🌻 Keempat 🌻

329 75 82
                                    

🎵 Taylor Swift : Me

Silakan Vote dan Komen jika Anda telah membaca cerita ini, terima kasih
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Aku terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Bisik bisik kagum terdengar jelas di telingaku. Tapi tahan, itu bukan kagum padaku melainkan pada makhluk yang terus menerus mengikutiku. Siapa lagi kalau bukan laki laki bernama Seokjin. Makhluk gila yang dengan santainya mengatakan suka padaku di hari pertamanya bersekolah.

"Sana... tunggu jangan jalan cepet cepet dong" Aku tetap berjalan tanpa menggubrisnya. Sekarang Aku cuma ingin bertemu dengan Sehun dan berharap Seokjin ini pergi dari hadapanku segera.

Sebentar lagi aku sampai di kelas Sehun, sahabat tercintaku. Meskipun hanya aku yang menyebut cinta di hubungan pertemanan kami.

"Sehun" teriakku. Membuat seisi kelas Sehun terperanjat kaget dengan suaraku. Tapi tidak dengan Sehun. Dia menegakkan duduknya dan menoleh ke arahku. Wajahnya tetap tenang.

Aku berjalan dengan langkah yang lebar menghampirinya. Tapi suara teriakan tiba tiba membahana mengisi ruang kelas IPA 1 karena Seokjin yang ternyata masih mengukuti sampai ke meja Sehun.

"Kenapa?" Tanya Sehun seraya membenarkan letak kacamatanya. Sehun benar benar tidak peka. Padahal wajahku sudah sangat kesal.

"Ini kan cowok yang kemaren sama Kamu di bioskop kan? Ini pacar kamu?" Tanya Seokjin padaku. Aku sudah siap menjawab iya tapi Sehun lebih dulu menjawabnya.

"Bukan. Aku bukan pacar Sana. Aku sahabatnya" Sehun berdiri dari kursinya dan Aku berlari ke balik punggung Sehun, mencari perlindungan.

"Bagus dong kalo Kamu cuma sahabatnya Sana. Aku masih ada peluang buat dapetin Sana." Cicit Seokjin. Aku berpegangan di lengan Sehun. Menggeleng dengan kuat. Bermaksud menolak semua yang di ucapkan Seokjin.

"Mau dong jadi pacar Sana yang cantik" sumpah demi apapun aku telah bersiap untuk muntah. Sampai kapan laki laki bernama Seokjin ini mengerti jika aku tidak menyukainya. Sampai negara api berubah jadi negara air pun aku tidak akan pernah cinta padanya.

Seokjin terus berbicara dan aku tetap diam di belakang Sehun tanpa respon berarti. Hingga Sehun menoleh padaku dan mengatakan lapar. Saat itu juga aku berjalan meninggalkan Seokjin yang masih terus berbicara tanpa jeda.

"Kenapa kamu gak terima aja? Padahal kayaknya dia beneran suka sama kamu" tanya Sehun di sela sela perjalan kami menuju kantin. Aku tampak berpikir meskipun aku sudah memiliki jawabannya.

"Karena aku sukanya sama kamu" kataku dalam hati.

"Soalnya aku gak suka" jawabku seadanya.

"Coba aja dulu. Siapa tahu nanti cocok" aku menggeleng kuat. Tidak setuju dengan usulan Sehun. Masalah cinta kok coba coba.

"Aku udah ada cowok yang aku suka." Aku sedikit melirik ke arah Sehun. Sengaja menantikan responnya.

"Oh" oke, aku terlalu berharap dia akan tertarik dengan jawabanku. Dan nyatanya tidak ada yang spesial dari ekspesinya. Tetap datar seperti triplek lapuk.

***

"Aku udah ada cowok yang aku suka". Aku diam. Tidak tahu harus memberi tanggapan apa pada jawaban Sana. Hanya berharap cowok itu bukan diriku. Bukan karena aku terlalu percaya diri. Hanya saja saat aku mengingat tatapan Sana saat itu aku sangat takut dia benar benar cinta padaku.

Sana adalah bagian hidupku. Tapi tidak lebih dari sekedar hubungan pertemanan. Itulah prinsipku. Kehilangan Sana sama saja menghentikan separuh kehidupanku. Dia berharga sangat berharga sampai sampai aku takut menyakitinya. Jika aku hidup dalam monokrom, Sana adalah palet warnaku. Warna yang akan membuat setiap nafasku tidak akan membosankan. Jika saja aku bisa mengatakannya.

FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang