Bagai deja vu, Jaemin terkejut saat seseorang tiba-tiba memojokkan tubuhnya kedalam salah satu bilik kamar mandi. Yang menjadi pembeda dari waktu yang lalu adalah bukan lagi lumatan memabukkan yang didapatnya melainkan pelukan hangat.
Jaemin menghela napas, hafal betul dengan aroma khas seseorang yang kini tengah memeluknya.
"Maaf."
Bisik Jeno pelan sembari mengeratkan pelukannya. Sementara Jaemin memilih untuk diam.
"Seharusnya gue nggak nuduh lo, Jaemin. Maaf."
Jaemin menghela napas sejenak, dalam hati dirinya juga merasa bersalah. Seandainya ia lebih baik dalam merespon Jeno tadi pagi, kesalah pahaman semacam ini tak akan terjadi.
Sementara Jeno sudah khawatir karena Jaemin sejak tadi hanya diam. Pikirannya sudah kemana-mana. Takut jika Jaemin memang sangat marah kepadanya.
"I'm fucked up, okay. I miss you. Dan gue cuma pengen ngabisin hari ini sama lo. Sialnya gue malah marah-marah gak jelas kayak tadi. Maaf ya."
Adakah hal yang lebih menyenangkan selain rasa rindu yang terbalas? Jaemin tak bisa menahan senyum diwajahnya ketika mendengar perkataan Jeno.
Ada perasaan membuncah yang menyenangkan. Hingga ketika Jeno melepas pelukannya untuk melihat wajah yang akhir-akhir ini dirindukannya. Tanpa ragu Jaemin langsung menarik tengkuk Jeno, membawanya dalam ciuman lembut yang lama.
Haechan memainkan ponselnya dengan bosan. Teman manisnya sejak tadi izin pergi ke toilet namun tak kunjung kembali. Sementara kekasihnya sedang asyik main biliard dengan temannya.
Baru saja Haechan berniat mengirim pesan kepada teman sepermainannya sejak sekolah menengah pertama yang kebetulan bernama Jaemin itu, namun sebuah pesan sudah duluan masuk di aplikasi chatnya.
Nana Jaeminie
Chan, gue balik duluan. Sama Jeno.Tepat setelah membaca pesan dari sahabatnya, Haechan dapat menangkap tubuh sahabatnya yang berjalan keluar club. Diikuti Jeno yang berjalan dengan santai beberapa langkah di belakang Jaemin.
Pukul 11 siang Jeno baru membuka matanya, terimakasih untuk Hyunjin yang mau repot-repot merecoki Jeno dengan banyak telpon untuk mengajaknya nongkrong bersama.
Jeno meletakkan ponselnya di meja nakas, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya yang berantakan. Oh tentu saja, secara semalam dirinya dan Jaemin bergumul panas sampai subuh.
Dengan malas, Jeno meraih bajunya yang semalam ia lempar begitu saja lalu memakainya. Sejujurnya ia masih sangat ngantuk, namun perutnya sudah demo minta diisi. Lagi pula nanti ia punya janji nongkrong dengan teman-temannya.
drrrrt drrrt!
Baru saja Jeno akan melangkahkan kakinya keluar kamar, getaran ponsel di nakasnya membuatnya berhenti. Ponsel Jaemin. Jeno meraih ponsel Jaemin lalu mendengus saat melihat notifikasi di ponsel berwarna silver tersebut.
4 new message from Mark Lee!
Apa-apaan! Batin Jeno kesal. Pemuda sipit itu meletakkan ponsel silver Jaemin kembali ketempatnya dengan kasar. Masih cukup tau posisinya yang nyatanya tak punya hak apapun untuk marah ketika Jaemin didekati oleh orang lain semacam ini.
Jaemin menatap televisi di hadapannya yang kini sedang menayangkan kartun pagi dengan khitmat. Mulutnya masih setia mengunyah pancake buatannya. Kebiasaannya sejak dulu, menghabiskan sarapannya sambil menonton televisi.
YOU ARE READING
Friend With Benefit - NOMIN
FanfictionPertemuan tak terduga diantara Jeno dan Jaemin ternyata membawa mereka dalam sebuah hubungan yang rumit. boyxboy JENxJAEM bahasa tidak baku dan kasar