Keluarga

27 6 0
                                    

   Riana pulang dengan perasaan kesal. Pintu di tutupnya dengan keras. Ayahnya yang sedari tadi memperhatikan tingkahnya mulai bertanya.

"Kamu kenapa? Kesel banget kayaknya?"

   Riana terdiam. Tasnya sampai jatuh kelantai karena ia merasa tak fokus. Perasaannya hanya fokus pada amarah. Bahkan ia malas untuk mengambil tasnya lagi. Ia menghela kasar.

"Gakpapa kok", jawabnya seraya memaksakan senyumnya.

"Sini...", pinta Panji (ayah Riana) seraya melambai-lambaikan tangannya dari sofa.

   Dengan malas Riana menghampirinya.

"Duduk..", pinta Panji lagi.

   Gadis itu kembali menghela kasar seraya mendudukkan bokongnya di sofa, tepat di samping Panji. Panji menatap wajah kesal itu dengan jarak dekat. Seolah sedang membaca.

"Boong. Jelas-jelas kamu marah", tukas Panji yang lebih hafal selak-beluk anaknya.

"Kenapa? Cerita dong jangan diem aja"

   Riana masih cemberut. Bibirnya terkunci rapat-rapat dengan wajah lesuhnya.

"Kamu marahan ya sama Kelvin?", tebak Panji.

   Riana menggeleng dengan bibir yang masih terbungkam.

"Terus apa dong? Kamu punya cowok dan cowok kamu selingkuh?", tebaknya lagi.

"Ih ayah..kok kesitu-situ sih? Ayah kan tau aku gak mau pacaran", ketus Riana sebal.

"Lah kenapa? Ayah gak pernah larang kamu pacaran kok. Kalo mau pacaran mah pacaran aja. Bawa dia kerumah. Kenalin sama ayah", kata Panji.

"Ayah.. aku gak lagi pacaran dan gak mau pacaran. Aku juga gak lagi marahan sama Kelvin", jelas Riana.

"Ya terus apa?", tanya Panji yang penasaran luar binasa.

"Serius ayah mau tau?", pancing Riana.

   Panji mengangguk gemas. Matanya berbinar-binar dan bibirnya manyun. Persis seperti balita yang ingin balon. Terkadang Riana heran dengan sikap ayahnya yang sepertinya lupa umur. Hal itu membuat kesal Riana mereda. Ia malah tersenyum. Wajahnya kembali ceria. Wajah ayahnya benar-benar menggemaskan. Entahlah. Kenapa wajah itu bisa terpasang di wajah Panji yang sudah berusia 37 tahun. Panji adalah mood boosternya saat dirumah. Bukannya cerita, Riana lebih memilih untuk mencubit pipi ayahnya.

"Ahkk!", pekik Panji begitu sebuah cubitan gemas menyambar pipinya.

"Ihh.. gemez..."

"Sakit tau", protes Panji seraya mengelus pipi sehabis dicubit.

"Ayah kan minta kamu buat cerita. Tapi malah jail ya. Nih rasain"

   Giliran Panji untuk membalas perbuatan Riana. Dia mencubit pipi Riana dengan kedua tangannya hingga kedua pipinya memerah.

"Ahk! Sakit!"

》》》

"Selamat sore"

   Wanita separuh baya itu berjalan melewati para karyawan yang menunduk 90°. Dia sangat dihormati dan di sanjungi. Karirnya besar dan merupakan direktur dari beberapa perusahaan ternama. Dia adalah Resti, ibunya David. Setelah selesai bekerja dia sempatkan pulang ke rumah untuk beristirahat. Sudah 3 hari penuh dia tak pulang. Bahkan untuk tidurpun dia harus menginap di kantor. Hanya 7 jam dalam 3 hari dia menutup matanya hanya untuk beristirahat. Selain itu matanya dikhususkan untuk bekerja.

   Di depan pintu rumah, suara bising mulai terdengar. Entah suara TV dengan volume tinggi, atau suara ketiga anak remaja yang sedang bercanda di ruang tamu. Suara-suara itu bercampur aduk membuat suasana runyam seketika. Benar-benar menganggu dan membuat kepalanya semakin pusing.

Change For Love(True)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang