Chapter VI: JEALOUS?

1.9K 217 48
                                    

"Gue tunggu lo di lapangan basket."

Pang menutup ponselnya setelah mengetik pesan tersebut. Kapan sih seorang Darell Pangalila berhenti mencari masalah sama semua orang? Ia bahkan bingung dengan dirinya sendiri yang selalu menemui masalah dan tidak pernah lepas seharipun dari hal tersebut.

"Mau kemana lo?" tanya Sun ketika melihat Pang beranjak dari kursinya.

"Ada urusan."

"Masalah?"

Pang menggelengkan kepalanya, "Ngga, gue cuman ada janji buat tanding basket one by one."

"Sama?"

"Adalah."

Sun membulatkan matanya, "Lo gak kena masalah kan?"

"Lo tenang aja, gue jamin kali ini gak akan ada tonjok-tonjokan. Ini murni kok cuman unjuk skill aja karna emang gue duluan yang nantangin dia."

"Atas dasar apa?"

Pang menepuk pelan pundak Sun, "Nothing. Just playing, brother."

"Ah, oke-oke. Gue percaya." Sun mengangguk.

Pang beranjak berjalan menuju lapangan basket tanpa teman-temannya. Di lapangan tersebut ia melihat seseorang sudah berdiri menunggu kehadirannya.

"Kenapa lo mau nemuin gue disini?"

Pang menyungingkan senyuman liciknya, "Menurut lo gue mau ngapain nyuruh ke di lapangan basket? Renang?" sarkasnya, "Udah senior tapi gak ada otak."

"Terus?" tanyanya masih dengan aura yang tenang dan sama sekali tidak terganggu dengan sarkasme yang dilontarkan Pang.

"Well, gue udah bilang sama lo untuk gak usah ikut campur urusan geng gue," tegasnya, "Terutama Sun."

"Apa masalahnya buat lo?"

"Gue gak suka liat manusia sok pahlawan kayak lo."

"Kalo lo ngomongin soal kemarin, itu udah tanggung jawab gue sebagai senior dan mentor kalian."

Pang berjalan mengambil bola basket yang terletak disamping tiang ring, Ia melemparkan bola ke arah Inn, "Lawan gue. One by one."

"Jadi lo cuman pengen main basket doang sama gue?"

"Lo pikir gue anak kecil?" tatapnya sinis, "Gue mau lo lawan gue dengan konsekuensi, kalo lo kalah lo jauhin geng gue dan lo jauhin Sun."

"Kalo gue menang?"

"Terserah lo. mau lo ikut campur urusan Sun atau lo mau kayang sekalipun gue gak akan pernah ganggu lo lagi."

Inn melemparkan bola basket itu kembali pada Pang, "Kalo lo jadiin Sun sebagai alasan buat lawan gue main basket, Sorry, Sun bukan barang taruhan."

"Jadi lo takut kalah?"

"Gue gak takut," Inn menengaskan ucapannya, "Gue cuman gak mau apapun yang lo bakal lakuin ke gue lo jadiin Sun sebagai alasan di dalamnya."

Pang mengangguk, "Sepenting apasih Sun buat lo?"

"Kalo lo nanya seberapa penting dia di hidup gue, gue gak akan bisa jawab. Cuman kata-kata doang gak bisa gambarin seberapa pentingnya dia."

"Alay."

"Tapi kalo lo mau tau, Sun lebih penting bahkan dari hidup gue sendiri. Dan gue gak akan pernah biarin dia ngerusak dirinya sendiri." ucap Inn sebelum ia memilih untuk meninggalkan lapangan basket.

"Lo suka sama Sun?"

Pertanyaan Pang membuat Inn menghentikan langkah secara tiba-tiba. Ia terdiam sejenak mencerna apa yang diucapkan oleh Pang.

BLACK vs WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang