23. Pencerahan

40 9 23
                                    

Sahabat yang baik akan sulit ditemukan, sulit ditinggalkan, dan sulit dilupakan.
(Surat Kecil Untuk Tuhan)
+

"Jeje, gue ga tau lagi harus bilangin apa ke lo. Gue lelah, Je, gue lelah." Nesya menepuk dadanya dengan guratan wajah yang sok dibuat sedih.

Dan Zhefa ikut melanjutkan drama yang dibuat oleh Nesya. Dia ikut memasang wajah sedih dan bersalahnya. "Lo pasti akan lelah, Ca. Gue tau itu. Lelah itu manusiawi, maka dari itu gue kasih peringatan, berhenti, terkadang bisa membuat kita lebih enak dikit. Jangan bodoh, jangan... meskipun kebodohan juga manusiawi."

Jleb...

Kata-kata candaan, namun menusuk tepat di jantung Nesya. Nesya menipiskan bibirnya dan tersenyum kaku.

"Halalah si Jeje, ngelupain Rayyan kayaknya tuh." ucap Vezha yang berusaha membantu Nesya.

Sekarang gantian Zhefa yang terdiam. Dia menatap ke arah lain, berpura-pura untuk tidak mendengar.

"Besok yang bawa uang saku banyak traktir gue, kek." pinta Vezha dengan wajah memelas.

Mendengar itu, Zhefa memiliki cara licik agar Vezha juga ikut ter-skakmat. "Gue besok mau bawa uang lebih, sih. Bingung mau dibuat apa. Tapi, kayaknya gue tabung lagi aja, deh. Ga dipake juga." ucap Zhefa dengan wajah sok polosnya.

Mata Vezha langsung berbinar. "Gue gue gue! Beliin gue jajan, dong, please please please!!" Vezha memelas dengan tangan yang dia katupkan di depan Zhefa.

Zhefa berpura-pura untuk berpikir, agar terlihat sok jual mahal. Tapi sepertinya melihat wajah melas Vezha, dia jadi tidak tega. Lagian Vezha pasti memang lagi kesusahan.

"Iya deh iya."

"Gue deg-degan banget, njir." ucap Nesya tiba-tiba. Dia memangku dagunya dengan kedua tangan yang tertumpu di meja.

"Kenapa?" tanya ketiga sahabatnya serempak.

"Besok udah pentas, dan gue bener-bener takut kelas gue kalah."

"Ngapain takut? Lo 'kan ga dapet peran." tanya Vezha dengan wajah begonya.

"Peja wik wik, gini loh, Neca itu takut usahanya gagal. Dia juga termasuk sutradara, paham? Nanti kalau kelasnya kalah, usahanya sia-sia. Gitu 'kan nyonya Neca Nurani?" jelas Zhefa dengan gaya seperti sedang mewawancarai, namun juga menjawab.

"Berarti usaha lo memang ga maksimal 'kan? Kalau kalah yaudah kalah." ucap Vezha dengan kata-kata uang ngejleb.

Tidak mau mendengar kata-kata yang menusuk lagi, Nesya memilih diam.

"Tapi, gue juga takut kelas gue kalah lomba voli. Apalagi lawannya nanti kelasnya Peja." ucap Westa yang wajahnya sudah murung.

"Kelas gue kenapa emang?"

"Kelas lo yang ikut ekskul voli banyak, Peja."

"Lah? Lo stalk kelas gue?"

Westa memutar bola matanya malas. "Siapa sih yang ga kenal kelas lo, amburadul gitu bentuknya. Apalagi kelas lo ada Revan sama Langit."

"Kayak kenal nama itu." ucap Zhefa tiba-tiba.

"Langit, cowok yang naksir lo waktu SMP."

"Ulala..."

"Dia termasuk yang lo PHP, nggak, Je?" tanya Nesya menatap Zhefa yang sedang menyeruput es jeruknya.

Zhefa menggeleng, lalu mengangkat bahunya. "Kayaknya enggak, tapi ga tau juga, sih."

"Kak Razam, Kak Regan, Kak Fathur, Arfi, Lingga, Reza, Ovan, Leno, Gan, Jack, Karel, Vero, bahkan Gabriell temen gue juga masuk cowok yang lo PHP, Je." ucap Nesya dengan lancar menyebutkan nama cowok yang pernah dekat dengan Zhefa.

Say Hay Untuk Cogan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang