Love Healer #6

60 1 0
                                    


Flashback

Adnan merogoh ponsel yang terus bergetar di dalam saku celananya dan buru-buru mengangkat panggilan.

"Apaan Bel?" tanyanya agak jengkel.

Keira yang sejak tadi diam memperhatikan ke arah Adnan hanya menghela nafas panjang.

"Iya gue tahu, tapi gue nggak janji ... ini juga demi kebaikan kita semua!" kata Adnan dengan suara membentak. Ia kemudian terlihat memijit pelipisnya, merasa jengah dengan sikap orang yang tengah menelponnya itu di seberang sana.

"Oke oke, tapi ini buat yang terakhir Bel," ujar Adnan lagi, setelah itu langsung memutuskan sambungan secara sepihak.

"Kenapa?" tanya Keira pelan seraya mengusap lengan Adnan untuk menenangkannya.

"Bella mau aku datang ke acara ulang tahunnya." Adnan menjawab dengan nada setengah hati.

"Trus apa masalahnya? Kenapa kamu malah marah gitu?" tanya Keira.

"Aku nggak mau..."

"Dia sahabat kamu Nan," potong Keira tegas. "Kamu harus datang."

"Tapi kamu..."

"Aku kenapa?" potong Keira lagi. "Apa aku pernah ngelarang kamu untuk tetap sahabatan sama Bella? Apa aku pernah nyuruh kamu jauhin dia?"

"Enggak," sahut Adnan lirih, merasa bersalah.

"Aku justru bakalan marah sama kamu kalau kamu jauhin Bella karena aku. Dia dan kamu udah lebih dulu saling mengenal. Itu nggak adil buat dia Adnan," jelas Keira.

Adnan terlihat berpikir sejenak, kemudian seolah mendapat pencerahan, raut wajahnya kembali sumringah. "Aku bakal datang, asal kamu juga mau ikut," katanya.

Keira tersenyum senang pada keputusan Adnan. "Aku nggak keberatan kok, asal aku boleh datang."

Adnan mengusap sebelah pipi Keira dengan sayang. "Kamu pasti boleh datang."

***

"Ha?! Serius lo Kei? Demi apa lo mau datang ke acara ulang tahunnya Bella?" cerocos Sinta di sampingnya. Laptopnya yang sedang memutar drama korea favoritnya diabaikan begitu saja.

"Demi Adnan, gue nggak mau bikin dia sama Bella berantem, padahal kan mereka udah sahabatan dari lama,"

"Ya tapi... kaya lo nggak tahu aja gimana si Bella sama lo," potong Sinta tak terima.

Keira hanya mengedikkan bahu sambil lalu. "Siapa tahu dia udah berubah Sin, dan siapa tahu gue sama Bella bisa temenan."

Sinta hanya mendengus tak percaya, bola matanya memutar jengah. "Gue jamin, lo nggak bakalan seneng walaupun lo datang ke sana."

"Lo kok tega gitu sih Ris, bukannya doain yang baik-baik," kata Keira cemberut.

"Bodo amat ah, kalau urusan sama Bella, ogah gue ikut-ikutan," putus Sinta telak.

Keira hanya bisa menghela nafas pelan, bukan tanpa alasan kenapa Sinta sangat tidak suka pada Bella, dan Keira sangat paham hal itu sehingga dia pun tidak memaksa sahabatnya lebih jauh.

Dulu Sinta dan Bella pernah berseteru masalah cowok, dan Sinta terpaksa harus mengalah karena cowok itu lebih menyukai Bella. Tapi kemudian Sinta menyadari bahwa Bella hanya main-main dan tidak tulus pada cowok itu, membuat Sinta tak terima dan perang dingin dengan Bella sampai sekarang.

Cerpen-cerpen cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang