Too Late, Mark

5.3K 680 150
                                    

Jaemin sedang sibuk bersiap-siap untuk hangout bersama Lucas dan Haechan saat tiba-tiba bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Jaemin mendengus, sembari menggerutu berjalan menuju pintu apartemennya. Bersiap untuk mengomeli Haechan yang mungkin saja iseng ingin membuatnya kesal dengan memencet bel alih-alih langsung masuk karena pemuda Lee imut itu sudah mengetahui password apartemen Jaemin sejak lama.

Jaemin membuka pintu apartemennya dengan kesal, bersiap untuk mengomel panjang kepada pasangan absurd yang biasanya membuatnya kesal. Namun ketika melihat sosok Lee lain yang berdiri didepan apartemennya, Jaemin seketika langsung kikuk.

"Uhh, kak Mark"

Mark tersenyum melihat Jaemin yang nampak kikuk, baginya itu menggemaskan.

"Kak Luke bilang kakak ada acara kumpul keluarga?"

Tanya Jaemin saat Mark mengusap kepalanya.

"Iya. Udah siapkan? Ayo kakak anterin, kakak udah ngomong sama Lucas buat nunggu disana aja. Habis nganterin anak imut ini kakak baru nyusul mom."

Ujar Mark sembari mencubit pipi Jaemin. Sementara Jaemin hanya mengangguk menurut saja saat Mark menarik tangannya keluar.







Seperti biasa, Mark merupakan orang yang pintar dalam menemukan topik pembicaraan. Jaemin bersandar pada jok mobil milik mantan kekasihnya dengan nyaman, duduknya sedikit menyamping kearah kursi kemudi ketika Mark melempar beberapa guyonan.

Jaemin tersenyum, melihat Mark yang tertawa lebar. Tanpa sadar Jaemin termenung, tawa itu dulu pernah menjadi favoritnya, tawa itu dulu pernah menjadi candu baginya. Namun tawa itu jugalah yang membuatnya terasa seperti sekarat selama berbulan-bulan setiap kali mengingatnya.

Bohong jika Jaemin mengatakan ia baik-baik saja setelah perpisahan mereka. Semua orang tau, bagaimana Na Jaemin yang dulunya lebih suka diam dan minim teman begitu bergantung dengan kakak kelas super populernya. Mark mengajarkannya banyak hal, Na Jaemin si anak kaku menjadi fleksibel yang mudah berbaur dengan siapa saja. Na Jaemin yang dulu hanya berteman dengan beberapa teman sekelasnya dan seorang adik kelasnya bernama Pak Jisung kini memiliki banyak teman. Semua orang mengenalnya.

Dirinya yang dulu hanya akan seharian berdiam diri di rumah, menjadi mengenal berbagai kegiatan baru yang menyenangkan. Mark selalu membawanya kemana pun dirinya pergi. Mengajarkan banyak hal baru, entah itu kegiatan semacam olahraga atau bahkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut romansa.

Mark memberinya terlalu banyak kenangan,  yang tak pernah Jaemin sangka menjadi kesakitan baginya ketika hubungan mereka kandas karena setiap hal yang Jaemin lakukan selalu mengingatkannya pada sosok Mark Lee.

Entah itu tawa khasnya, segala hal manis yang mereka lewati bersama, atau kejutan barbar ala anak muda yang selalu Mark berikan padanya bahkan segala pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Jaemin selalu mengingatnya.

Momen paling lucu karena setiap mereka bertengkar, orang yang menjadi paling stres adalah Lucas karena harus menjadi penengah diantara Mark yang keras kepala dan Jaemin yang mudah menangis tapi tak mau mengalah.

Ya. Jaemin selalu mengingatnya. Bahkan dibeberapa waktu ketika dirinya merasa lelah, hal yang ia rindukan adalah pelukan hangat yang selalu Mark beri. Namun hal itu tak berlaku lagi, karena Jaemin sudah menemukan seseorang yang selalu ada untuk memeluknya. Meskipun pada kenyataannya hubungan mereka masih dipertanyakan kejelasannya.









Jaemin melebarkan matanya saat tersadar dan wajah Mark hanya berjarak beberapa senti dari miliknya dan mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di area parkir arena futsal tujuan mereka. Pandangan mereka bertemu beberapa saat sebelum Jaemin mengalihkan wajahnya beberapa saat sebelum bibir mereka bertemu.

Friend With Benefit - NOMINWhere stories live. Discover now