05.Think About It

428 44 0
                                    

Liburan di Bandung sebenarnya tidak melelahkan atau bahkan membosankan bagi Fajar ataupun Rian, namun hanya saja batasan waktu libur yang mengharuskan mereka harus kembali sesegera mungkin ke aktivitas mereka sebelumnya.

"Kenapa ga besok aja sih A pulangnya?" ibu Fajar berbicara di pagi hari yang bisa dibilang santai itu.

"Pengennya sih gitu bu.. tapi gimana lagi?" Fajar menegaskan perkataan nya kepada sang ibu tanpa menaikkan nada bicara nya.

"Kesian kan Rian masih seneng-senengnya disini ya kan?"

"Hehe.. iya bu , tapi kapan-kapan Ian kesini lagi ko bu." Rian berujar.

"Awas ada yang ketinggalan A"

"Iya bu.. udah di cek ko"

Usai memastikan tidak ada lagi barang yang tertinggal, Fajar dan Rian akhirnya berangkat menuju keseharian mereka di ibu kota.

"Aa sama ian pamit ya bu" ucap Fajar sekaligus mewakili Rian kepada ibu nya

"Iya.. hati-hati ya, kalau udah sampe kabarin ibu."

"Iya bu pasti" Fajar dan Rian pamit sekaligus mencium tangan ibu Fajar

Di perjalanan sebenarnya tidak ada yang aneh , jalanan tetap macet , langit tetap bersinar dengan terangnya, juga orang-orang yang berlalu lalang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Sumpah, tidak ada yang aneh .. namun Fajar menyadari ada yang aneh dengan Rian.

Walaupun Rian tak banyak berbicara namun kali ini ia seperti fokus kepada satu pikiran  yang sepertinya sangat mengganggunya.

Fajar kemudian mencoba menanyakan keadaan Rian
"Jom.." Rian sama sekali tidak mengindahkan panggilan Fajar.

"Ian"

"Rian"

"Sayang?"

3 Panggilan yang sudah diutarakan Fajar tidak cukup membuat Rian menjawab panggilan orang disampingnya itu.

Akhirnya Fajar memutuskan untuk mencolek sikut Rian, yang kali ini berhasil membuahkan respon dari Rian.

"A..ah.. kenapa a udah sampe bukan?" Jawaban Rian yang abstrak membuat Fajar semakin yakin bahwa ada sesuatu yang membelenggu Rian saat ini.

"Masih jauh jom.. ngelamun ya?"

"Ngga.. a' ian daritadi menikmati pemandangan aja jadi gak fokus" Rian beralibi yang sebenarnya sudah Fajar ketahui.

Sebenarnya Fajar ingin menanyakan lebih lanjut, namun ia mengurungkan niatnya dan akan menanyakan lagi ketika Rian terlihat lebih tenang dari saat ini.

Sesampainya , Fajar mencoba untuk memastikan apa yang sebenarnya Rian pikirkan hingga mengganggu sekali konsentrasi nya sedari pagi tadi.

"Jom... mikirin apa sih? Kayanya daritadi gak kaya biasanya?"

"Ngga kaya biasanya gimana a?"

"Ya.. diem banget kaya hp mode silent"

"Kan ian emang gitu a"

"Kali ini lain ian"

"Ian bingung aja a?"

Mendengar perkataan Rian membuat Fajar bingung juga dengan apa yang sebenarnya Rian pikirkan.
"Bingung kenapa ian?"

"Sama mamah aa"

"Mamah aa kenapa ian?"

Rian yang awalnya ragu , akhirnya mengungkapkan apa yang membelenggu dipikirannya tersebut.

"Mamah nyuruh kita nikah a?"

Bukannya tercengang atau kebingungan Fajar malah tertawa cukup lepas mendengar apa yang baru saja dikatakan Rian.

"Kamu tuh ian.. hal kaya gini aja dipikirin sampe segitunya"

"Ya iyalah a nikah kan bukan hal main-main"

"Iya ian... Aa paham, tapi ian percaya kan sama aa?"

"Maksudnya?"

"Ya gitu.. maksud aa kalau Ian percaya sama aa , aa pasti akan melakukan yang terbaik buat Ian, soal urusan nikah atau apa yang di omongin sama ibu, itu gak harus dijawab sama Aa"

Rian terheran dengan maksud Fajar.

"Harus dijawab sama Ian gitu?"

"Ngga juga.. urusan itu gak usah kita jawab, biar waktu yang menjawab apakah kita mampu berkata iya saat waktunya tiba"

"So romantis deh a"
Rian malah mengajak Fajar bercanda ditengah pembicaraannya

"Bukan gitu Ian.. aa serius, karena aa serius sama Ian dan juga komitmen sama Ian untuk memberi yang terbaik"

"Aaaa Ian terharu a.. hehe sini peluk dulu"

"Peluk aja?"
Fajar menggoda Rian

"Kalo lebih ga usah" ujar Rian sambil melenggang menuju pintu

"Eh iya aa boong deh.. gapapa peluk juga..
IAN
IAAANN
IAANNNNNN!!!"

.
.
.
.
.
Well, im happy to wrote these part.
Thank you for readers dan vote nya.. semoga suka dan terus mengikuti ceritaku ini ya..

See U

The JourneyWhere stories live. Discover now