Episode 18 - Awal Rasa Itu

3.2K 184 24
                                    

Dirga POV

Apa yang membuat aku jatuh hati pada seseorang yang ku benci sebelumnya?

Tidak ... Aku tak pernah membencinya .. aku hanya sengaja bersikap benci padanya agar ia membenciku, agar ia tak ingin dekat denganku, agar ia menjauhiku. Aku hanya ingin kau aman, tidak seperti Maria dulu.

Aku menghempaskan tubuh ini di kasur kamarku, ku coba menerawang setiap inci atap di atas sana, mencoba berfikir kapan pertama kali aku mulai memiliki perasaan berbeda terhadapnya.

Saat itu ... Saat di mana tanpa sengaja aku memelukmu karena takut akan kehadiran mamaku. Mungkinkah ? Atau mungkin sebelum itupun aku sudah menyukaimu?

Yang ku tahu, akibat traumaku akan penyiksaan dulu, aku takut seseorang menyentuhku secara paksa. Terutama wanita. Aku berteman dengan Maria cukup lama, tapi aku tak pernah menyentuhnya. Tapi saat itu mengapa aku memelukmu? Apa karena aku merasa aman dekat denganmu ? Apa karena kau memang berbeda ?

"Issshhh ... " Aku menarik tubuhku bangun dari kasur, kupegang leherku dan coba menggerakkan kepalaku pelan . Pegal.

Teringat saat itu ....

Flashback

Hari pertama kembali ke Binusvi setelah OSN berakhir.

Upacara rutin hari senin yang ditutup dengan pengumuman dan serta ucapan selamat kepada Reihan yang telah berhasil membawa medali emas, disusul aku dan Mas Bejo yang membawa medali perak dan perunggu .

Aku yakin hari ini si kepsek bakal memanggilku dan mencabut beasiswa ku. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya itu.

"Aku senang kau membawa Perak , tapi bukan itu kesepakatan kita kan ?" Pak Khaidir memegang pundaku, ia seolah sedih padahal dari sorot matanya berkata 'pergilah kau dari sini!'

"Aku yakin tak pernah sepakat dengan itu Pak, itu hanya kesepakatan anda sendiri !" Aku mencoba bersikap datar.

Ia melihat ke arahku dengan marah, " Kuperingatkan kau ! Cepat keluar dari sekolah ini ! "

"Bukan aku yang akan angkat kaki dari sini. Tapi anda pak !" Raut wajah Pak Khaidir penuh dengan amarah dan kebingungan .

-GUBRAK- Wajahku dan si kepsek itu langsung mengarah ke sumber bunyi . Pintu yang dibuka dengan kasar, terlihat Pak Zam langsung memasuki ruangan ini.

"Maaf saya lancang, dan saya tahu apa yang anda bicarakan dengan Dirga. Dirga kau boleh keluar!" Perintah Pak Zam, aku menunduk patuh lalu keluar ruangan.

"HEI APA-APAAN INI ? KAU BOCAH, AKU BELUM SELESAI BICARA DENGANMU!" Terdengar suara Pak Khaidir yang mencoba menghentikanku berjalan, namun kakiku telah berada di ambang pintu.

"Lebih baik pikirkan diri anda sendiri Pak ! Dirga tutup pintunya !" Suruh Pak Zam lagi dengan sikap yang tenang namun dingin.

Kututup pintu itu, dan mencoba menghilangkan rasa ingin tahuku untuk menguping, kulangkahkan kakiku menjauh dari ruangan itu .

"Hai Dirga !" Terdengar suara yang tak asing namun tak ingin ku dengar juga. Ratu menghampiriku.

"Bagaimana rasanya hanya menjadi peringkat ke 2?" Ejeknya seraya menghisap lolipop di mulutnya. Menjijikan.

"Biasa aja tuh !" Jawabku acuh. Terlihat ekspresi mukanya penuh tanya.

"Bukankah pak Kepsek sudah mencabut beasiswamu ?" Tanyanya lagi menyeringai, " Kau bilang aku tak tahu apa yang namanya kerja keras? Kerja kerasmu itu hanyalah kepalsuan ! Aku turut sedih atas itu tapi aku tak lupa apa yang kau bilang padaku waktu itu !"

304th Study Room  (The Lost Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang