Episode 5 - Loby

2.4K 195 9
                                    

Dirga POV

Malam ini terasa sepi, kupandangi langit-langit langit kamar, lampu telah dipadamkan tapi mata ini tetap tak bisa terpejam. Kulirik Reihan sudah terlelap sambil menganga tenggelam dalam mimpinya.

"Ck.. bosan .. " kataku sambil mengangkat tubuh dan duduk di pinggir kasur. Hatiku tak juga tenang, wajah pucatnya dan seragam pasien yang ia kenakan masih terus terbayang , "Mama kenapa?" Gumamku pelan. Masih ada perasaan takut saat bertemu mama seperti tadi, entah mengapa saat memandang wajah mama yang kulihat adalah masa lalu ku yang suram. Ya mungkin benar, aku masih trauma.

Kupakai sendalku dan melangkah menuju dispenser di sudut kamar. 1 gelas penuh ku teguk, rasanya haus sekali.

"Kayanya harus cari udara segar nih ?" Kubuka pintu kamar dan ngeloyor pergi ke luar .

Tak lama, kulihat pemandangan yang tak asing. Mas Juna dan Desyca sedang duduk di loby hotel, beberapa catatan berserakan di mejanya, sepertinya mereka sedang belajar . 'Tapi emang Mas Juna suka ke lobi ya tengah malam gini? ama si slebor pula? Eumm apa gara-gara tangannya itu jadi mereka janjian?'

Aku melangkahkan kakiku menghampiri mereka, hingga terhenti mendengar sesuatu dari percakapan mereka.

" Tapi Kak Jun, kasihan tante Mira. Gimana kalau misalkan .. tante Mira keburu meninggal?" Mataku terbelalak mendengar pertanyaan Desyca.

"Husshh ..lo ngomong sembarangan ! Umur gak ada yang tahu bego ! Mending kita doain daripada mikir yang enggak-enggak !" Jawab Mas Juna ketus seperti biasa.

"Iya, aku juga ngerti umur gak ada yang tahu , tapi ini kanker kak kanker!" Mendengar perkataan Desyca aku semakin shock .

"Iya Des, cuman Tuhan yang punya kuasa di sini . Makanya gue bilang ke elu berdoa ! Semoga Ibunya Dirga bisa sembuh!" Ujar Mas Juna lebih lembut, seketika ia melirik melihatku kaget.

"Ga..?"

Ku yakin Ekspresiku masih terlihat sangat kaget, ku beranikan mulutku untuk berkata, "Apa maksud kalian?" Tanyaku sedikit emosi.

"Dirga. .!euum.. eeeuu...." Desyca terlihat takut untuk berbicara." Lebih baik kau segera bertemu dengan tante Mira !" Celetuk Desyca sedikit ragu-ragu. Jelas tersirat dari mimik wajahnya merasa tak enak, ia menarik-narik baju Mas Juna grogi.

"Diem lo des !"suruh Mas Juna pelan .

"Ahh... " aku menyunggingkan senyumku yang kaku ,"Rupanya kalian sudah tahu kalo si jalang itu ibuku .. ahh tidak aku tak punya ibu !" Jawabku sambil membalikan tubuh .

"Dirgaaaa !! Tante Mira ingin meminta maaf padamu sebelum terlambat !" Terdengar suara Desyca di belakangku, suaranya sedikit berat seolah menahan tangis.

-DEG-

"Terlambat? Memang sudah terlambat ! Aku lebih senang kalo dia mati, memang dia tidak pantas untuk hidup !" Jawabku ketus sambil mulai melangkahkan kakiku .

'Mama ' batinku sakit.

POV end

"DIRGA !!! BAGAIMANAPUN IA IBUMU IA MENYESAL AKAN PERBUATANNYA DAN ..!" Desyca berlari ke arah Dirga , Juna menarik tangan Desyca hendak menahannya namun tetap terlepas.

Desyca berhasil menyusul Dirga dan berada dihadapannya. Desyca terkejut, seketika Dirga menutupi mukanya dan menangis ,"URUSI SAJA URUSANMU SLEBOR!" Bentak Dirga langsung berlari menjauhi Desyca.

Desyca termenung kaget. 'Dia menangis , si sipit itu menangis ' gumam Desyca dalam hati .

Dia melirik ke arah Juna yang kini tepat disampingnya, "Kak Juuunn .. aku yakin Dirga masih menyayangi tante Mira !"

304th Study Room  (The Lost Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang