51. Sebuah Pernyataan

37 5 69
                                    

Gak tau kenapa, tapi aku pengen banget kalian komen biar aku bisa balesin... biar gak ngerasa sendiri gitu😁. Senengin aku hari ini✌🏻

Reading go!
...

Gak akan gue biarin rencana jahat lo celakain mereka. Mereka... yang udah mengisi hidup gue.
+

"Satu kelas akan dibagi kelompok oleh ketua kelasnya. Lelaki dan perempuan boleh diacak, hanya untuk saling membantu. Jadi, ketua kelas bisa menentukan setiap kelompok." jelas Pak Sangudin sambil membenarkna kacamata bulatnya.

Saat ini, anak kelas XI IPA 9 sedang berkumpul. Melvan yang akan memberikan pembagian kelompoknya.

"Setiap kelas ada 21 siswa, jadi bakalan ada 3 kelompok yang akan diisi 5 orang, dan khusus satu kelompok isinya 11 orang. Dan gue, udah buat tugas setiap kelompok. Ini, kalian baca." jelas Melvan memberikan satu kertas folio kepada Gabriell.

Dan Nesya, berada di kelompok bagian cari kayu bakar. Kayu bakar :)

Padahal dia cewek. Melvan memang jahat.

Dan mungkin itu akal-akalannya Melvan. Karena pada buktinya, Nesya satu kelompok sama Melvan. Dan juga Gabriell, Sella, dan Jefri.

Tadinya Jefri sempat menolak, karena tidak satu kelompok sama teman seperhomoannya, yaitu Angga. Tapi, Melvan sudah menjelaskannya pada Jefri baik-baik.

"Baiklah sekiranya waktu yang saya berikan, ayo kerjakan tugas sebelum matahari tenggelam!" tegas Pak Sangudin menepuk-tepukkan tangannya bertanda bahwa dia sedang memerintahkan.

"Siap, Pak!" dan lebih dari 300 siswa-siswi mengatakannya dengan serempak.

"Kalian yang bangun tenda, Angga, Vava, Riska, Alfi, Dwi, Vano, Rudi, Yuni, Olga, Yoga, sama Dani! Buatnya yang rata, jangan sampe nanti roboh apalagi pas tidur, anak cewek bisa celaka!

Rini, Geisha, Laudya, Shinta, sama Putra, nanti kalau kayu bakarnya udah sampe buru bikin makanan.

Gue, Nesya, Sella, Jefri, sama Gabriell mau cari kayu bakar di hutan yang lebih dalem." jelas Melvan memberi arahan.

Rini mengangkat telunjuknya, dia ingin bertanya. "Kalau kelompok lo lagi cari kayu bakar, kelompok gue ngapain?"

Belum Melvan menjawab, Jefri langsung menyela. "Ya diem-diem ajalah ngedengerin lagi ahe-ahe."

Rini mendengus malas menanggapi Jefri.

Melvan terkekeh pelan. "Kalian siapin yang seperlunya harus disiapin untuk makan malam kelas kita aja. Kayak buat bumbu misalnya."

Rini mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Oke, siap!"

"Yaudah, gue sama yang lain mau cari bakar dulu. Oh iya, Angga! Gue serahin pembangunan tenda ke lo, ya? Buat tenda yang bener. Sekiranya kalian capek, bisa minta bantuan gue."

Angga hanya menunjukkan jempol kanannya.

Lalu kelompoknya Melvan berjalan menjauh dari perkemahan untuk mencari kayu bakar.

Nesya, dan Sella sedang mencari ke arah timur, Gabriell mencari sendiri di arah utara, sedangkan Melvan san Jefri mencari ke arah barat. Tapi, jarak mereka tidak terlalu jauh.

"Van," panggil Jefri sambil memunguti kayu bakar yang bisa dibilang banyak.

"Hm?"

"Lo sama Kiya putus, ya?"

Kegiatan Melvan yang sedang memunguti kayu bakar terhenti, lalu menatap Jefri dengan senyuman tipisnya.

"Setiap hubungan gak akan pernah bisa abadi. Mungkin lo belum tau itu." ucapnya halus lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Say Hay Untuk Cogan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang