5. Sebuah harapan

58 3 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, aku mulai paham. Menikmati proses adalah bagian dari jatuh hati yang paling sederhana. Dari mulai proses seakan kita tahu kemana arah dari kisah ini.

Dia yang sejak kemarin membuat semuanya terasa istimewa semakin menjadikan aku adalah orang satu-satunya yang ia miliki saat itu. Menghargai setiap kejadiannya saat berdua, dari mulai hal yang paling sederhana hingga kompleks. Memang masa mengenali seseorang itu butuh waktu, bahkan untuk sekedar tahu hal apa yang disukai sampai yang tidak disukai. Namun, patut kita ketahui bahwa masa itulah yang paling berkesan, mengetahui segala hal tentang dia dan terkadang tanpa kita sadari apa yang telah kita perbuat, bersama.

Tak mengenal waktu, semakin melebur aku didalamnya, bersama kerasnya cacian diluar sana, bukan cacian jahat memang, namun cukup membuat risih dengan omongan yang kian tak karuan.

Banyak kata-kata manis yang aku tak paham maknanya. Entah hanya sekedar bergurau atau obrolan yang serius.

"Aku lagi kena sial nih, tasku hilang" ujarnya panik

"Laah kenapa bisa gitu? Emg ditaruh dimana?" aku berusaha tenang

"Tadi ditinggal dideket curug, ditinggal sebentar, pas aku balik lagi. Udah gaada"

"Yaampun, kenapa bisa gitu sihh. Lagian ceroboh"

"Iyanih, gimana ya? Isinya penting semua lagi"

"Coba pelan-pelan dulu, minta anak-anak yang disana buat nyariin bentar"

"Iyaa, anehnya tuh tas aku doang yang ilang, yang lainnya engga"

"Yaudah, mungkin lagi kurang beruntung. Sabar dan doa aja semoga nanti ketemu. Kalo pun ngga, ikhlas ya;)"

"Iyaa, lagi kurang beruntung bgt nih. Kacaauu"

"Iyaa, mungkin kemaren ada sesuatu gitu, jadi skg kurang beruntung. Gapapa yaa, yakin aja akan diganti dengan yang lebih baik. Percaya deh:)"

"Makasih ya caa, udah selalu nenangin dan support aku. Semoga aku tidak salah pilih"

"Yaudah, iyaa sama-sama. Jangan sungkan cerita kalo ada apa-apa ya. Iya Amin. Makan gihh"

"Amin. Nanti aja deh, masih belum mau makan"

"Yakin? Okedeh kalo gitu. Nanti makan yaa aku temenin. Mau kapan aja kalo udah mood lagi"

"Yaudah sekarang aja deh"

"Bener? Yaudah ayooo kalo gitu"

"Iya, aku jemput ya"

"Iya, kerumah aja yaa"

"Okay"

"Hati-hati yaa, jangan emosi dijalan. Hehee"

Iyaa, ini adalah yang pertama bagiku untuk memposisikan bagaimana harusnya bersikap dan menenangkan. Aku memang tipikal orang yang agak malu dalam hal seperti ini. Namun, aku selalu berusaha untuk selalu membuat lawanku nyaman dan terus merasa bersyukur atas keputusan yang telah ia buat sendiri.

Dalam masa ini, aku harus bisa berperilaku karena pada masa ini aku takut melakukan segala hal sesuai kehendakku yang nantinya mengundang ketidaksukaan darinya. Sangat sulit bukan? 

Menyeimbangi antara perasaan dan berperilaku. Hal yang terkadang sulit dikendalikan. Jujur, aku takut salah bertindak. Padahal romansanya seseorang akan menerima apa adanya. Yakan? Kenapa harus takut? Tapi aku menyadari apa yang aku miliki, semuanya tidak akan menutupi. Suatu saat dia pasti akan merasa yang aku lakukan tidak sesuai dengan dia. Sehingga bisa menyebabkan ia meninggalkan masa ini tanpa alasan.

"Mau makan dimana?" tanyanya lembut.

"Terserah, kamu moodnya dimana?, its your day"

"Di mie ayam aja mau?"

"Maauuuuuuu bgtttt, hehe"

Okey, salah satu makanan favorit kita berdua adalah mie ayam. Selain itu ada pecel lele, lokasi keduanya tidak terlalu jauh.
Sembari menunggu makanan, kita mengobrolkan kejadian yang menimpanya. Sungguh, jika tidak ada orang disekitar kami saat itu, ingin rasanya memeluk tanpa ampun, membiarkan dia menangis tanpa terbata. Karena aku yakin, dia sangat butuh saat itu.
Namun sayang, aku masih tetap dalam rasa takut untuk melakukannya. Aku takut dia asing melakukan itu. Simple, aku hanya ingin memberi bahu untuk dia bersandar. Karena sementara ini, bahu ini milik dia.

"Udah, jangan pusing, jangan difikirin lagi. Yaa memang, ini mudah bagiku untuk sekedar berkata-kata. Tapi percayalah semua akan baik-baik aja yaa" sapaku menenangkan

"Iya, pusing caa. Aku pingin nangis tapi gabisaa hehe"

"Nangis ajaa, kalo itu bakal buat kamu legah"

"Nanti kamu ikut aku ya, kerumahku"ajaknya

"Oh iya boleh, aku bakal nemenin sampe kamu ngerasa baik-baik aja, tenang hehe"

"Yaudah, kalo ada tugas bawa aja sekalian ngerjain dirumah"

"Okeydehh, naah ini mienya dateng, makan dulu yu"

"Yuuu, abisin yaa"

"Iyaaaasiap, laper soalnya. Oh ya, mau pesen minum apa?"

"Esteh aja deh"

"Okedeh siap pesen pak"

Karena keduanya merasa lapar, jadi kita berdua fokus untuk makan. Sembari tidak mengobrol agar cepat selesai.
Selama makan bersama, kita tidak pernah lama ditempat. Pasti setelah makan, ledek-ledekan bentar, tanya-tanya tugas, setelah itu langsung pulang.

Adaptasi dengan situasi seperti ini sebenarnya mudah untuk aku lakukan, aku hanya perlu yakin dari hati untuk melakukan hal yang berkaitan dengan dia.

Sungguh, aku berterima kasih kepada Tuhan
Telah mengirimkan seseorang sepertimu
Yang selalu menjadikan aku satu-satunya saat ini
Membuat aku merasa sempurna karena rasamu yang menyala
Aku yang terlihat redup saat itu, kini menjadi terang benderang
Aku hanya berharap sama Tuhan untuk tidak lekas pindah dari kisah ini
Jujur, aku sudah jatuh hati
Jangan buat kecewa,
Itu yang aku mohon
Dari seorang yang selalu percaya keajaiban itu selalu ada
Untuk kamu, dan untuk aku
Aku yakin
Beri aku kesempatan untuk bersyukur
Ya, lebih tepatnya menepikan ego mengenai rasa
Karena sebelumnya, aku tidak pernah percaya bahwa ketulusan itu ada
Kecuali orang tua

Hanya itu doaku saat ini.
Karena sumber kekecewaan terbesarku hanya dari sana.

Satu hari penuh bersamanya adalah kualitas waktu yang selalu aku nikmati secara perlahan. Aku resapi dalam hati dengan perasaan yang sudah terkumpul, tanpa terlewatkan.

Mari rayakan kisah ini dengan saling menyayangi tanpa batas. Karena yang kita butuh dari sebuah hubungan adalah ketulusan dan keyakinan dengan pola komunikasi yang tetap terjaga setiap masanya.
Dengan begitu, aku yakin kita akan baik-baik saja dengan kisah yang baru saja kita ukir. 

Aku belum tahu dampak dari apa yang telah aku lakukan saat ini terhadapmu. Yang aku mau adalah kamu tidak sama dengan orang lain yang pernah singgah. Hanya sekedar bercanda dengan hati yang terus ia gores. Beri aku keyakinan bahwa ketulusan seseorang itu ada, dan balasannya juga setimpal.
Karena yang aku lihat dari orang sekitar hanya orang yang terus bercanda dengan hatinya, bahkan tega bermain tanpa paham luka dibaliknya.
Aku sangat benci dengan manusia seperti itu. Tidak punya hati dan perasaan. Sepatutnya musnah dari muka bumi dan semestinya dia harus merasakan kecewa yang lebih dari orang yang tulus, karena yang semacam itu harus diberi pelajaran dari kisah dan permainan yang dia buat sendiri.

Rotasi WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang