Perihal 3: Greentea & Vanilla

949 176 3
                                    

Cal dan Diva sudah duduk di lantai dua smoking area di Sevel setelah setengah jam yang lalu cewek itu menghubungi Cal untuk melakukan kegiatan rutin mingguan mereka, makan es krim di hari Jumat pukul dua siang.

Kini di hadapan mereka sudah ada dua bungkus es krim greentea dan dua bungkus es krim vanilla, mereka akhirnya menemukan favorit masing-masing setelah beberapa kali berdebat soal itu. Tangan Diva mengambil bungkus berwarna hijau lalu menyodorkan yang berwarna putih ke arah Cal.

Cewek di sebelahnya memulai obrolan mereka lebih dulu dengan antusias sambil membuka bungkus es krimnya, dia menceritakan apa yang terjadi di kelasnya hari ini. Dan Cal cuma terus-menerus memperhatikan cewek itu, bagaimana bibir cewek itu bergerak saat bicara atau tertawa, jemarinya yang lentik menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, dan matanya yang hari ini berbinar lebih cerah dari matahari, sementara cairan putih tulang menuruni pergelangan tangannya.

"Cal es krim lo cair tuh." Diva melempar tisu basah ke atas meja, lalu membuka bungkus es krimnya yang kedua. Cal tersenyum, saking fokusnya pada Diva, dia tidak sadar es krimnya hampir habis mencair.

Butuh waktu hampir setengah semester untuk mengenal Diva. Walaupun Diva tipikal orang yang mudah akrab, tapi terkadang tetap menyulitkan Cal untuk lebih mengenal cewek berambut sebahu itu. Dan waktu setengah semesternya itu berbuah manis, Cal bisa bersahabat baik dengan Diva, hingga mereka punya rutinitas-rutinitas kecil yang hanya bisa dijalani oleh mereka berdua saja.

"Lo mau cobain punya gue gak?" Cal menggeleng pelan saat mendengar tawaran dari Diva, tawaran yang selalu cewek itu lontarkan pada Cal tiap kali menikmati es krim mereka, "Lo harus coba, greentea tuh lebih enak dari vanilla!"

"Enggak, Div. Vanilla lebih manis daripada greentea, serius." Cal tidak setuju dengan pernyataan Diva, "Kayaknya lo deh yang harus nyobain vanilla. Jangan greentea mulu!" Begitulah perdebatan kecil antara greentea dan vanilla terjadi dan akan berhenti saat es krim keduanya habis.

"Div lo tau gak apa yang lebih manis dari vanilla?" Tanya Cal tiba-tiba.

"Greentea?"

"Ah lo mah greentea mulu. Lagian greentea gak manis!"

"Ya terus apa dong?"

"Senyum lo lah, Div." Tawa Diva langsung pecah saat itu juga. Memang terdengar candaan, tapi Cal sungguh-sungguh dengan jawabannya.

"Dangdut banget. Calvin dangdut Antares." Diva tergelak lagi sebentar.

"Gue kadang mikir kenapa ya lo gak dapet-dapet pacar padahal lo gombal mulu." Disusul dengan suara tawa Cal. Gimana mau dapet pacar, kalau sebenarnya yang dia gombalin cuma Diva, dan cewek itu hanya menganggapnya tak lebih dari candaan semata.

Bagi Cal, saat ini hidup bisa dinilai dalam dua hal sederhana; makan apa dan makan dengan siapa.

Beberapa orang ada yang memilih dihajar hingga babak belur, untuk sepiring hidangan kelas atas yang dimakan sendiri.

Namun untuk Cal apapun yang dimakan apapun rasa es krim yang dia nikmati, baik vanilla ataupun greentea, jika bersama seseorang, terlebih orang yang tepat, rasanya akan jauh lebih manis daripada rasa kudapan itu sendiri. Seperti sekarang ini, Cal merasa sudah memiliki orang yang tepat untuk menemaninya menikmati es krim vanilla kesukaannya setiap jam dua siang di hari Jumat. Dan orang itu adalah Diva.

Sedangkan menurut Diva sendiri, greentea dan vanilla seolah menggambarkan mereka berdua, menggambarkan persahabatan mereka yang manis seperti es krim vanilla dan unik seperti rasa es krim greentea.

Dan menurut keduanya, tidak ada yang lebih baik dari vanilla dan greentea, begitu juga persahabatan mereka, tak ada yang bisa menemani Cal menikmati es krim vanillanya selain Diva, dan tidak ada yang bisa diajak menikmati es krim greentea di jam dua siang kecuali Cal.

Greentea dan vanilla, rasa yang bisa menyatukan mereka menjadi sahabat, rasa yang memberi mereka kebahagiaan jauh lebih tulus dari rasa-rasa yang lain. Memang terdengar kekanakan jika bahagia karena rasa es krim favorit mereka, tapi siapa peduli jika dari kedua rasa itu mereka bisa menemukan bahagia?

Iya, bahagia memang sesederhana itu. Sesederhana Cal yang sudah merasa cukup hanya dengan ajakan makan es krim setiap hari Jumat pukul dua siang.

Thank you for reading
Perihal Milik Cal

Perihal Milik CalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang