Jeno masih mengingatnya dengan jelas. Pertemuan pertamanya dengan pemuda manis bermarga Na. Bukan di salah satu bilik kamar mandi club langganannya atau area kampus tempatnya menuntut ilmu.
Kelas 2 sekolah menengah atas, Jeno yang saat itu baru saja mendapat kado ulang tahun mobil keluaran terbaru dari ayahnya mendapat perintah dari neneknya untuk menjemput cucu termudanya yang baru saja cedera seusai pertandingan basket antar sekolah.
Pak Jisung, Jeno cukup dekat dengan pemuda kurus jangkung itu karena Jisung anaknya asik dan mereka hampir seumuran. Sayangnya sekolah mereka berbeda.
30 menit waktu yang diperlukan untuk mencapai sekolah Jisung dengan kecepatan sedang. Saat Jeno tiba di area sekolah, ia mendapati sepupunya sedang berbincang dengan seseorang di area luar sekolah.
Pemuda kurus dengan kulit sedikit tan dan rambut berwarna coklat madu yang tampak lembut yang kini berdiri membelakanginya. Jeno memarkirkan mobilnya tak jauh dari tempat sepupunya berada.
Pemuda dengan mata sipit itu keluar dari mobilnya, bersandar pada mobilnya sembari mengirim pesan kepada Jisung memberi tahu yang lebih muda bahwa dirinya telah tiba dan meminta Jisung untuk menghampirinya karena sejujurnya Jeno sudah risih sejak tadi menjadi bahan tatapan lapar para wanita.
Seumur hidupnya, Jeno tak pernah merasakan jatuh cinta. Dada berdebar dan dunia terasa teralihkan hanya karena melihat seseorang bagi Jeno hal semacam itu hanya ada dalam cerita fiksi penuh bualan. Namun ketika pemuda berambut coklat madu itu melambai kepada Jisung, lalu berbalik dengan senyum manis yang melekat diwajahnya. Jeno tak paham kenapa jantungnya berdetak lebih cepat, namun terasa menyenangkan. Bahkan ketika senyum diwajah manis itu pudar digantikan tatapan datar.
Jeno tak sedetikpun melepas tatapannya pada di pemuda coklat madu yang kini berjalan semakin dekat kearahnya, tanpa sadar menahan napasnya saat pemuda manis itu tepat beberapa langkah dihadapannya dan tatapan mereka bertemu. Sepersekian detik Jeno merasa dunianya tertarik dalam tatapan pemuda itu sebelum pemuda itu melengos pergi begitu saja. Tanpa ada tatapan tertarik sebagaimana yang biasa Jeno dapatkan.
Jeno cukup percaya diri dengan perawakannya yang bisa dibilang tampan, liar biasa-biasa rampant. Dirinya sudah biasa mendapat tatapan memuja sejak dulu. Apalagi dengan mobil keren keluaran terbaru miliknya, memang siapa yang tidak akan tertarik dengan dirinya? Namun pemuda itu berbeda, menatap Jeno datar seolah tanpa minat.
Jeno berbalik, menatap punggung pemuda itu yang kini berjalan menghampiri ketiga pemuda yang sepertinya sejak tadi memang menunggunya. Dan Jeno tak pernah merasakan perasaanya aneh menyebalkan di dadanya seperti saat matanya menangkap tatapan penuh pemujaan dari pemuda coklat madu tadi kepada salah satu pemuda yang menunggunya.
"Siapa?"
Jisung yang baru sampai dihadapan Jeno mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan tak jelas dari sepupunya yang kini sibuk menatap tajam kearah keempat pemuda yang sedang berbincang di seberang.
"Hah?"
Tanya Jisung bingung dengan maksud sepupunya yang kebetulan tampan itu.
"Yang tadi ngomong sama lo."
Jawab Jeno sembari mengalihkan pandangannya kepada Jisung.
"Oh, Jaemin. Na Jaemin."
Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban.
"kenapa? Suka ya lo?"
Dan Jeno tak menjawab.Jeno tak pernah merasa tertarik dengan kehidupan seseorang, kondisi rumah yang selalu dingin membuat Jeno tanpa sadar menjadi orang yang selalu masa bodoh. Namun pemuda manis itu, Na Jaemin membuat Jeno pertama kali merasakan apa yang dinamakan rasa penasaran dengan kehidupan seseorang.
YOU ARE READING
Friend With Benefit - NOMIN
FanfictionPertemuan tak terduga diantara Jeno dan Jaemin ternyata membawa mereka dalam sebuah hubungan yang rumit. boyxboy JENxJAEM bahasa tidak baku dan kasar