bagian 16

1.1K 55 33
                                    

Blenda mengaduk minumnya tanpa ada minat untuk meneguknya.  Pikirannya melayang di beberapa hari lalu saat dia pulang camping dan a
aldo memanggilnya. Tanpa menoleh atau apapun Blenda tau itu suara Aldo.  Tapi kenapa dia kembali di saat Blenda sudah merasakan jatuh cinta untuk kedua kalinya. 

Jatuh cinta?? Dengan siapa??  Apakah ini yang dinamakan  jatuh cinta? Dengan Mozza??  Astaga. 

Blenda pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ini tidak mungkin,  dan enggak akan mungkin. Tapi mengingat perlakukan Mozza selama ini mampu membuat Blenda bertahan.  Dia baik,  perhatian,  pengertian dan enggak aneh-aneh. Dan hal itu mampu membuat Blenda nyaman di dekat Mozza. Walau kemaren dia pernah melihat Mozza ciuman, bersama entah siapa dan tentu saja hal itu membuat Blenda kesal sendiri. Padahal dia tidak memiliki hal untuk marah sama sekali dengan Mozza.

"Ngaduk aja terus sampai kapten SBS adi kapten Persija. cibir Alexa labil. 

"Dih apaan sih engak nyambung tau enggak." jawab Blenda.

"Lo kenapa sih Blen, masih marah sama Mozza karena ciuman itu." ucap Rachel.

"Dikit, tapi gue udah lupain juga kok." jawab Blenda. 

"Yaudah sih lupain aja,  dia kan juga udah jelasin kalau itu enggak sengaja juga kan."

Blenda diam.  Dia memang menceritakan pada Rachel dan juga Alexa tentang hal itu apa lagi saat mereka bertanya ada apa,  dan kenapa yang selalu mendesak hal itu.  Alhasil Blenda pun langsung menceritakan semuanya pada Rachel dan juga Alexa. Tentang kejadian dia di rooftop, tapi tidak dengan cerita tentang Mozza yang menciumnya di perpus. Hanya Bryna lah yang tahu. Dan dia juga tidak menceritakan tentang Aldo yang tiba-tiba datang entah dari bumi mana. Padahal dulu Aldo mengikuti pertukaran pelajaran di Jerman selama 2 tahun. 

"Hei.." Sapa Mozza tiba-tiba duduk di hadapan Blenda. 

Blenda pun tersenyum dan mengaduk minumnya yang sudah mengental.  Apa lagi ini jus alpukat,  berwarna hijau dan membuat Alexa jijik. 

"Hmm.." guman  Blenda dan membuat Mozza tertawa kecil. 

"Masih marah?" tanya Mozza.

"Enggak,  ngapain marah enggak ada hak kan."

"Ada lah,  ngapain enggak ada. Enggak inget apa yang gue ucapin waktu di perpus kemaren."

"Lupa tuh!!""

"Perlu gue ingetin?" goda Mozza menaik turunkan alisnya.

"Enggak usah,  makasih." 

Mozza tersenyum dan langsung meraih tangan Blenda. Tapi Blenda menepisnya dan kembali Mozza mengenggam tangan Blenda lagi. 

"Apaan sih,  lepasin gak malu tau di liatin yang lain." gerutu Blenda enggak enak.

Gimana enggak ennak kalau semua anak langsung menatap mereka berdua, termasuk Rachel dan juga Alexa. Yang langsung berdehem dan sesekali mengoda mereka berdua.

"Biarin semua orang tau kalau gue cuma milik lo,  dan lo cuma milik gue." Kata Mozza dengan sedikit berteriak. Seakan dia memberi pengumuman di kantin ini.  Hingga semua orang langsung mendesah kecewa. Terutama para wanita lebay.

"Apaan sih enggak usah ngeklaim gitu ah" Kata Blenda malu.  Apa lagi pipinya yang tiba-tiba memanas. 

"Biarin. Gue punya sesuatu buat lo."

"Apaan."

Mozza pun langsung mengeluarkan sebuah kotak transparan di hadapan Blenda.  Blenda bingung dia hanya menatap kotak itu. Bagaimama membukanya kalau tangannya saja di gengam oleh Mozza bahkan melepaskan saja engan. 

Double B (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang