🌻 Kesembilan 🌻

328 64 19
                                    

🎵Zara Larsson : I Can't Fall in Love Without You

Silakan Vote dan Komen jika Anda telah membaca cerita ini, terima kasih
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sana tertegun mendengar ucapan Sehun. Ia tidak menyangka jika hari dimana Sehun menegaskan hubungan persahabatan mereka yang tidak ada kata cinta ini akan datang begitu cepat. Apakah ini akhir dari segala penantiannya selama ini?. Apa Sehun benar benar tidak pernah menaruh kata cinta walaupun sedikit diantara kami?.

Sana melihat punggung Sehun yang duduk membelakangi dirinya. Mengamati dengan seksama perawakan tubuh sahabatnya itu. Apa ia bisa berada jauh dari Sehun?. Apa Sehun juga bisa meskipun tanpa dirinya?. Apa Sehun tidak bisa melihat perasaan Sana selama ini?. Sungguh Sana ingin mengatakannya. Mengatakan bahwa dirinya memendam rasa yang sebenarnya sudah Sehun larang sejak awal hubungan mereka terjalin. Sana menyesal. Seharusnya hubungan ini tidak pernah terjadi sejaka awal. Ia tidak tahu jika perasaannya ini malah berakhir dengan rumit seperti sekarang.

"Apa Kamu suka sama Hayoung?" Sana merutuk pertanyaan konyol yang lagi-lagi keluar tanpa persetujuan otaknya itu. Sehun lantas kembali menoleh pada Sana. Ia menaikan sebelah alisnya—merasa aneh dengan pertanyaan yang diajukan sahabatnya itu.

"Maksud Kamu apa?"

"Yah, siapa tahu Kamu suka Hayoung jadinya bilang kayak gitu" elak Sana menutupi rasa gugup dalam dirinya sekarang. "Aku juga heran kenapa Kamu gak pernah deket sama cewek selain Aku. Padahal banyak yang mau deket". Sana mencuri pandang pada Sehun yang kini terlihat diam disampingnya.

"Ada Kamu. Semua yang Aku butuhin udah ada sama Kamu. Lalu apa lagi yang harus aku cari?"

Deg

Sana menoleh pada Sehun dan terpaku. Sahabatnya ini sebenarnya pintar atau bodoh?. Apa Sehun sadar dengan apa yang telah ia ucapankan barusan?. Sehun membutuhkan dirinya, tapi malah menyuruh Sana menjauh. Sana menggeram—terlalu gemas dengan Sehun yang selalu mengoceh tanpa tahu akibatnya pada Sana. Sekarang ia sangat ingin menyundul kepala Sehun.

"Tadi bilang suruh nyari pacar. Terus sekarang malah bilang kalo semua hal yang Kamu butuhin udah ada di Aku. Terus mau Kamu itu sebenernya gimana sih, Hun?"

"Gak tau"

Sana sudah mengepalkan tangannya dan bersiap menyundul kepala Sehun. Sahabatnya memang selalu plin plan jika harus mengambil keputusan. Gimana bisa tenang hidup Sana kalau kelakuan Sehun saja seperti sekarang.

"Gimana sih? Jadi cowok yang tegas dong. Bikin emosi aja"

"Aku gak tau, San. Mungkin kalo Kamu tinggalin, Aku bisa jadi mandiri secara tiba tiba"

Sana tertawa hambar mendengar alasan Sehun. Ia sangat tahu Sehun tipikal orang yang seperti apa. Ia bukan sahabat Sehun yang musiman. Sana sudah berteman dengan Sehun sejak mereka masih kecil. Jadi alasan Sehun untuk menjauh dari Sana itu sudah terlalu pasaran di telinganya.

"Halah. Sok sokan banget bilang mandiri secara tiba tiba. Paling tadi waktu gak di jemput ke kelas Kamu bingung kan?" selidik Sana seraya melirik Sehun—ingin menggoda sahabatnya itu.

"Enggak. Aku gak nyariin Kamu kok" elak Sehun. Sehun sengaja memalingkan wajahnya agar tidak bertemu tatap dengan Sana. Tetapi Sana tahu jika Sehun tidak memberi jawaban yang sebenarnya.

"Gak usah bohong kali. Kamu kira Aku gak inget, dulu waktu kita TK Kamu malah nangis waktu aku tinggalin ke kantin duluan. Palingan kalo anak SMA nangis bukan hal yang memalukan pasti Kamu udah nangis tadi kan?"

Sehun memutar bola matanya—kesal. Sehun selalu ingat dengan hal paling memalukan dalam hidupnya itu, Sana tidak perlu mengingatkannya lagi.

"Kamu gak usah ngingetin lagi dong. Aku udah inget. Kamu ketawa sambil majang gigi ompongmu itu kan?"

FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang