🌻 Kedua 🌻

451 84 32
                                    

🎵Kwill ft Davichi : You Call It Romance

Silakan Vote dan Komen jika Anda telah membaca cerita ini, terima kasih
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Sana...." suara lantang milik mama benar benar menggentarkan gendang telingaku. Sedikit menggeliat dan mengerjapkan mata, perlahan aku bangkit dari tidur malasku. Sebelah tanganku meraih hp di bawah bantal. Mencari keterangan waktu terkini. Dan aku hanya mengangguk melihat layar hpku yang menampilkan angka sepuluh. Jadi tidak heran jika nyonya besar rumahku meneriaki putrinya yang tengah tertidur pulas.

"Sana..." kali ini mama benar benar sudah mendekat. Suara hentakan kakinya sampai menggentarkan kamarku. Jangan percaya itu hanya perumpamaanku saja.

"Kenapa Ma?" Tanganku langsung menarik ganggang pintu dan menariknya sebelum mama yang menariknya lebih dulu. Ku tampilkan wajah tersenyum, seakan aku telah bangun sekitar setengah jam yang lalu.

"Kamu itu anak perawan model apaan? Bukannya bangun pagi bantuin Mamanya di dapur. Ini jam sepuluh baru bangun" wajah garang ala ibu ibu kompleks tidak lagi mempan bagiku. Aku segera beralih dari hadapan mama seraya menggaruk bokongku yang sedikit gatal. Tiba tiba rasa sakit menjalar di tanganku akibat pukulan dari mama.

"Kamu itu cewek, jangan jorok kayak gitu" omelnya lagi.

"Aduh sakit Ma"

"Cepetan mandi. Terus anterin lapis legit ke rumahnya Sehun" aku tersenyum smirk. Nama Sehun menjadi magnet dikala malasku melanda. Hari minggu memang selalu menjadi hari termalas. Tapi jika ada Sehun semuanya sirna.

"Sini Sana anterin sekarang" mama langsung menggeleng. Ia menolak tawaranku mentah mentah. Aku hanya bisa mencebikkan bibir.

"Kamu mandi dulu. Baru boleh ke Sehun"

"Tapi Ma..." mama menggeleng tegas.

"Kamu gak malu sama Sehun? Dia itu cowok tapi gak kayak Kamu, jorok" buat apa malu dengan Sehun? Hanya manusia kerjaan yang malu dengan makhluk bernama Oh Sehun. Lagipula Sehun sudah mengenalku hampir dua belas tahun.

"Enggak" jawabku datar. Mama akhirnya cuma bisa menghela nafas. Pasrah dengan diriku yang memang keras kepala.

"Ya udah anterin. Tapi Kamu sikat gigi dulu" aku mengangguk dengan semangat empat lima. Mungkin saking semangatnya bisa membuat leherku patah jika aku mengulanginya berkali kali.

Setelah mama meninggalkan kamarku, dengan cepat kakiku melangkah lebar menuju kamar mandi. Aku segera meraih sikat gigi dan menggosok gigiku. Setelahnya aku berkumur. Memastikan tidak ada pasta yang tertinggal di sekitar bibirku.

Aku mengambil lapis legit di atas meja makan dan langsung mengatarkannya ke tempat tujuan. Hanya berjarak lima belas langkah, tubuhku akhirnya tiba di dalam rumah Sehun.

"Tante..." teriakku seraya menghempaskan tubuhku di sofa ruang tamu. Sosok wanita cantik elegan dengan umur yang tidak jauh berbeda dengan mamaku muncul dari arah dapur.

"Sana sayang. Putri kesayanganku. Aduh bawa apaan ini?" Teriaknya tak kalah antusias. Untuk kalimat putri kesayangan itu semua beralasan ya teman teman. Semua itu karena Sehun adalah anak tunggal dan mamanya sangat menginginkan seorang anak perempuan. Jadilah diriku yang dianggap anak perempuannya.

"Ini lapis legit, Tan. Mama barusan buat"

"Aduh kok repot repot. Padahal tante gak pernah ngasih apa apa" dikasih anaknya aja aku udah bersyukur, batinku.

"Mana Sehun, Tan?" Tanyaku tanpa basa basi.

"Ada di kamar. Sama temennya" aku mengerutkan dahi. Mencari sosok teman Sehun yang lain selain diriku.

FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang