Suara pecahan benda, perdebatan dan teriakan terdengar nyaring hingga samping rumah dimana suara itu berasal. Seorang anak kecil berumur 7 tahun membawa kursi kecilnya, menempatkan disamping dinding pembatas. Ia menaikan kakinya diatas kursi itu, mengintip apa yang sedang terjadi di samping rumahnya.
Inn kecil melihat seorang anak laki-laki berumur 4 tahun sedang menangis memeluk lututnya diteras rumah. semakin kerasnya suara pecahan benda, semakin keras pula tangisan anak tersebut.
Inn kecil berlari menghampiri Sun, ia memang baru saja pindah tepat di samping rumah itu satu bulan lalu, namun ia sangat mengenal Sun; anak laki-laki yang bawel, berisik dan sering melemparkan bola plastik kecil ke rumahnya dengan sengaja.
"Sun, Kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Inn kecil dengan polosnya.
Sun memperlihatkan wajah dengan mata sembabnya pada Inn, "Kak, Mama sama Papa berantem." ujarnya.
Inn sedikit mengintip ke dalam rumah itu, Seorang laki-laki dewasa terlihat sedang membanting sebuah vas bunga di hadapan wanita dewasa yang terlihat sangat marah.
Inn mendekat pada Sun, memeluk tubuh mungil itu, "Ada aku, Jangan nangis."
Sun mendekap Inn, memeluk Inn dengan erat, "Kak Inn, Sun takut." ucapnya masih meneteskan air mata.
"Jangan takut, kan ada aku, ada Ayna juga."
"Mama sama Papa mau ninggalin aku, aku gak mau sendirian, kak." Sun semakin menenggelamkan wajahnya pada Inn.
"Kamu gak sendirian," Inn mengusap puncak kepala Sun, "Aku bakal jagain kamu."
Sun melepaskan pelukannya, melihat wajah Inn, "Kak Inn janji?" ia mengacungkan kelingkingnya.
Inn menautkan kelingkingnya pada Sun, "Janji."
waktu demi waktu berlalu, perlahan Sun kecil bisa sedikit melupakan apa yang sudah terjadi. Pertengkaran kedua orangtuanya, Kekerasan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri perlahan terobati. Ia sudah mulai terbiasa dengan situasi yang harus dia hadapi dengan umurnya yang masih sangat kecil. Sedikit-sedikit ia mengerti apa yang harus ia lakukan ketika hal itu terulang kembali.
Sun kecil tentunya tidak akan bisa menghadapi semuanya sendiri jika bukan karna seseorang yang lebih cukup umur yang selalu ada untuk mendampinginya. Inn, bukan hanya seorang teman bagi Sun kecil saat itu. Inn merupakan tempat dimana Sun kecil bisa tertawa kembali, bermain layaknya anak kecil, menyanyikan lagu-lagu anak dengan riangnya. Inn sangat berarti bagi Sun.
Namun, disaat kejadian itu terulang kembali, bahkan lebih parah dari yang apa sudah ia alami, Sun kecil kembali larut dalam tangisan, terlebih ketika tubuh kecilnya yang berniat memeluk bundanya secara tidak sengaja didorong oleh ayahnya.
"Ayah, Jangan pukul bunda!" teriak Sun kecil.
namun sang Ayah tidak mengindahkan perkataan putra kecilnya melainkan terus memukuli istrinya.
Sun berlari keluar dari rumahnya, menghampiri Inn. Ia mengetuk pintu rumah disampingnya sambil meneriakan nama Inn. Namun sayang, berkali-kali ia mengetuk, berkali-kali ia berteriak, yang diharapkan tidak menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK vs WHITE
Fanfiction"Lo gak takut sama gue?" Sun, Christopher Sun. Ketua geng Blacklist yang terkenal kejam dan angkuh. siapapun bertekuk lutut padanya. tapi tidak dengan Inn. "Kalo lo ngarep gue takut sama lo, Sorry, gak sedikitpun." Dia Inn, Keanu Gibrainn. Hanya seo...