Chapter II: Blacklisted

2.7K 301 71
                                    

Teriakan para gadis-gadis mahasiswi Fakultas Seni dan Komunikasi menggema di aula utama Universitas. Terlebih ketika para panitia ospek memperkenalkan senior-senior berprestasi di Fakultas mereka.

adalah Keanu Gibrainn, Mahasiswa semester akhir dengan prestasi yang menggunung; baik dari segi akademik maupun nonakademik.

Ada juga Senoff Jumpol, si jangkung yang sering mengharumkan almamater dengan prestasinya di bidang olahraga.

Lalu ada Atthala Gunawan, manusia imut berkelamin laki-laki yang sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan internasional berkat film-film buatannya.

Dan terakhir, ada Kornelius Arjuna. Atlet taekwondo kebanggaan fakultas yang sudah sering bolak-balik luar negri untuk mengikuti tournament taekwondo.

Semua mahasiswa meneriakan nama-nama mereka layaknya seorang fans meneriaki idola mereka saat konser.

"Fakultas Seni dan Komunikasi bukan hanya sekedar memahami dasar apa itu seni atau apa itu komunikasi. Tapi kita dituntut untuk--"

Brak!!!

Belum sempat Inn menyelesaikan ucapannya, seseorang membuka pintu aula secara paksa. semua pandangan mengarah kepada empat orang mahasiswa baru yang sangat-sangat tidak mentaati peraturan; kemeja yang seharusnya berwarna putih dengan celana kain hitam diganti dengan kaos oblong dan ripped jeans bahkan ada yang memakai denim.

Sun berjalan mendahului ketiga temannya memasuki aula utama fakultas. dia memilih duduk di kursi paling depan. sangat dekat dengan panggung. bertopang kaki, mereka turut menyaksikan berlangsungnya acara.

"Dek, tolong kakinya." pinta Inn saat melihat posisi duduk Sun yang kurang sopan di hadapan senior.

Yang dipinta sama sekali tidak mengindahkan.

"Adek,"

"Dek."

"Christopher Sun."

Sun membulatkan matanya mendengar nama lengkapnya terpanggil. bagaimana bisa? Pasalnya, saat itu Sun sama sekali tidak menggunakan kartu nama untuk ospek. Bagaimana mungkin senior itu tau nama lengkapnya?

Sun beranjak dari kursinya, Ia berjalan mendekati panggung bahkan ia naik ke atas panggung. Tubuhnya yang sedikit lebih tinggi dari Inn mematung menatap tajam pada senior di hadapannya tersebut.

"Siapa lo?" tanya Sun dengan tatapan menantang.

Inn mendekat pada juniornya, "Gue kating lo. Gue harap lo patuh sama peraturan."

"Siapa lo dan kenapa lo tau nama lengkap gue?" tegasnya pada Inn.

Inn tersenyum, "Bukan urusan lo. lo cuman maba disini, dan urusan lo cuman patuh sama peraturan kampus."

"Cih." Sun berdecih, "Lo gak tau siapa gue?"

"Karna gue tau siapa lo, gue mau lo tunduk. Kalo lo gak mau ngehargain senior, it's fine. tapi lo harus patuhin peraturan yang udah di buat disini."

Sun menaikan sebelah alisnya, "Kalo lo tau siapa gue, Lo nggak mungkin bisa ngomong kayak gini depan gue." Sun menatap Inn dari ujung rambut hingga ujung kaki, "ELO YANG HARUSNYA PATUH SAMA GUE!"

"Gue senior disini."

"Tapi gue yang berkuasa disini."

"Lo cuman maba."

"Ya, Gue akuin gue emang mahasiswa baru," Sun menggantung ucapannya sejenak. "Tapi gue bisa bikin skripsi lo gak lulus. Gue bisa lakuin apa aja. Gue punya kekuasaan disini."

"Bukan lo yang berkuasa disini. Lo cuman anak dari ketua yayasan kampus ini, bukan berarti lo yang paling berkuasa." nada bicara Inn semakin naik menghadapi Sun. Dalam pikirannya hanya satu yang terlintas, Sampe mana sifat angkuh manusia di hadapannya bertahan?

BLACK vs WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang