BAB 7

5.1K 155 5
                                    

Bismillahirrahmaniirrahiim

Allahumma shali'ala Muhammad

wa 'ala Ali Muhammad

Happy reading

And

Sorry for typo
🙏🙏🙏

Hana tersenyum-senyum sendiri melihat galeri foto di ponselnya. Sewaktu main ke panti tadi dia, Mira dan anak-anak panti banyak berfoto, apalagi foto selfie. Ya,ternyata dengan hal sederhana seperti itu bisa sedikit demi sedikit mengurangi kesedihan Hana. Untuk merasa bahagia tidak perlu mahal ternyata, cukup dengan berbagi sedikit rezeki yang kita miliki kepada mereka yang membutuhkan akan menimbulkan efek euphoria tersendiri di hati kita. Lantas, kenapa masih ada orang yang enggan berbagi, pikir Hana. Mungkin, manusia-manusia itu berpikir bahwa dengan menumpuk harta dunia akan memberikan kebahagiaan sejati, namun sayangnya mereka salah. Dengan cara mereka seperti itu, mereka hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu, palsu dan hanya bersifat sementara.

Tak lama kemudian, ibu Hana pun masuk ke kamar Hana, "Han, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya ibu Hana sambil duduk di ranjang Hana.

"Ini Bu, liat foto aku sama anak-anak di panti tadi. Liat deh Bu, lucu dan ngegemesin kan mereka. Apalagi yang bayi Bu," ucap Hana sambil menunjukan foto-foto di ponsel kepada ibunya.

"Iya lucu-lucu banget, tapi kasian ya mereka, Han."

"Iya Bu, tega banget orang tua mereka yang udah nelantarin gitu aja, gak bertanggung jawab," kesal Hana.

"Memang gak punya perasaan orang tua kayak gitu. Terus kapan kamu mau kasih ibu cucu yang lucu kayak gini," sindir ibu Hana.

Deg....aduh kena kan gue. Ujung-ujungnya bahas jodoh juga deh ini, gumam Hana dalam hati.

"Doain Hana aja Bu, biar cepet dapet calon bapaknya anak-anak Hana. Nanti Hana kasih ibu cucu yang banyak. Mau berapa? Empat ? Lima ? atau sebelas? Biar ibu bikin kesebelasan."

"Ih kamu, banyak banget sebelas, Han? Gak capek ngurusnya?"

"Yah, abisnya Hana gak enak ngerasain jadi anak tunggal. Jadi Hana pengen punya anak yang banyak, hehe."

"Iya, ibu selalu berdoa juga yang terbaik buat kamu. Doain ibu juga biar panjang umur, niar bisa lihat kamu nikah dan gendong cucu-cucu ibu ya, Han."

"Pasti Bu, ibu jangan ngomong gitu dong, Hana kan jadi sedih," ucap Hana seraya memeluk ibunya.

Sebenarnya, Hana paling malas dan sedih kalo ibunya membahasa hal ini. Karena ia juga tidak tega kepada ibunya. Hana ingin segera mengabulkan semua keinginan ibunya sebagai tanda bakti Hana. Namun, apa boleh buat, Allah belum mengabulkan doa-doa Hana. Hana Cuma bisa berharap yang terbaik untuknya dan ibunya. Hana yakin Allah akan memberikan yang terbaik di saat yang tepat.

"Itu kemarin si Rika jadi gak ngenalin temen suaminya sama kamu?"tanya ibu Hana sambil membelai lembut rambut panjang Hana yang tergerai.

"Eh? Oh itu, belum Bu."

"Kenapa belum? Dicoba aja Han, namanya ikhtiar. Siapa tahu jodoh. Kalopun gak jodoh kan masih bisa temenan."

"Iya Bu, insya Allah nanti Hana coba. Doain ya Bu."

Akhirnya, lama kelamaan ibu dan anak itu pun tertidur karena mereka sudah kelelahan.

===

Sang surya sudah mulai meninggi. Jarum kam sudah menunjukkan hampir pukul 7 pagi. Suasana hiruk pikuk di rumah Adam sama seperti biasanya pada hari weekday. Mereka sibuk mempersiapkan dirinya masing-masing untuk menjalani aktivitas. Ada Hawa yang sibuk menyiapkan keperluan kerja suaminya dan keperluan Rama untuk sekolah. Ya, Rama sudah mulai masuk TK nol besar saat ini. Ayah dan Ibu Adam Hawa sudah siap menunggu anak, mantu dan cucunya untuk sarapan di meja makan. Menu sarapan hari ini cukup sederhana yaitu nasi goreng ayam dengan telur dadar serta kerupuk udang. Tak lupa dilengkapi dengan susu atau teh hangat sesuai selera masing-masing. Namun, anak bungsu Pak Malik yang bernama Adam Rizki Pratama itu belum menunjukkan batang hidungnya.

Takdir Cinta RayhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang