Bab 18

11 3 0
                                    

NAFEESHA

"Eh, sebentar, Fee!"

Aku menengok ke belakang, Nesha pun ikut menengok juga padahal kan yang di panggil Kafeel itu aku.

Ah, tapi kadang aku juga sama kayak Nesha sih, yang di panggil dia yang nengok malah aku atau nggak ya dua-duanya nengok.

"Mau ojek online gratis nggak?"

"Hah? Maksudnya?"

Nesha tiba-tiba menoyor kepalaku. Astaga, nih anak apaan sih.

"Dia ngajak lo pulang bareng geblek!"

Oke.

Aku langsung gugup.

Langsung pula ngerasa kayak habis lari-larian.

"Diam itu iya biasanya."

"Gue--"

"Udah sana sama Fee ajaaa, noh gue ijinin Fee, awas sampe macem-macem!"

GILA APA YA.

Aku sudah melotot ke Nesha, tapi anak itu, MALAH PURA-PURA NGGAK LIHAT, ada ya orang kayak begini.

"Siap, Bos, nyonya Fee akan Fee jaga."

Dan, Kafeel langsung narik lengan seragamku, bahkan dia nggak nanya pendapatku dulu.

Aku menatap punggungnya yang masih terbalut seragam serta ranselnya yang hanya di sampirkan di bahu kanannya saja.

Entah mengapa, dari belakang saja Kafeel sudah terlihat rupawan.

Eh, enggak, enggak, apaan sih alay banget Fee!

"Yah, gerimis."

Mendengar Kafeel berbicara seperti itu, aku ikut menoleh ke sebelah saat kami menuruni tangga.

Benar, di luar sudah gerimis belum sampai tahap hujan, apalagi hujan deras.

"Gue bawa payung kok."

Loh, kok Kafeel malah ketawa sih? "Kenapa?"

Kafeel langsung berbalik badan. Dia justru, justru membenarkan ranselku yang sempat miring.

Itu... itu terlalu mendadak Kafeel!

"Emang pas naik motor mau make payung?"

Ngebayanginnya juga bikin malu sih.

"Enggak."

"Yaudah, ayo."

Kita berdua lanjut berjalan sampai ke tempat parkiran. Aku menunggu di gerbang selagi menunggu Kafeel mengeluarkan motornya.

"FEEEEE!"

Aku mendongak mendengar suara Nesha. Ah, rupanya gadis itu bawa motor. Dia menaikkan kaca helmnya. "If you have a new story about Fee, you must tell me, okay?"

"Apaan sih, nggak ada apa-apa juga."

"I mean, someday, maybe today."

"Yes, I know, I can tell you about him for today, tomorrow and anytime. Puas lo?!"

"That's my best friend." Nesha menyengir. "Yaudah, gue balik duluan ya, dah!"

Aku melambaikan tanganku ke Nesha, selepas itu motor dan pemiliknya datang dan berhenti di depanku.

Jujur, tiba-tiba aku ngerasa gugup, karena dia dan sekarang berasa jadi mangsa singa! Di liatin dong!

"Mikirin apaan, sih? Buruan, Fee."

BiagioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang