnya ini semua adalah ulahnya lagi. Meminta semua teman sekelasnya untuk 'tidak bicara' dengan Riana. Dan rencana keduanya telah berhasil.
Di lain hari, begitu Riana dan Kelvin baru sampai dan berjalan di kooridor menuju kekelas, David dan teman-temannya langsung menghadang mereka.
"Uh... Si Culun udah dateng", ledeknya seraya memainkan kepangan rambut Riana.
Riana hanya terdiam. Ia memang sudah menantang David, tapi sepertinya David malah akan semakin menjadi jika Riana kembali menghakiminya. Mungkin dengan berdiam diri saja adalah cara terbaik. Lama-lama David akan bosan tuk membullynya. Ya, semoga saja.
"Mau kemana? Kekelas ya? Yaudah gih"
David telah mempersilahkan mereka untuk lewat. Merekapun kembali berjalan. Baru saja Riana berfikir, 'tumben baik', tiba-tiba saja David memajukan sebelah kakinya dan membuat Riana tersandung. Riana terkejut begitu dirinya setengah melayang kedepan. Ia tersungkur, lututnya mengenai lantai terlebih dulu dengan keras. David itu benar-benar membuat kesabaran Riana habis. Riana menyesal telah mengatai David baik dalam hatinya tadi. Ia menarik kata-kataya lagi.
Masih dalam posisi tersungkur, Riana menatap David dengan ratapan marah. Kedua tangannya yang tertumpu di lantai telah terkepal seolah ingin segera melayangkan tinju keras kearah wajah David. Tadinya ia sangat ingin sabar. Namun apa yang David lakukan benar-benar keterlaluan.
Riana bangkit dan mengusap rok bagian depan yang kotor. Begitu ingin mengusap lutut, ia baru sadar jika lututnya berdarah. Di pelototinya lagi David, kemudian ada beberapa gadis yang memperhatikan David dengan bilang...
"Ah... David ganteng banget sih. Kayak pangeran", ucap salah satu gadis itu dengan nada yang tidak terlalu keras tapi berhasil didengar oleh beberapa orang di sana. Termasuk David dan Riana.
David tersenyum pada gadis itu. Seakan senyumnya menyiratkan ucapan terimakasih. Gadis itu berteriak gemas dengan teman-temannya. Sedangkan Riana tertawa geli, membuat David kembali melihat kearahnya dengan bingung.
"Hah! Pangeran? Pangeran apaan yang tega nyakitin perempuan? Adanya juga banci!", kata Riana yang masih terlarut dalam tawanya.
Semua terbelalak begitu mendengar ucapan yang langsung keluar dari mulut Riana. Tentu saja David merasa tersindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change For Love(True)
RomanceTentang seorang gadis bernama Riana yang menjadi bahan bullying David di sekolahnya. Kemudian ia bertemu dengan Erik, ketua gang preman yang menyelamatkannya. Riana mulai menyukai Erik, sayangnya Erik tidak akan menyukainya lantaran penampilan culun...