38. Terror Pertama : Nesya

39 8 9
                                    

Kalau lo gak berkhianat, mungkin semua ini gak akan terjadi.
+

"Hari pertama, untuk Nesya. Hari kedua, untuk Vezha. Dan hari ketiga, untuk Zhefa."

Gadis yang diberitahu itu hanya mengangguk paham.

"Jadi, lo mau Nesya diapain?"

"Apapun yang bisa buat dia terluka."

"Culik?"

"Jangan. Lebih baik hal kecil dulu."

"Terus?"

Gadis itu tersenyum miring.

.

Nesya menyeruput teh hangatnya yang menemaninya disaat hujan rintik-rintik yang mengguyur rumahnya. Saat ini dia sedang duduk di depan rumah, mengamati beberapa anak di kompleknya yang sedang berlarian kesana-kesini untuk menikmati hujan.

Nesya tersenyum tipis. "Lucu banget mereka."

Lalu dia melihat dua orang remaja lelaki seumurannya, yang juga ikut bermain bersama hujan.

Wajah Nesya langsung melongo. "Gilaakkk! Cowok tampan main sama hujan?! Gue mau jadi hujannyaaaa!!" pekik Nesya sontak berdiri dan loncat-loncat.

Seketika Nesya sadar dan memukul pelan bibirnya, setelah itu duduk kembali. Untung saja Irfan dan Raga tidak mendengarnya. Nesya bersyukur pada hujan yang semakin deras dan menghalangi suara Nesya untuk didengar oleh kedua lelaki tampan itu.

"Astagaaa! Keren banget Irfan pas nyisir rambutnya ke belakang!"

"Itu kenapa Raga manis banget?!"

"AAAAAA GUE GA TAHAAAANNN!!!"

Dan shit! Dengan suara seperti itu pastinya Irfan dan Raga kedengeran. Kedua lelaki itu menatap Nesya terkejut dan aneh.

Nesya langsung mematung, lalu beranjak dari duduknya dan memilih masuk ke dalam. Malu bangeett!

"Nes, tadi kenapa teriak-teriak?" tanya Sekar dengan sinis.

Nesya tercengir dan menggeleng. "Gak apa-apa kok, Bu. Nesya mau masuk kamar dulu."

"Perawan kok di kamar mulu."

Seketika Nesya ingat ucapan Sekar dulu. "Perawan ya jangan di luar mulu. Main terus."

Serba salah ya jadi anak tuh...

"Iya, Bu, iya. Nanti malem Nesya main deh."

Sekar langsung melotot, dan Nesya tercengir sambil meminta ampun.

Setelah berdebat beberapa menit, akhirnya Nesya mengalah dan saat ini dia berada di kamar, lebih tepatnya di balkon. Nesya sedang ingin menatap hujan.

"Coba lo bayangin masa-masa yang bisa bikin lo bahagia, di waktu hujan. Pasti rasanya asik banget." kata Zhefa beberapa waktu lalu.

"Pejamin mata lo..." Nesya memejamkan matanya, mencoba arahan dari Zhefa waktu itu tentang menikmati hujan.

"Bayangkan..." Nesya mulai membayangkan seseorang, tapi masih memikirkan siapa orang itu.

"Bayangkan seseorang..."

"Melvan?" Nesya langsung membuka matanya.

Yang dia lihat pertama kali saat membuka mata adalah seorang lelaki yang sedang memarkirkan motornya di halaman rumah Nesya.

Masih menggunakan helmnya, lelaki itu berlari kecil agar bisa berteduh.

Nesya mengernyit bingung. Siapa lelaki itu? Nesya tidak pernah tau motornya.

Say Hay Untuk Cogan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang