special chapter : valentine

271 34 14
                                    

Hari ini adalah hari yang penuh berkah buat gue dan sebagian besar penghuni kelas gue.

Kenapa?

Karena di hari inilah, gue dan yang lain bisa merasakan kenikmatan dari makan coklat gratis. Apalagi kalau lo punya teman sebangku yang kece, cakep, siswa berprestasi, dan punya banyak fans.

Seperti Reiki Sadewa.

Di saat-saat seperti ini, gue merasa bersyukur karena cowok yang hobi bikin gue darah tinggi setiap hari akhirnya punya kegunaan sebagai teman sebangku gue. Karena Rei notabenenya termasuk cowok populer di sekolah dan belum punya gandengan, dia selalu dapet banyak coklat. Entah itu dari kakak kelas, teman satu angkatan, sampai junior yang baru aja masuk selalu menyempatkan diri mampir ke kelas gue dan nitip coklat buat Rei.

Dan hal yang paling gue syukuri adalah, ketidak sukaan Rei sama coklat. Berbanding terbalik sama gue yang pecinta coklat.

"Weitss, si abang galak udah dapet coklat aja." Krisna cengengesan waktu lihat meja Artha yang dihisasi tumpukan kecil coklat.

Oh ya. Sebenernya, selain Rei, di kelas gue banyak cowok yang juga dapet coklat. Maklum, kelas gue diisi sama kumpulan cowok-cowok populer se-angkatan. Seperti pangeran kelas, Keano yang selalu dapet coklat tiap hari--dan jumlahnya meningkat waktu valentine. Selain Keano, ada Artha yang jadi populer karena kulitnya yang putih mulus dan terlihat keren waktu main basket. Setelah Artha, ada Yoga, Krisna, dan Bobby.

Iya, si gicung itu masuk jajaran cowok populer. Nggak percaya? Sama, gue juga.

Berhubung cowok-cowok di kelas gue betah bawa-bawa status single--mereka nggak mau dibilang jomblo, karena menurut ajaran Yoga, jomblo itu takdir sedangkan single itu pilihan--jadi mereka selalu dapet coklat banyak. Meskipun jumlahnya nggak sebanyak yang Rei dapet, tapi itu lebih baik daripada nggak dapet sama sekali kan?

Seperti gue, misalnya.

"Ceb, udah bawa tote bag kan?"

Pertanyaan Rei selalu gue dengar tiap valentine. Dia nggak pernah bagi-bagi coklat yang dia dapet, cuma nyuruh gue bawa pulang semua coklatnya dia--dan itulah alasan gue selalu bawa tote bag tiap valentine.

"Ud--"

"UPIL! DICARIIN TUH DI DEPAN!"

Ha? Siapa yang nyari gue...

"Rajendra?"

"Hai kak!"

Demi apapun, gue nggak nyangka junior satu ini berdiri di depan gue, di tengah-tengah koridor yang masih dikerumuni siswa-siswi--yang sekarang ngeliatin kita berdua dengan tampang kepo.

"Eh...lo...butuh sesuatu?"

Rajendra cuma senyum lebar, sebelum ngulurin tangannya--yang daritadi sembunyi di balik punggung dia.

"Happy valentine kak!"

Di tangan Rajendra, tepat di depan gue, satu buket isi macem-macem coklat terpampang jelas. Di hadapan semua orang yang lalu lalang, dan di depan kepala-kepala yang melayang dari balik jendela dan pintu kelas yang terbuka lebar.

Mampus udah gue

"GUYS! UPIL DAPET COKLAT!"

"GILA! HERSEYS BRO!"

"ITU CADBURY YANG LIMITED EDITION BUKAN SIH"

"LOH APA INI APA INI"

"REI! ADEMIN PIKIRAN DAN HATI LO PAKE ADEM SARI!"

"TENANG REI! INI SEMUA HANYA ILUSI!"

"Kok dia ngasih upil coklat? Emang upil cewek ya?"

Memang sebaiknya hal-hal jahanam itu kita musnahkan secepatnya.

×××

Selamat hari valentine ^^ tadinya mau up kemarin, cuma semalem udah ngantuk berat T.T

Teman Sebangku Laknat ✔Where stories live. Discover now