BAB 3

5K 161 2
                                        

Bismillahirrahmaniirrahiim

Allahumma shali'ala Muhammad

wa 'ala Ali Muhammad

Happy reading

And

Sorry for typo
🙏🙏🙏

"Ketika hatimu dirundung luka, ketahuilah, Allah selalu menantimu kembali untuk menghapuskan duka."

Sedih. Marah. Kecewa. Putus asa. Campur aduk menjadi satu didalam hati Hana. Ketika kemarin menerima undangan pernikahan dari Lutfi sang pujaan hati, bagi Hana dunia seakan hancur, runtuh, kiamat dan sudah tidak berarti apa-apa lagi untuknya. Itu disebabkan perasaanya kepada Lutfi sudah terlalu dalam, maka kecewa yang ia rasakan juga kian dalam.

Ya, itu memang kesalahan Hana. Memendam perasaan yang begitu dalam kepada yang belum halal, jelas, menyakitkan. Menyakitkan jika yang selama ini kita angan-angankan tidak menjadi kenyataan.

"Ya Allah ini beneran kan? Bukan mimpi?" isak Hana dalam tangisnya,

Kemudia ia membuka chat grup lagi di ponselnya dan menepuk-nepuk pipi wajahnya.

"Ya Allah, ini beneran Lutfi mau nikah? Dia nyebar undangan," gumam Hana

Ia pun berkali-kali memastikan penglihatannya tidak salah. Dan sayangnya, semua itu benar. Lutfi ternyata sudah punya tambatan hati lain selama ini.

"Ya Allah sakit banget ya Allah, hati ini sakit banget, nyesek, rasanya gak kuat," ucap Hana sambil menangis sesenggukan.

Tetiba ia teringat percakapan dengan adik sepupu Lutfi yang juga teman kuliahnya yang juga satu pengajian dengan Hana, beberapa bulan yang lalu.

Flashback on

"Oh iya, Sheira, siapa besok sodara yang mau walimah?" tanya ustadzah Aisyah.

"Itu, namanya bang Kevin Ustadzah, kakak sepupuku yang di Jakarta. Emang kenapa Ustadzah?" tanya Sheira.

"Oh enggak kok, kirain si Lutfi yang walimah. Soalnya udah banyak yang mau ngajakin dia ta'arufan. Usianya juga udah cukup dan udah mapan juga," jelas ustadzah Aisyah.

"Yah si bang Lutfi mah ga usah diharepin Ustadzah," ucap Sheira.

"Loh, emang kenapa Shei?" tanya ustadzah.

"Dia mah udah punya calon sendiri, dan keukeuh sama calonnya itu. Gak mau nikah kalo bukan sama calon pilihannya."jelas Sheira.

"Oh gitu, udah ada calon sendiri berarti ya. Iya memang kadang ikhwan itu sudah pada punya calon sendiri. Proposal akhwat yang ada di saya numpuk banyak banget, sedangkan stock ikhwan sedikit yang siap nikah. Mereka itu, kalo ga nunggu mapan, pasti sudah ada akhwat yang dia incar. Jadi kalian yang sudah kasih CV ke saya tapi belum ada kabar, mohon bersabar ya. Kencengin doa di sepertiga malam terakhir. Atau kalian juga bisa mengandalkan orang tua kalian untuk mencarikan kalian jodoh. Asal lelaki itu baik agamanya dan shalih, insya Allah dia akan bisa jadi suami yang baik."

"Iya, baik ustadzah," ucap mereka serempak.

Ketika sedang sesi curhat dalam lingkaran pengajian kelompok yang rutin Hana ikuti, percakapan itulah yang Hana dengar. Seketika hatinya menciut mengetahui sang pujaan hati sudah punya calon untuk diajak ke pelaminan. Tapi memang dasarnya Hana nekat "Ah, selama janur kuning belum melengkung, kan masih halal untuk ditikung bukan Bung?" gumamnya dalam hati saat itu. Ia pun semakin gencar berdoa kepada Allah agar bisa disatukan dengan Lutfi, tak peduli kalo si Lutfi udah punya calon sekalipun. Kan Allah Maha Membolak-balikan hati hambaNya.

Takdir Cinta RayhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang