S I X

2.1K 228 47
                                        

_____

___

_

"Gomen, tadi tidak sempat menjemputmu." Ucap Mikasa lirih seraya membenarkan syal merahnya.

Menggeleng pelan, senyum tipis terpatri di bibir plumnya.
"Tidak masalah, Mikasa-chan."

Mereka kini sedang berjalan menuju baraknya masing-masing, mereka lebih memilih tidur lebih awal daripada berdiam diri di ruang makan dengan kebisingan yang memekakkan telinga.

Gadis bersurai indigo itu pun telah melaksanakan kegiatan yang sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari yaitu membersihkan bekas makanan semua anggota.

Cukup melelahkan mengingat banyaknya kapasitas manusia yang singgah di ruang makan, kini hanya tinggal gadis bersurai indigo yang berdiri di depan pintu baraknya.

Teman-temannya telah kembali ke baraknya masing-masing, mereka sempat berbincang bersama mengenai ekspedisi yang akan di laksanakan besok, selama perjalanan menuju barak.

Tapi gadis bersurai indigo--Hinata lebih memilih berdiri di koridor dengan tubuh yang menghadap ventilasi tanpa kaca yang menampilkan langit malam yang indah.

Di balik indahnya dunia tersimpan banyak luka, dunia ini harus dihadapkan dengan konflik yang tidak ada hentinya. Mulai dari Titan yang memakan manusia tanpa tahu manusia itu berdosa atau tidak.

Satu kata untuk dunia ini. Sangat kejam. Dan besok adalah hari dimana dirinya harus menghadapi puluhan Titan yang mungkin bisa memangsanya kapan saja, dan ia harus siap untuk itu semua.

Jika kembali mengingat sikap Levi padanya, membuat hati Hinata menjadi kalut.
"Kenapa hati harus diciptakan, jika pada akhirnya hanya rasa sakit yang dirasakan." Ungkapnya dengan mata yang tidak lepas memandang bulan dan bintang yang masih setia menghiasi malam ini.

"Oi..gaki kenapa kau belum tidur hah?!"

Teriakan seorang pria menggema di koridor yang sudah sepi. Kedua mata Hinata membelalak terkejut ketika mendapati pria yang selalu berada di pikirannya akhir-akhir ini.

"Heichou?!" Hinata terkejut sontak menjauh dan segera memasuki baraknya tapi kalah cepat ketika pria undercut tersebut berlari dan menahan pintu barak tersebut.

"Mau kemana? Aku belum selesai berbicara...masih ada yang ingin kubicarakan." Hinata tersentak dan lebih memilih diam.

"Maaf, telah berbuat lancang padamu. Kejadian saat itu, aku hanya terbawa suasana. Jadi jangan dipikirkan" ucapnya tenang.

Hinata terdiam, perasaannya bak tercabik-cabik rasanya sangat menyakitkan membuatnya sulit untuk bernafas walau sedetik.
Dengan mudahnya ia berbicara jika saat itu hanya terbawa suasana.

Ciuman pertamaku ternyata terjadi hanya karena sebuah kesalahan?! Batin Hinata yang sudah tak terbendung.

Rasanya Hinata ingin berteriak di wajah datar pria itu jika dirinya tidak terima itu semua, hanya karena kesalahan dan Hinata yang mempunyai harapan yang melambung tinggi menjadi jatuh dan hancur tak tersisa.

"Jadi begitu...hanya karena kesalahan ya?" Suara Hinata terdengar tenang tapi di sisi lain terdengar menyedihkan. Hinata ingin rasanya cepat-cepat kembalik ke dunianya, ia sudah tidak kuat jika terus-terusan berada disini.

Hinata menggeser tubuh Levi dengan kasar membuat si empunya terkejut. Levi pun masih bungkam memikirkan perkataannya pada Hinata, perasaannya kini juga terasa sangat menyakitkan. Hingga pintu tertutup meninggalkan suara yang keras membuat Levi tertegun, Levi memilih kembali ke baraknya karena besok ia sudah harus bersiap untuk ekspedisi nanti dengan perasaan kalut tentunya.

Another World(LevHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang