04 : Roti Empuk

454 40 2
                                    

Setelah ulangan fisika yang bikin gue merasakan gejala mual mendadak, guru gue keluar dengan senyuman yang bikin gue curiga. Entahlah, gue rasa kelas selanjutnya bakal kena rejeki dari guru yang kepalanya botak setengah itu.

"Woi! Hari ini materinya basket!" teriak Krisna yang baru aja masuk ke kelas.

Seketika cowok-cowok di kelas gue pada rame. Ya iya mereka rame, seneng banget kalo udah materi basket ato sepak bola. Tipikal cowok banget.

"Basket? Tinggi gue minim gini gimana mau masukin bolanya?" keluh Adora yang entah sejak kapan udah berdiri di samping gue.

"Sabar ya," bales gue sambil nepuk-nepuk bahunya. Emang, materi basket jadi musuh utama Adora, gue, dan cewek-cewek lainnya yang emang nggak seberapa tinggi.

Adora pergi gitu aja sambil bawa baju olahraganya.

"Cepetan pil! Tinggal nih?"

Denger ancaman Mawar, gue buru-buru ngambil seragam olahraga gue yang ada di dalem ransel. Baru aja lari ke depan, tiba-tiba gue denger teriakan si laknat.

.

.

.

.

.

"Cebol! Pembalut lo jatuh nih!"

Coba ingatkan saya, apakah membunuh orang secara diam-diam termasuk dosa?

"Ceroboh banget upil kita satu ini."

"Lah? Si pilus cewek toh?"

"Wah bersayap."

"Lo semua norak tau ga?"

Keano nyamperin Rei, ngambil roti empuk gue dari tangan si laknat dan masukin itu ke ransel gue.

"ACIEE AA KEN."

"Memang pangeran banget Keano kita."

Keano cuma geleng-geleng, nimpuk kepala Krisna yang terakhir komentar pakai bajunya. "Bego. Udah lo pada cepetan ganti, pak Rama udah ngeluarin suara indah noh."

"KEAN!" Gue teriak--yang bikin semua cowok di dalem kelas noleh ke gue.

"Thanks ya!" Gue ngelempar kiss-bye dan langsung lari nyusul Mawar.

.

.

.

.

.


"Santai Rei

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Santai Rei. Gausah liat gue kek gitu elah."

Teman Sebangku Laknat ✔Where stories live. Discover now