58. She's Still In Your Heart

38 6 107
                                    

"Jangan bilang sayang ke aku, kalau kamu masih belum bisa berpaling dari dia."
+

"Aku sayang banget sama kamu, Nesya." ucap Melvan lembut, tangan kanan lelaki itu menyelipkan anak rambut Nesya ke belakang telinga.

Pipi Nesya merona. Tentu saja. Dipuji oleh pujaan hati tentu membuat jantungnya berdebar. Rasanya jantung Nesya akan meledak sekarang.

"I-iya..."

"Oh iya, gimana kalau hari ini kita jalan?"

Dahi Nesya mengernyit. "Kemana?"

"Gak tau, pengen kemana aja asalkan sama kamu." cengir Melvan dengan nada menggoda.

Lagi-lagi pipi Nesya bersemu.

Entahlah. Tapi setiap dia bersama Melvan, pipinya selalu memerah karena malu. Padahal hanya hal kecil yang Melvan berikan padanya.

Menatap Nesya saja, gadis itu sudah malu. Apalagi digombalin.

Mungkin, ini efek karena Melvan adalah orang pertama yang membuat jantung Nesya degem-degem. Yah, mungkin.

Saat ini mereka berada di kantin sekolah. Jam istirahat tentunya.

Sebenarnya Nesya dan ketiga sahabatnya ingin merencanakan liburan kenaikan kelas 5 hari lagi, tapi karena Nesya sedang asik berduaan, tiga sahabatnya maklum.

Zhefa be like : maklum dia butuh belaian.

"Kalau gitu kita ke taman aja gimana? Udah lama gak kesana." usul Nesya tersenyum.

Dan begitulah, senyuman Nesya juga menular ke Melvan. "Yaudah, aku jemput kamu jam 4 sore. Oke?"

"Siap, bozz!" Nesya memberi hormat layaknya pasukan tentara.

Melvan terkekeh dan mengacak pelan rambut Nesya. "Bisa aja."

Lalu mereka larut dengan makanan yang sudah sampai. Setelah selesai makan, Melvan mengecek ponselnya dengan wajah yang sepertinya khawatir. Lelaki itu langsung berdiri, membuat Nesya mengernyit.

"Ada apa?"

Wajah Melvan langsung gugup. "A-aku... ada urusan."

"Yaudah, pergi aja."

"Gapapa?"

Nesya tersenyum dan mengangguk. "Gak apa-apa."

Melvan tersenyum kecut lalu lelaki itu langsung berjalan cepat meninggalkan Nesya.

Dahi Nesya mengernyit. "Gak biasanya." lalu dia hendak pergi pula menyusul meja sahabatnya.

Namun pandangannya tertuju pada Kiya yang sedang bersama temannya, gadis tinggi dan putih itu berjalan cepat meninggalkan temannya.

Melvan dan Kiya?

Nesya menggeleng. "Ngarang aja lo, gak mungkin lah." monolognya terkekeh geli.

.

"Tadi pas balik dari kamar mandi, gue lewat gudang. Sengaja, pengen nostalgia dikit."

Vezha mengernyit bingung. "Terus kenapa?" sedangkan Westa mengangguki pertanyaan Vezha yang juga mewakilinya.

Zhefa mencondongkan wajahnya sedikit. "Lo tau gue lihat apa?"

Vezha dan Westa saling tatap, lalu menatap Zhefa masih dengan bingungnya. "Apa?"

Mata Zhefa sedikit melebar saat tau Nesya berjalan ke mejanya.

"Pembalut." Zhefa langsung tertawa ngakak, saking ngakaknya dia memukul mejanya sampai beberapa penghuni kantin menatapnya heran.

Say Hay Untuk Cogan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang