Bukti

14 3 0
                                    

"Lo harus lupain dia,dan terima gue sebagai pacar lo!"

***
   Hari-hari berlalu dengan sendirinya,berjalan tanpa kompromi untuk berhenti,waktu terus berputar menjadikan sesuatu yang indah menjadi pudar,sebaliknya menjadikan sesuatu yang tadinya pudar menjadi perlahan indah.
   Seperti yang di rasakan Kesya saat ini,yang menjalani hari-harinya dengan kesendirian tanpa Fika..tanpa Petra. Waktu perwaktunya di kelas di jalani Kesya seakan seperti api. Kesya selalu di abaikan Fika. Sudah satu bulan Fika seperti ini padanya, tapi Kesya tidak pernah menyerah,dia selalu mengajak bicara Fika meskipun akhirnya Fika mengalihkannya pada orang lain, Kesya selalu mengajak Fika untuk istirahat bersama di kantin, seperti biasanya Fika malah mengacuhkannya. Kesya juga tidak pernah absen untuk mengajak Fika pulang bersama meski Fika sama sekali tidak menghiraukannya.
   Bel istirahat berbunyi, saat Kesya akan berjalan menuju toilet,dia berpapasan dengan Fika yang akan keluar dari toilet. Kesya memanggil nama Fika,namun Fika masih mengubrisnya "Gue sibuk" cetusnya.
"Fika plisss" lirih Kesya sambil mengejar Fika.
"Fik,plis maafin gue,gue nyerah sumpah! Lo jangan kayak gini" lirih Kesya sambil kakinya terus mengejar menyamakan langkah kaki Fika yang semakin cepat.
"Lo tetep jadian kan sama Petra!" Akhirnya setelah sekian lama Kesya di abaikan,hari ini Fika menjawab Omongannya, meskipun masih dengan nada cetusnya.
"Nggak,gue jadian sama Petra" jawab Kesya.
"Bohong"
"Sumpah"
"Terus kejadian waktu itu apa? Di belakang sekolah sama Petra? Lo di tembak Petra kan?" Cetus Fika sambil membalik tubuhnya menghadap Kesya yang ada di belakangnya. Kesya mengingat-ingat kejadian apa yang di maksud Fika.
"Gue denger lo juga suka kan sama Petra" cetus Fika lagi.
"Tapi gue gak jadian Fikk" jawab Kesya.
"Bohong banget,haha" Fika tertawa licik dan berjalan meninggalkan Kesya.
Kesya terdiam,dia tidak lagi mengejar Fika, dia menghapus air matanya yang sempat jatuh.

   Saat akan berjalan ke kantin, langkah Petra terhenti matanya mendapatkan Kesya dan Fika sedang berdebat,Petra diam sambil mendengarkan Kesya dan Fika. Suara mereka sangat lantang,bahkan terdengar sangat jelas di telinga Petra. Air mata Kesya jatuh,membuat Petra seakan hancur. Sebenarnya Petra sering melihat Kesya mengemis maaf dari Fika,tapi Fika masih mengabaikannya.
"Gue bener-bener gak tega lo gini Sya, gua bakal buktiin kalo gue bener-bener tulus sama lo Sya" lirih Petra sambil terus memandang Kesya yang masih terpuruk. Ingin rasanya dia berlari dan memeluk Kesya,menenangkan bahwa semua akan baik-baik saja.

***
"Pokoknya lo harus bantuin gue,lo kan gitaris juga ren" kata Fika meminta Rendi untuk menuruti kemauannya.
"Yaa..iya,tapi.."
"Tapi lo harus bantu gue,oke!gue tunggu di taman pinggir danau pulang sekolah nanti.  Baaay"  kata Fika memotong omongan Rendi dan langsung berlari meninggalkan Rendi yang hanya terdiam kaku.
Rendi menghembuskan nafasnya,melihat sikap Fika yang egois itu.

   Sesuai kesepakatan, siang ini Rendi akan mengajarkan Fika bermain gitar. Entah ada angin dari mana, Fika tiba-tiba ingin belajar main gitar.
   Di taman dekat danau terlihat Fika yang sudah menunggu Rendi datang. Fika duduk di atas rerumputan hijau di taman, Fika sedikit memainkan gitar yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Mana sih Rendi" kata Fika sambil menyebarkan matanya ke sekitar menunggu Rendi datang dengan rasa tidak sabarnya.
"Fika" teriak Rendi dari belakang. Fika menoleh sambil tersenyum.
"Tampil amat" ucap Rendi sambil mengambil posisi duduk di samping Fika.
"Iya dong"
"Lo ada angin dari mana sih pengen belajar gitar gini" tanya Rendi.
"Yaa..gue pengen ngedapetin hati Petra lah. Petra kan pecinta seni,jadi apa salahnya gue juga mau sedikit-sedikit belajar seni,ya belajar gitar ini contohnya" jawab Fika.
"Petra lagi..Petra lagi.. kirain udah inshaf" cetus Rendi malas
"Udah-udah! Cepet ajarin gue".
"Iya iya"
"Megangnya gimana" tanya Fika bingung.
"Tangan kiri lo megang yang ini,terus tangan kanan lo megang yang buat metik senarnya" jawab Petra sambil mengarahkan tangan Fika.
"Ihh gimana" rengek Fika sambil tangannya terus memutar balikan gitarnya.
"Ah gimana sih lo,mau bisa gitar tapi megangnya aja gak becus" ejek Rendi sambil berdiri dan berjakan ke belakang punggung Fika untuk membenarkan cara pegang Fika pada gitarnya.
"Sini-sini,nihh gini nih" Rendi memeluk Fika dari belakang. Jantung Fika terhenti saat suara Rendi terdengar sangat jelas di telinganya.
"Tangan ini di sini...ini dii..." kata-kata Rendi terhenti saat tidak sengaja menyentuh tangan Fika, Fika menoleh menatap Rendi yang masih memeluknya dari belakang, Rendi kembali menatap Fika hingga keduanya saling tatap. Tubuh Fika kaku menatap mata indah Rendi, bulu matanya yang lentik dan tatapannya yang teduh membuat Fika seakan lupa pada lukanya.
"Ganteng juga,aduh aduh gak boleh Fika lo harus Fokus!" Kata hati Fika.

Lockers And LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang