bagian 22

1.1K 65 29
                                    

Tiga hari setelah kejadian di taman membuat mereka berdua sudah saling tukar tempat. Blenda kembali ke sekolah asalnya, begitu juga dengan Bryna yang kembali ke sekolah asalnya. 

Beberapa kali Bryna menghampiri Mozza ingin menjekaskan semuanya. Tapi sayangnya Mozza selalu menghindar. Seakan dia tidak mau bertemu dengan Bryna lagi, bahkan mendengar penjelasan Bryna saja enggak mau.

Begitu juga dengan Blenda yang mencoba meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Sayangnya Hanzel tidak pernah muncul di sekolah. Muncul-muncul kalau melihat Blenda dia langsung pergi begitu saja.  Seakan dia enggak mau bertemu dengan Blenda lagi.

Sebegitu bencinya kah mereka pada twins?

Beberapa kali juga Bryna melihat ablenda menangis di dalam kamar tanpa isakan. Dia tau itu mungkin sangking sakit hatinya saat Mozza bilang kalau dia tidak mengenalnya.  Yah ini semua salah Bryna. Jalau saja mereka tidak bertukar tempat, kemungkinan besar kejadian ini tidak akan terjadi. Apa lagi Aldo, setelah mengacaukan semuanya dia bahkan Tidak muncul lagi. Sungguh kepala Bryna sekarang ingin pecah kalau mikirian tiga orang galau.

Pagi ini juga, bagaimana pun juga Bryna harus menyelesaikan semuanya. Apapun yang terjadi semuanya harus sudah selesai hari ini. Enggak mau nunda lagi, kasihan Blenda yang nanggis mulu, dia enggak tega ligat Blenda nanggis lagi. Walaupun dia sendiri juga suka benggong mikirin Hanzel. Tadi dia harus tanggung jawab.

Tanpa mau pikir panjang lagi Bryna langsung berdiri dadi duduknya, saat melihat Blenda baru saja turun dari tangga.  Wajahnya murung,  bahkan tak ada tanda-tanda kehidupan ceria di sana. Walau setiap hari dia harus berkelahi dengan dia, tapi untuk saat ini rasanya Bryna tidak tahan melihat Blenda yang diam saja.  Dia udah kayak patung pancoran yang enggak di ajak ngobrol dia enggak ngobrol. Di ajak ngobrol juga kadang enggak jawab. Pokoknya bisunya berjam-jam.

"Kamu mau kemana Bry?" tanya Elisabet. 

"Sekolah." jawabnya cuek dan berlalu. 

Elisabeth menghela nafasnya. Mungkin ini masih efek karena Kenzie pergi, makanya jadi seperti ini.  Cuek dan pendiam, tidak cerewet dan banyak omel. 

Sampainya di sekolah Bryna langsung turun dari mobilnya, dan mencari keberadaan Mozza.  Semua anak memperhatikan Bryna yang aneh pagi ini. Dulu Bryna akan tersenyumsaat di sapa,  tapi sekarang jangankan senyum melirik saja tidak.  Tentu saja itu yang suka tebar tersenyum Blenda bukan dirinya. Kenapa juga dia harus tersenyum unfaedah, lagian senyum Bryna mahal enggak semua orang bisa lihat.  Pikir Bryna. 

Lorong demi lorong Bryna telusuri untuk mencari Mozza. Hingga dari lantai satu sampai ke lantai tiga pun Bryna tetap mencari Mozza. Dan tidak ada, akhirnya Bryna pun ke rooftop. Berharap Mozza ada disana, tapi sayangnya tidak ada juga.  Hanya ada dua curut yang sedang bermain kartu disana. Siapa lagi kalau bukan Dirga dan juga Nathan doinya si Flora.

"Heh curut, lo lihat Mozza enggak?" tanya Bryna. 

Dirga dan juga Nathan pun mengernyitkan keningnya heran. Biasanya Bryna tidak pernah memanggilnya dengan sebutan ini, kenapa sekarang berbeda.

"Woi lo pada belom tuli kan, Mozza mana." teriak Bryna tak sabaran. 

"Di ruang osis----"

Belum juga Dirga menyelesaikan ucapannya, Bryna langsung ngacir lebih dulu keruang osis.  Sampainya disana Bryna memang mendapati Mozza, sedang berbincang dengan seorang wanita dengan akrabnya.  Sesekali Mozza tertawa dan sesekali juga Mozza mengusap kepala wanita itu. 

"Enggak bisa di biarin,  kakak gue aja di rumah nanggis-nanggis enggak jelas. Lah dia disini malah enak-enakan sama cewek.  Kampret emang." Dumel Bryna

Double B (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang