26. Promise me ?

7.4K 1.3K 171
                                    


Alpha-Huang Renjun

NOTE : selamat berbaper ria di chapter ini ~

"Ahk Renjun udah dong. Ini tangan aku sakit dari tadi ditarik mulu"

Pada akhirnya aku tidak bisa diam saja dan membiarkannya menarik tanganku terus. Karena caranya menarik tanganku semakin lama semakin tidak manusiawi. Membuat pergelangan tanganku menjadi merah.

"Ouh. Maaf. Aku terlalu terbawa emosi. Kita ke rumah sakit aja gimana ?" jawabnya.

"Ha ? Rumah sakit ? Gak perlu kali. Ini gakpapa. Bukan sakit parah yang perlu penanganan dokter"

"Apanya yang gakpapa. Itu sampai merah gitu"

"Ya, ini cuma merah. Bentar lagi juga ilang"

Tidak kubayangkan jika kita benar-benar pergi ke rumah sakit. Apa kata dokter nanti ketika mereka bertanya apa keluhanku dan aku hanya menjawab pergelangan tanganku merah karena ditarik oleh seseorang. Pasti aku akan ditertawakan detik itu juga.

"Ren ? Gimana kalau yang dibilang sama Mark tadi itu bener ?" Aku mengusap-usap pergelangan tanganku kemudian tiba-tiba teringat akan hal itu

"Yang mana ?" Tanyanya.

"Soal organisasi itu. Gimana kalau emang mereka lagi ngawasin kita ? Gimana kalau sewaktu-waktu kamu emang gak sengaja tanpa sadarㅡ"

"Jangan mikir yang aneh-aneh. Kalaupun memang mereka ngawasin kita.. aku gak bakal nyakitin kamu" Renjun memotong pembicaraanku.

"Tapi Ren.. kamu suka gak sadar. Buktinya barusan. Kamu liat ini ? Sampai merah" aku menyodorkan pergelangan tanganku yang sampai saat ini masih membekas.

Bisa dibayangkan bagaimana parahnya dia menarik tanganku tadi. Untungnya aku bukan perempuan cengeng yang lecet sedikit langsung berteriak menangis histeris. Aku masih bisa menahan rasa sakitnya.

Renjun berdiri tepat didepanku dan kami saling berhadapan. Entahlah kenapa suasananya menjadi canggung. Ia memegang kedua bahuku kemudian berjalan maju ㅡmembuatku berjalan mundur. Kupikir dia mau apa.. ternyata mendudukkan ku disebuah kursi panjang yang ada dibelakang ku.

"Jadi kamu mau apa sekarang ? Jangan bilang pikiran kamu sama hal nya kayak Mark. Kamu juga mau aku kembali ke Alscace ? No Victoria.. sekalipun itu kamu yang bilang. Tetap gak bakal aku turutin. Aku gak mau kembali kesana. Apalagi tanpa kamu. Usahaku buat nyari kamu selama ratusan tahun itu mau disia-siain gitu aja dengan kembali ke Alscace cuma karna alasan takut dengan organisasi ? Aku gak selemah itu" Ucap Renjun.

"No. Bukan itu"

"Trus ?"

"Kita ke Alscace sama-sama"

Seketika Renjun terdiam dan menatap mataku dalam-dalam. Alisnya mengkerut. Firasatku mengatakan bahwa dia akan berbicara panjang setelah ini. Iya.. aku bisa membaca raut wajahnya.

"Kamu lupa ? Soal aturan di Alscace tentang bawa manusia kesana ? Ha ? Itu artinya kamu harus siapㅡ"

"Iya aku siap jadi vampir" belum selesai dia berbicara, aku sudah memotong pembicaraannya.

"Apa ? Apa kamu bilang ?" Tanyanya untuk mendengar lebih jelas lagi.

"Aku bilang.. aku siap jadi vampir. Aku mau jadi vampir. Jadi.. ayo kita ke Alscace. Atau sekarang juga bisa. Kamu ngubah aku jadi vampir juga gak masalah kan yang penting si manusia mau dan emang gak ada paksaan dari pihak vampir itu ? Setelah itu kamu aman kan ? Aku juga aman" jelasku.

"Jangan bodoh ! Aku gak bakal biarin kamu jadi vampir. Gak Victoria !" Renjun membentak.

Sontak itu membuatku terkejutㅡtakutㅡkaget. Aku memajamkan mataku dan tidak berani menatap mata Renjun. Aku yakin dia memasang wajah mengerikan sekarang karena dia sedang marah.

Tapi kenapa ? Bukankah harusnya dia senang jika aku menjadi seorang vampir, sama sepertinya ? Kita bisa hidup bersama selamanya..Abadi.. tapi kenapa justru sebaliknya ? Dia marah ketika aku mengatakan ingin menjadi vampir.

"Bukan aku gak suka kamu jadi vampir. Tapi aku gak mau kamu harus ngerasain fase dimana kamu akan jadi vampir. Kamu pernah kan nonton film atau mungkin kamu pernah liat secara langsung ? Aku gak mau liat kamu tersiksa seperti mereka. It's hurt me" sahutnya.

Aku memberanikan untuk membuka mata, dan terkejutnya aku ketika melihat mata Renjun berkaca-kaca. Dia tidak menangis.. hanya saja matanya sedikit berair. Bisa kurasakan semua yang dikatakannya itu tulus.

"Tapi ada cara lain kan selain harus ngerasain gigitan vampir ? Kayak yang ada di film yang pernag aku tonton. Dia yang awalnya manusia.. kemudian nikah sama vampir dan ngelahirin anak vampir.. disitu dia juga bisa jadi vampir" ucapku.

"GAK ! Semua sama sakitnya. Gak ada yang enak. Shua please.. Kita gak usah bahas ini lagi. Sampai kapan pun aku gak bakal izinin kamu jadi vampir. Kalau pun itu terjadi ㅡapalagi bukan aku sendiri yang ngejadiin kamu vampir. Aku gak bakal maafin diri aku sendiri. Paham kamu ?"

Aku terdiam untuk beberapa detik,

"Jadi kamu mau apa ? Kamu mau biarin gini aja ? Ha ?! Biarin diri kamu mati ditangan organisasi itu ?!" Sarkasku.

Entah... sejak kapan mataku mengeluarkan air mata. Rasanya begitu sakit dibagian dadaku. Hiks..

"Siapa bilang aku bakal mati ? Hei.. Im Renjun. And im an Alpha. Believe me. I will fine" begitu ujarnya ㅡmengelus pelan rambutku. Kemudian tangannya beralih ke wajahku. Ibu jarinya menghapus air mataku ㅡia tersenyum.

Renjun melebarkan kedua tangannya. Tentu saja aku tau apa maksudnya. Ia menginginkan sebuah pelukan. Dan tentu saja aku akan memberikannya.

Kini aku memeluknya, merasakan kehangatan tubuhnya. Kenapa sangat nyaman ? Aku tidak ingin bergerak sekarang. Aku tidak ingin berpindah posisi. Biarkan aku tenggelam dalam kenyamanan seperti ini.. untuk beberapa saat.

"Promise me.." aku mengulurkan jari kelingkingku padanya.. ingin membuat sebuah perjanjian.

"Mm ? Ini untuk apa ?" Tanyanya.

"Jangan pergi.. ok ? Promise me !"

Renjun tertawa kecil. Awalnya dia tidak mau saling mengikat kelingking. Tapi aku terus memaksanya sampai pada akhirnya dia mau.

"I promise you" ucapnya.

Kepalaku mendongak melihat wajahnya ㅡrefleks dia juga melihat kearahku. Ia tersenyum lagi dan lagi.. wajahnya mulai mendekat dan kemudian ia mengecup bibirku sekilas.

'Deg'

Hei... aku tidak pernah seperti ini. Jantungku rasanya berdetak tidak beraturan dan terasa panas. Apa memang seperti ini rasanya ketika seseorang sedang jatuh cinta ? Ahh rasanya sangat aneh.

"Jantung kamu baik-baik aja kan ? Kenapa rasanya kayak lagi kejar-kejaran didalam sana. Dag dig dag dig. Itu beneran gak papa ? Atau perlu kita ke rumah sakit ? Ucap Renjun.

Aku tidak mau meresponnya. Jujur saja sekarang aku sedang malu. Bagaimana caranya membuat jantungku berdetak normal lagi. Tolong. Sedari tadi aku hanya menenggelamkan wajahku di dada Renjun. Sungguh aku sedang malu. Dan kuyakin pasti wajahku sudab memerah seperti kepiting rebus.

Asdfghjkk padahal itu hanya sebuah kecupan. Sekilas. Tapi kenapa aku bisa berlebihan seperti ini. Dasar aku !

Please help me :(

Aaarrrrgghhhhhhhhhhh


To be continue...

Alpha | Renjun ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang