🌻 Keempatbelas 🌻

341 50 34
                                    

🎵Madilyn Bailey : Wildest Dreams

Silakan Vote dan Komen jika Anda telah membaca cerita ini, terima kasih
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

📍 TOLONG KOMEN

_________________________________________________

Suara sorakan memekakan telinga Sehun. Tangannya tampak bergerak membenarkan kacamatanya, memfokuskan pandangan pada sosok Sana yang kini tengah berlari kesana kemari di tengah lapangan basket. Hari ini ada pertandingan persahabatan antara sekolahnya dengan sekolah tetangga. Jadi sekolahnya begitu ramai karena hampir semua murid datang untuk menonton pertandingan.

Sehun berada di kursi tribun. Menyempil di tengah teman teman kelasnya. Sehun sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan keramaian yang berlebihan. Tapi karena Sana harus ikut pertandingan, mau tidak mau Sehun harus datang. Karena kalau Sehun tidak datang, hidupnya akan berubah tidak aman. Sana akan memarahinya dan memusuhinya selama tiga hari.

Tidak jauh dari lapangan Sehun melihat Seokjin tengah duduk bersama tim putra. Seokjin memang mengambil alih posisi kapten tim basket putra sekolahnya sejak kepindahannya. Sedangkan untuk tim putri dipimpin oleh Sana.

Fakta yang tidak begitu menarik bukan?

Tapi dibuat menarik karena Seokjin yang begitu terang terangan mengejar Sana. Hampir satu sekolah tahu akan hal itu dan mereka pun menunjukkan rasa minat pada couple yang satu ini. Bukankah keren saat kapten tim basket putra begitu mengejar ngejar cinta kapten tim basket putri? Tentu judul yang menggunggah selera apalagi remaja yang baru saja memasuki masa masa pubertas.

Lalu, bagaimana dengan dirinya? Dimana posisi Sehun sekarang?

Sejak awal semua orang sudah tahu jika dirinya hanyalah sahabat Sana. Sedangkan Sana selalu protektif terhadap dirinya. Tidak ada hal yang menarik dari hubungannya dengan Sana. Cuma sahabat kecil saja. Tanpa ada intrik percintaan di dalamnya. Jadi penghuni sekolahnya tidak terlalu tertarik dengan dirinya dan Sana.

Sehun menghela napas panjang. Ingin segera pergi dari tengah tengah tribun yang semakin ramai. Sehun menonton dalam keadaan damai dan tentram. Jika semua bertepuk tangan dia pun ikut. Tidak ada teriakan yel yel seperti lainnya. Menurutnya itu terlalu melelahkan dan akan membuat tenggorokannya sakit. Tapi Sehun tidak pernah melewatkan kemana arah Sana berlari. Dia mengikuti meskipun harus sedikit berjinjit untuk melihat.

Tepukan di bahu membuat Sehun reflek menoleh. Di sampingnya sudah ada Hayoung yang berdiri dengan senyuman ramahnya. "Hai Hun!" Sapa Hayoung sedikit mengeraskan suaranya agar Sehun bisa mendengarnya.

"Hai!" Balas Sehun lalu kembali fokus mencari posisi Sana.

"Kamu selalu nonton setiap Sana tanding ya?"

"Ya. Selalu. Karena kalau sampai gak nonton bisa bisa Aku dimusuhin sama dia"

Hayoung kemudian tersenyum dan mengikuti kemana arah Sehun melihat. Sehun bahkan ikut meringis saat Sana terjatuh.

"Kamu khawatirkan sama Sana?" Hayoung tiba tiba melontarkan pertanyaan setelah mendapati ekspresi wajah Sehun barusan.

"Sana itu orangnya ceroboh. Dari kecil dia itu sering jatuh. Suka manjat pohon dan ngejar layangan. Gak pernah takut sama siapapun. Bahkan sama kakak kelas sekalipun. Dia bener bener pemberani. Meskipun gitu dia perempuan. Jadi waktu Sana ngelakuin hal hal semborono yang takut sebenarnya Aku. Takut kalau dia kenapa napa."

Hayoung tersenyum tipis mendengar jawaban Sehun. Sejak awal saat perasaan cinta mulai tumbuh di hati Hayoung untuk Sehun, ia tahu kalau saingan terberatnya adalah Sana. Sejauh apapun Sehun pergi ada bayangan Sana di matanya. Yang menjadi tanda tanya besar dalam benak Hayoung adalah kenapa Sehun tidak pernah mengakui perasaannya pada Sana. Tentu mudah sekali untuk Sehun mengungkapkan perasaannya. Tapi nyatanya sampai sekarang hubungan mereka tetaplah hubungan persahabatan. Meskipun mereka hanyalah sahabat Hayoung tetap merasa pesimis mendapatkan Sehun. Hayoung sangat tahu tatapan Sehun pada Sana jauh dari kata sahabat.

FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang