Perihal 6: Obrolan Sore di Balkon

727 143 10
                                    

Rutinitas makan es krim di hari Jumat masih tetap Cal dan Diva lakoni walaupun mereka sibuk. Seperti hari Jumat di akhir bulan ini, keduanya yang disibukkan dengan tugas tapi menyempatkan untuk duduk berdua menikmati es krim kesukaan masing-masing. Kali ini bukan di tempat biasa melainkan di apartemen Calvin, karena cowok itu harus segera merampungkan tugas yang harus dikumpulkan besok malam.

Diva tidak banyak bicara saat Cal lebih fokus dengan laptopnya, karena dengan Cal yang mau menemaninya makan es krim saja dia sudah bersyukur. Dia tak mau menjadi kurang aja dengan meminta perhatian lebih dari cowok yang bersedia menemaninya kapanpun.

Helaan nafas keluar dari mulut Cal, tanda dia sudah mulai penat dengan tugas yang sedang dia kerjakan. Cal mengambil bungkus es krim berwarna putih kemudian membawanya ke balkon, Diva mengekor di belakangnya dengan es krim greentea yang nyaris tak bersisa.

"Udah selesai?" Diva berdiri di sebelah cowok yang mulai menjilat es krimnya.

"Dikit lagi, tinggal bab penutup aja." Diva cuma menjawab dengan 'oh' pelan dan panjang.

Keduanya kembali hening; yang satu sibuk menikmati es krim vanilla, yang satu lagi sibuk menyusuri pikirannya.

"Cal..."

"Hm?"

"Lo gak ada mau cerita sesuatu ke gue?" Digigitnya ujung bekas stik es krim greentea nya.

"Cerita apa?"

"Gak tau. Apa aja.. gue mau tau tentang lo, gimana hari lo, apa yang lo pikirin. Apa aja Cal, apa aja.." Diujung kalimatnya Diva nyaris kehilangan keberaniannya, suaranya hampir hilang. Tapi cowok Antares itu bergeming, bahkan helaan nafasnya tak terdengar.

"Tadi siang, temen gue bilang dia naksir lo, dia nanya ke gue, lo suka apa, hobi lo apa. Gue jawab aja lo suka ngopi, nongkrong di warkop. Terus dia nanya lagi," Jeda sebentar untuk mengais oksigen dan mencuri pandang ke Cal, "Dia nanya apa lo punya pacar atau lagi ngedeketin orang. Terus gue diem doang, soalnya gue gak tau."

Diva menengadah, menatap langit-langit balkon yang sekarang sepertinya lebih menarik dari cowok di sebelahnya, "Dari situ gue tuh sadar, gue gak pernah bener-bener tau tentang lo. Gue cuma tau lo Calvin Antares anak hukum. Yang suka ngopi, suka es krim vanilla, kalo gabut nongkrong di warkop. Dan lo temen baik gue. Dan... gue gak tau apa-apa lagi. Semua tentang lo yang gue tau cuma hal-hal umum aja." Ocehnya.

"Div-

"Please jangan dipotong, dengerin gue dulu!" Diva sedikit menimbang-nimbang apa dia harus melanjutkan atau tidak, "Lo tau banyak tentang gue bahkan ke hal terkecil dari gue pun mungkin lo tau, karena selama ini gue selalu cerita apapun ke lo. Tapi selama itu juga lo cuma jadi pendengar aja. Tiap gue tanya tentang lo, gue ngerasa lo kayak ngehindar. Awalnya gue kira lo cuma butuh waktu buat bisa terbuka ke gue, karena dulu kita baru kenal. Tapi makin kesini gue ngerasa lo bener-bener gak cerita apapun, Cal. Nyadar gak sih lo?"

Yang ditanya diam, belum mau merespon, lantas Diva melanjutkan kalimatnya, "Disini gue cuma jadi orang yang terus-menerus cerita tentang hidup gue dan lo cuma terus-menerus dengerin. Disini gue yang selalu ngeluh dan lo jadi orang yang selalu ngertiin."

"Apa salahnya dari semua itu, Div? Gue seneng kok denger lo cerita."

Diva mengangguk seolah dia paham, "Gak kok gak ada yang salah dari itu semua. Tapi yang perlu lo tau gue juga pengen jadi pendengar Cal, pendengar dari cerita-cerita lo, gak semua hal juga gak apa-apa, gue ngerti kok lo juga butuh privasi. Tapi apa semua tentang lo itu privasi sampe gue gak boleh tau?" Diva memainkan stik es krimnya.

"Gue emang pernah bilang, lo gak harus cerita ke gue, yang penting lo gak sendirian, ada orang yang bisa lo jadiin sandaran." Punggungnya ia istirahatkan pada dinding pembatas, kepalanya dia telengkan agar menatap Cal dengan leluasa.

Perihal Milik CalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang