Bab 23

12 5 0
                                    

NAFEESHA

"Gue nggak tahu... gue bingung, Nes, gue nggak tahu."

Aku menatap takut-takut ke arah Nesha, sedari tadi gadis itu marah-marah karena aku baru menceritakan semua. Semuanya tanpa ada yang aku sembunyikan, termasuk perasaanku sendiri.

"Pernah nggak sih kayak di mana aja gitu lo suka mikirin Fee? Bahkan lo nggak pernah niat buat mikirin dia, tapi tiba-tiba aja gitu jadi kepikiran dia. Pernah?"

... Pernah.

Bahkan rasanya terlalu sering. Aku mengangguk sembari memeluk guling milik Nesha, omong-omong aku sedang berada di kamarnya hari ini berhubung hari Minggu jadi aku ke rumahnya saja setelah lama uring-uringan menghabiskan waktu memikirkan perasaanku sendiri, bahkan sekarang aku baru ngeh kalau sudah sore.

Benar-benar...

"Pernah nggak tanpa sadar suka merhatiin dia, atau kayak ngecariin si Fee."

"Mungkin," kataku, bahkan aku jadi ragu sendiri. "Kadang."

"Suka senyum-senyum kalau dia ngajak lo ngobrol, atau bercanda, atau ngegombal, atau minimal natap lo deh."

Aku diam. Sekarang wajah Kafeel malah melintas di benakku. Dari cara dia memasang ekspresi datar, atau saat Kafeel tertawa, atau... saat lesung pipinya terlihat...

"Muka lo merah tuh, semua juga udah ngejelasin, cuman lo aja yang nggak mau ngaku."

"Nggak."

"Apa? Lo pasti suka gugup kan kalau ada di deket dia? Bahkan mungkin jantung lo rasanya mau copot," kata Nesha, dia... dia ngambil nafas  sejenak. "Please deh, Fee, jangan ngelak terus. Gimana mau yakin sama perasaan sendiri kalau lo sendiri suka mengelak sama apa yang lo rasa?"

Nesha sukses membuatku bingung ingin berbicara apa.

Apa benar... aku menyukainya gitu?

Tangan Nesha menyentuh pundakku, ia menepukkan dua kali. "You like him, Nafeesha."

Aku tersenyum. Ah, seperti ada rasa yang lega setelah menceritakan semuanya pada Nesha. Hanya saja... aku jadi sedikit merasa malu.

"Thanks, Nes."

"Bentar lagi gue di tinggal jomlo nih."

Enak aja! Aku timpuk saja badannya menggunakan guling yang dari tadi aku peluk. "RASAIN, WLEEE."

"IH FEE LO YA UDAH GUE BANTUIN. EH-- eh itu itu hape lo bunyi, dodol!"

Hah? Di mana ponselku?

Nesha sudah menemukan ponselku lebih dahulu. "AAA---AH GILA!"

"Halo... Fee?"

TUNGGU.

Aku bertanya siapa pemilik itu dan Nesha menjawabnya dengan senyuman, tepatnya senyuman yang jahil.

"Gue ganggu nggak?"

Ini... ini Kafeel yang nelfon!

"Enggak, kok."

Tiba-tiba Nesha melambaikan tangannya, mulutnya sibuk berkomat-kamit bilang...

... bilang...

hai juga?

Oh! Aduh, aku bahkan baru konek.

"By the way, hai... juga."

Di sebrang sana Kafeel tertawa, aku ikutan tertawa. Nggak tahu deh, ketawanya bikin aku ingin ikutan tertawa juga.

BiagioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang