bagian 23

1.1K 69 35
                                    

"Makan." titah Hanzel. 

Ya pagi ini mereka berada di kantin sedang bolos pelajaran. Pagi tadi Hanzel tiba-tiba saja Menyeret Blenda untuk keluar kelasnya. Dan berakhir di kantin berdua dengan Hanzel. Walau dalam hati Blenda takut kalau semua guru tau kalau dia berada di kantin.  Tapi mau gimana lagi, melawan Hanzel sama saja dengan bunuh diri.

"Enggak usah tegang,  biasanya juga biasa." Kata Hanzel lagi. 

Blenda mengangguk dia pun langsung memakan, makanan yang sudah di siapkan oleh Janzel.  Mungkin dia juga harus menerima kalau saat ini dia kekasih Hanzel. Walau dalam hati dia ingin Mozza yang ada di hadapannya bukan Hanzel.

Setelah makan, Blenda pun langsung di tarik kembali dengan Hanzel menuju ke parkiran. Dia pun langsung di dorong Hanzel untuk masuk ke dalam mobilnya.  Blenda menurut, dia tidak menolak apa lagi berontak mungkin ini lebih baik. 

Hubungannya dengan Mozza dan Bryna masih sama. Blenda masih kecewa dengan kedua orang itu, walau sejujurnya ini juga bukan salah Bryna sepenuhnya, apa lagi saat Mozza menciumnya bukan Bryna yang mencium Mozza.

Berbeda dengan Hanzel yang nampak marah mengemudi mobilnya. Bahkan tanpa sadar mobil ini sudah melakukan sangat kencang di jalanan yang sepi. Dia juga tidak peduli kalau ada mobil atau truk yang akan menabrak dirinya kala ini.  Sangat tidak peduli. 

Hatinya sakit,  pilu apa lagi orang yang dia cintai berbohong pada dirinya.  Dia juga tidak merasakan apapun dengan wanita yang saat ini duduk di sampingnya,  rasanya hambar. 

Hingga mobil Hanzel pun berhenti di pinggiran jalan sepi.  Hanzel keluar begitu juga dengan Blenda. 

Saat kakinya masuk ke dalam jalan setapak. Seketika itu juga dia teringat Bryna, yang terus mengomel dan membuat telinganya panas.  Kenapa dulu Hanzel tidak curiga saat itu, saat dia bersama dengan Bryna bukan Blenda. Yang ternyata memiliki watak yang cukup berbeda. Dan dengan bodohnya Hanzel malah terlibat di antara mereka. 

Tangan Hanzel mengepal saat dia teringat saat Bryna mendorongnya menjauh dari danau,  yang dulu pernah di perlihatkan oleh Nryna.  Ekspresi Blenda juga nampak biasa saja, tidak seperti Bryna yang langsung kegirangan akan hal ini. 

"Lo paling hobby kalau gue ajak ke sini,  lo bisa naik perayu itu kalau lo mau. Gue mau kerumah pohon bentar." Kata Hanzel dan membuat Blenda diam.

Hobby??  Apa ini tempat yang sering di ceritakan Bryna padanya? Danau indah dengan sebuah perayu kecil di pinggirannya.  Blenda tersenyum kecil saat teringat bagaimana gembiranya Bryna saat bercerita.

Blenda duduk di pinggiran danau, dengan kaki yang dia masukkan ke dalam danau.  Matanya tertuju pada perayu yang kosong di hadapannya,  untuk menaikinya saja Blenda engan dia tidak pernah menaiki ini sebelumnya,  apa naik begini enak? Dan bisa melupakan semuanya?

Helaan nafas keluar dari mulut Blenda,  dia pun langsung menunduk saat di rasa air matanya keluar kembali.  Andai saja Mozza ada di sini,  andai saja .ozza berada di sampingnya,  andai saja Mozza masih---

"Kenapa gue jadi mikirin Mozza sih,  dia benci gue,  dia enggak bakal inget gue lagi.  Lagian kenapa juga gue harus sedih,  Terima nasip sekarang pacar lo Hanzel, Blenda bukan Mozza." Gumam Blenda.  Seakan ucapan ini mensuport dirinya sendiri,  walau sejujurnya hatinya sangat menolak. 

Tanpa Blenda sadari jika Hanzel sejak tadi berdiri tak jauh dari dirinya duduk.  Yang tadinya menuju rumah pohon, Hanzel urungkan saat melihat Blenda berjalan ke arah pinggiran danau tanpa ada niatan untuk menaiki perahu ini. 

Sekeras apapun mereka berdua menerima dan memaksa, hati mereka tau dimana dia harus pulang.

Hanzel pun langsung berdehem, membuat Blenda menoleh ke arah. Hanzel dan tersenyum manis ke arah Hanzel. 

Double B (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang