Hancur!

29 2 0
                                    

"Pokoknya jangan temuin gue,jangan ngomong sama gue,jangan tanya gue kenapa,dan gue mau jangan pernah anggap gue sahabat lo lagi"

***
"Malam ini curang membuat hati ini semakin kelam...." suara radio fm milik Kesya terputus.
"Gue kenapa sih?" Lirih Kesya saat tangannya tengah mematikan radio miliknya.
"Kok kefikiran Petra terus yah?" Hati Kesya berbisik dengan nada khawatir.
"Fika?" Tiba-tiba Kesya teringat Fika.
"Fika ngapain yah? Pasti masih chatan sama Petra deh.." fikir Kesya sambil bibirnya tersenyum kecil.
"Ihhh apaan sih gue" sergah Kesya sambil tangannya mengambil ponsel yang ada di atas meja belajarnya.
"Tut-tut-tut"
"Kok di rijek? Fika kenapa?gak biasanya" ucap Kesya bingung,Fika merijek telponnya,tidak biasanya Fika seperti ini padanya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif,cobalah beberapa saat lagi" suara operator membuat mulut Kesya ternganga,keningnya menyergit heran menatap poselnya.
"Kok Fika?lo kenapa?tadi di rijek sekarang gak aktif?" Kata Kesya cemas ketika menghubungi nomor Fika kembali.
   Kesya bingung dengan sikap Fika malam ini,terasa ada yang berbeda. Tapi Kesya tetap meyakinkan dirinya agar tetap berpositif thinking.
"Fika lagi chatan sama Petra kali,jadi jangan di ganggu,palingan juga besok langsung cerita ke gue semuanya"

***
"Gagal! Gagal total!" Petra menggeram sambil tangannya mengepal dan menonjok dinding sekolah,sementara Rendi yang berada di depannya kebingungan dengan wajah yang cemas. Di sekolah tadi,petra tiba-tiba menarik Rendi paksa tanpa bicara apa-apa dan menyeret Rendi  ke belakang sekolah.
"Gagal apaan Ra?"
"Lo gak tau haa!" Petra meraih kerah baju Rendi,hingga membuat Rendi sedikit terangkat.
"Petra..Petraa,tunggu deh,gue bener-bener gak ngerti" kata Rendi sambil menahan Petra yang sedang emosi.
"Tenang,tenang dulu Ra. Kita bicarain baik-baik" kata Rendi menenangkan Petra sambil tangannya mencoba melepaskan tangan Petra yang masig menarik kerahnya. Akhirnya Petra mengalah dan melepaskan genggamannya di kerah baju Rendi.
"Minum dulu yuk,kita ke kantin" ajak Rendi.
Petra mengangguk mengikuti apa yang di arahkan Rendi.
"Nih minum" kata Rendi sambil memberikan satu botol minum ke Petra. Petra kemudian mengambil dan meminum air yang di berikan Rendi dengan perlahan.
"Sekarang lo jelasin" kata Rendi mencoba lebih menenangkan sahabatnya itu.
"Lo inget loker nomor 20?" Petra mulai menjelaskan.
"Iya"
"Itu bukan loker Kesya"
"Maksud lo?" Kening Rendi menyergit,matanya menatap Petra dalam-dalam.
"Itu punya Fika,sahabatnya" jelas Petra.
"--" Rendi semakin bingung.
"Jadi sebenernya kemarin,Kesya itu bukan ngambil obat di lokernya sendiri,tapi di loker Fika" jelas Petra.
"Jadi gue salah sasaran?" Tanya Rendi.
"Iya iyalah!pake nanya lagi!" Jawab Petra sedikit menaikan nada bicaranya.
"Terus kemarin gimana?" Tanya Rendi.
"Iya! Gobloknya gue, gue gak tau siapa yang bakal dateng,gue udah dekor semuaaa,udah siapin semuanya baik-baik,gue ceritanya lagi duduk di kursi panjang yang di bagian kursi belakang itu gue udah tulis..yaa kata-kata cowok mau nyatain cinta gituuu..tiba-tiba ada yang dateng,terus dia ngomong di belakang gue kalo dia nerima gue.. Ya mungkin dia udah baca tulisan yang udah gue siapin.." Petra menjelaskan apa yang terjadi kemarin saat di taman kepada Rendi. "Gue kagettt!sumpah!. Lo tau siapa yang dateng?" Petra menatap Rendi tajam.
"FIKA!" Teriak Petra sedikit menyelidik.
"What the fuck!" Balas Rendi ikut geram.
"Gue gak tau lagi harus gimana,yaudah,gue coba jelasin ke Fika kalo ini cuma salah paham. Eh dia marah! Dia suka sama gue,gila kan? Kita baru ketemu sekali pas gue di kenalin Kesya ke sahabatnya itu" Petra kembali menjelaskan.
"Teruss teruss" tanya Rendi dengan tidak sabarnya.
"Yaudah gue tinggalin,tapi untung aja gue masih sempet bilang sory" jawab Petra.
"Gila sumpah! Gilaaa" kata Rendi tak percaya.
"Sory banget ya Ra,gue juga kan gak tau kalo ternyata itu bukan loker Kesya" kata Rendi.
"Santai aja,gue juga paham kok. Lagian gue juga salah" jawab Petra berlapang dada.
"Coba lagi oke bray!" Rendi menguatkan Petra,tangannya menepuk-nepuk bahu Petra.
"Iyaa,yaudah masuk yuk! Sory gue tadi agak emosi" ajak Petra.
"Santaiiii".

***
    Bel istirahat berbunyi. Semua sibuk dengan dunianya sendiri,ada yang sedang membereskan rambut atau make upnya,ada yang baca buku,ada yang sibuk dengan gosipnya bahkan sampai berebut fans terhitz di akun sosial medianya.
"Fika?kok lo diem aja yah dari pagi ke gue?" Tanys Kesya saat menghampiri Fika yang masih sibuk mengutak-atik ponsel di tempat duduknya.
"Fika,istirahat yuk" ajak Kesya
"Duluan aja" jawab Fika jutek tanpa menoleh ke arah Kesya sedikitpun.
"Lo sakit?" Tanya Kesya.
Fika hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkutik sedikitpun.
"Terus lo kenapa?cerita dong sama gue,gue kan sahabat lo" kata Kesya membujuk Fika yang masih mengabaikannya.
Tanpa balasan apapun Fika langsung meninggalkan Kesya tanpa menghiraukan Kesya sedikitpun.
"Fika,lo mau ke mana?" Panggil Kesya sambil mengikuti Fika berjalan.
"Fika tungguu" Kesya terus berteriak mengikuti langkah Fika yang semakin cepat.
"Lo kenapa sih Fik.." lirih Kesya sambil terus mencoba menyamakan langkahnya dengan Fika.
"Lo gak usah so' bego gitu deh" jawab Fika tanpa menoleh ke arah Kesya sedikitpun.
"So' bego? So' bego apaan sih.. Gue bener-bener gak tau apa-apa" Kesya semakin bingung.
   Tiba-tiba langkah Fika terhenti di depan loker miliknya. Fika membuka pintu loker yang bertuliskan nomor 20,dia mengambil sesuatu di dalamnya.
"Lo tau ini apa?" Tanya Fika sambil membeberkan sebuat surat di depan Kesya.
"Surat dari Petra kan?" Jawab Kesya.
"Iya! Dari Petra!" kata Fika sambil tersenyum miring,senyumnya hambar dan sangat bermakna.
"Lo gak tau kan ini surat buat siapa?" Tanya Fika kemudian.
"Buat lo kan Fik. Bahkan lo sendiri yang nemuin surat itu di loker lo kemarin" jawab Kesya.
"Hahaha ini nihh,yang paling gue gak suka dari lo,so' bego tau gak!" Fika tertawa,tawanya sangat hambar dan terdengar menyakitkan.
"Maksud lo apaan sihh Fik.. Ya ampunnn" Kesya semakin tak mengerti.
"INI SURAT BUAT LO!" Teriak Fika sambil melemparkan suratnya ke wajah Kesya.
Kesya menyergitkan keningnya.
"Fik,sumpah gue gak ngerti maksud lo..." lirih Kesya penuh.
"Udah lah Sya,gue capek" jawab Fika,air matanya jatuh ke melewati pipinya.
"Tapi Fik..."
"Udah gini aja,kita gak usah sahabatan lagi yah" kata Fika.
"Fik... Gue.."
"Pokoknya jangan temuin gue,jangan ngomong sama gue,jangan tanya gue kenapa,dan gue mau jangan pernah anggap gue sahabat lo lagi" potong Fika dengan nada penuh emosi.
"Jleb!!!" Hancur!.
   Kesya terkejut,hatinya terasa di injak-injak,tubuhnya kaku,matanya mulau mengeluarkan titik-titik  air,kakinya melemas,mulutnya terkunci tak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Kata-kata Fika terlalu sakit hingga membuat semuanya hancur,kenangan-kenangan indah bersama Fika terputar kembali di fikirannya.
    Kesya diam,menatap Fika dengan kehancuran,sementara Fika menatap Kesya dengan penuh emosi dan kekecewaan.
"Fikaaa..." Kesya berjalan mendekati Fika dan berusaha meraih tangan Fika dengan harapan maafnya. Tapi Fika malah mengubris dan berlari meninggalkan Kesya sendiri.
"Fikaaaa...." Kesya sangat lemas,tatapan hancur di matanya sangat terlihat saat menyaksikan Fika pergi meninggalkannya.
    Kesya berjalan mengambil surat yang tadi di lemparkan Fika,kemudian membuka kop suratnya lalu membaca tulisan yang ada di dalamnya. Tak lama,tatapannya pudar,kakinya sangat berat untuk berdiri,tubuhnya sangat lemas dan..
"Bruukk!"

Lockers And LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang