Bab 16

16 8 0
                                    

NAFEESHA

Hari ini super duper capek banget soalnya kelasku lagi jam olahraga. Gila ya, aku tuh nggak ngerti sama anak cowok, staminanya itu loh, kuat banget.

Kayak, beda banget sana cewek, baru lari sebentar juga udah ngos-ngosan minta berhenti hahaha.

"Adoh, Fee... air, mana air?!"

Kan, si Nesha udah kayak cacing kepanasan.

"Nggak bawa."

Nesha langsung berdiri menarik lenganku. "Heh, emang udah boleh ke kantin?"

"Bhodohamat."

Dasar ya si Nesha. Pasti gara-gara lari keliling lapangan terus di suruh back up, sit up sama push up. Makanya jadi kehabisan oksigen gitu.

Aku? Ya capek, tapi nggak selebay si Nesha. Alay dia mah.

"Pak, pop icenya rasa mangga, Mau nggak Fee?"

"Bo--"

"Gue mau, dua ya, Pak, sama."

Padahal aku pengen bangeeeet. Iya lah, olahraga gini, capek-capek keringetan tuh enaknya yang seger-seger. Aku nengok ke sebelah. "Gue juga mau."

"Lo ini aja."

Air putih?

Aku juga bawa Kafeel!

"Gue bawa."

"Yaudah, yang di atas buat nanti siang."

"Tapi--"

Kafeel menarik lenganku. INI KEDUA KALINYA! Aku kaget, banget, jadi semakin kaget waktu tahu minuman itu sudah berada di genggamanku.

"Kalau habis olahraga itu nggak boleh minum yang dingin-dingin, Fee."

Tolong...

Semoga pipiku nggak bersemu.

Atau semoga nggak ada tiba-tiba jadi gagap yang justru kelihatan banget aku gugup. Tapi emang... AKU GUGUP BANGET KAWAN-KAWAN!

"Halah, itu lo juga abis olahraga beli es gebleg!"

Nesha menggeplak kepala Kafeel.

Kasar emang.

"Yeee, gue mah baik kan. Nanti kalau dia sakit kan nggak ada yang bisa gue perhatiin lagi."

...

Gombalnya... hahaha bisaan ya. Sampai-sampai aku nggak kuat berdiri di depannya, apa lagi kalau nanti aku natap matanya. NGGAK! NGGAK BISA!

"Ish, najis tau!"

"Fee, diem aja," kata Kafeel. Pikir dong pikir, aku diem gara-gara apaaa? ya maluuuu lah.

Lagian ngomongnya enak banget, asal ceplos. Iya sih, ngegombal jayus, tapi... kalau Kafeel yang ngomong, efek bagiku aneh.

Aneh banget, nggak ngerti lagi.

Eh?

Aqua itu sudah berada di tangan Kafeel, dia membukanya lalu memberikannya padaku, beserta senyuman yang lesung pipinya terlihat.

Sadar, Fee, sadar!!!

"Di minum ya, Fee."

"I--iya."

Aku meminumnya.

Sembari minum juga aku langsung narik tangan Nesha yang sekarang anaknya cekikikan nggak jelas.

"Uhuk! Uhuk!" Tuh kan. Keselek.

"HATI-HATI FEE, OH IYA, NANTI GUE EKSKUL BULTANG."

Dia kenapa sih?

BiagioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang